Home » , » Planet kerdil ( Pluto )

Planet kerdil ( Pluto )


Pluto kemudian masuk dalam keluarga baru yang disebut planet kerdil atau planet katai  (dwarf planets). Keluarga ini beranggotakan Pluto dan benda-benda langit lain di Tata  Surya yang mirip dengan Pluto, termasuk di dalamnya asteroid terbesar Ceres, satelit  Pluto, Charon, dan beberapa benda langit lain yang baru saja ditemukan. 

Menurut Direktur Observatorium Bosscha di Lembang, Jawa Barat, Dr Taufiq Hidayat,  keputusan Sidang Umum IAU tersebut adalah puncak perdebatan ilmiah dalam astronomi  yang sudah berlangsung sejak awal 1990-an lalu. Perdebatan tersebut dipicu berbagai  penemuan baru yang menimbulkan keraguan apakah Pluto masih layak disebut planet  atau tidak. 

"Karakteristik Pluto memang berbeda dengan planet-planet lainnya. Bahkan komposisi  kimianya lebih menyerupai komet daripada planet," ungkap astronom yang mendalami  bidang ilmu-ilmu planet ini.  Selain itu, perkembangan teknologi teleskop juga membawa pada penemuan berbagai  benda langit yang masuk dalam kelompok Obyek Sabuk Kuiper (Kuiper Belt Object/KBO). 

Sabuk Kuiper sendiri adalah sebutan untuk wilayah di luar orbit planet Neptunus hingga  jarak 50 Satuan Astronomi (SA/1 Satuan Astronomi = jarak rata-rata Matahari-Bumi, yakni  sekitar 149,6 juta kilometer) dari Matahari. Beberapa KBO sangat menarik perhatian karena berukuran hampir sama atau bahkan  lebih besar daripada Pluto (diameter 2.300 km) dan ada yang memiliki satelit atau "bulan". 

Beberapa obyek tersebut, antara lain, Quaoar (diameter 1.000 km-1.300 km), Sedna (1.180  km- 1.800 km), dan yang paling terkenal adalah obyek bernama 2003 UB313 yang  ditemukan Michael Brown dari California Institute of Technology (Caltech) pada 2003 lalu.  Obyek yang dijuluki Xena tersebut memiliki diameter 2.400 km, yang berarti lebih besar  daripada Pluto. Xena sempat dihebohkan sebagai planet ke-10 Tata Surya. 

Sejak saat itu, lanjut Taufiq, terjadi perbedaan pendapat di kalangan astronom. "Pilihannya  adalah memasukkan Ceres, Charon, dan 2003 UB313 ke dalam keluarga planet sehingga  jumlah planet menjadi 12, atau mengeluarkan Pluto. Akhirnya pilihan kedua yang  disepakati," tutur mantan Ketua Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung ini.  Kesepakatan itu sendiri bukannya datang dengan mudah. Taufiq mengatakan,  pengambilan keputusan itu bahkan dicapai dengan cara pemungutan suara di antara para  anggota IAU yang hadir setelah didahului perdebatan yang sangat sengit. Empat astronom  senior dari Indonesia turut serta dalam Sidang Umum IAU tersebut, yakni Jorga Ibrahim,  Iratius Radiman, Suryadi Siregar, dan Ny Permana Permadi. Mereka belum bisa  diwawancarai karena belum kembali di Tanah Air sampai tulisan ini dibuat. 

Kontroversi Planet Pluto

Keputusan melepas status planet dari Pluto tentu saja sangat mengejutkan semua pihak.  "Kata 'planet' dan gagasan tentang planet bisa menjadi sangat emosional karena itu  adalah hal yang kita pelajari sejak kita masih kanak-kanak," ungkap Richard Binzel, profesor ilmu-ilmu planet dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang  menentang "pemecatan" Pluto, seperti dikutip Associated Press.  Orang paling terpukul dengan keputusan ini adalah Patricia Tombaugh (93), janda Clyde  Tombaugh, ilmuwan yang menemukan Pluto pada 18 Februari 1930. "Ini sangat  mengecewakan dan sangat membingungkan. Saya tidak tahu bagaimana harus  menghadapi ini, rasanya seperti kehilangan pekerjaan," tuturnya kepada AP dari 
rumahnya di Las Cruces, New Mexico. 

Beberapa pihak memprediksi debat mengenai status Pluto tidak akan berakhir di sini. Alan  Stern, ketua misi pesawat ruang angkasa NASA, New Horizon, yang diluncurkan ke Pluto,  Januari lalu, mengaku merasa "malu" terhadap keputusan itu. Meski demikian, misi senilai  700 juta dollar AS dan baru akan tiba di Pluto pada 2015 itu tetap akan dilanjutkan. "Ini  benar-benar sebuah definisi yang ceroboh. It's bad science. Ini belum selesai," ujar Stern. 

Wajar Pencopotan Planet Pluto

Wajar saja pencopotan gelar planet dari Pluto memicu reaksi yang emosional. Pluto  selama ini memiliki tempat tersendiri di hati para astronom, baik yang profesional maupun  amatir. Pluto sering dianggap "Si Bungsu dari Tata Surya" karena jaraknya yang terjauh  dari Matahari dan ditemukan paling akhir dibandingkan delapan planet lainnya. 

Orbit Pluto yang sangat lonjong dan tidak sejajar dengan bidang lintasan planet lainnya  juga membuat planet ini unik. Pluto juga sempat dianggap sebagai jawaban dari misteri  Planet X, sebuah planet hipotetis yang diduga ada di luar orbit Neptunus dan  menyebabkan gangguan pada orbit planet Uranus dan Neptunus. 

Meski ukuran Pluto  kemudian terbukti terlalu kecil untuk menjadi Planet X, dugaan tersebut menjadi bagian 
dari legenda Pluto. Selain itu, keputusan pencabutan Pluto dari keluarga planet Tata Surya ini juga membawa 
konsekuensi perubahan seluruh buku pelajaran, kamus astronomi, buku pintar, dan  ensiklopedia di dunia yang sudah terlanjur mencantumkan Pluto sebagai planet ke-9.  Bayangkan kerepotan yang akan terjadi. 

Namun, Taufiq Hidayat mengatakan, inilah konsekuensi dari perkembangan ilmu  pengetahuan. Perubahan definisi planet dan keluarnya Pluto dari keluarga planet hanyalah  sebuah pengingat bagi kita semua bahwa ilmu pengetahuan yang kita pahami dan kita  yakini kebenarannya sekarang ini bukanlah sebuah kesimpulan final. Masih banyak  kebenaran yang belum kita temukan.  Seperti yang selalu dikutip dalam serial film televisi X-Files, the truth is out there.... 

Sumber : Kompas (27 Agutsus 2006)

0 komentar:

Posting Komentar

Flag Country

free counters