Seperti Apa Bau Bulan Saturnus? Ilmuwan Mengungkapnya




Menggunakan data yang telah dikumpulkan oleh wahana antariksa Cassini, ilmuwan berhasil mengungkap bau Titan, bulan Saturnus.

Tim yang dipimpin oleh Joshua Sebree, asisten profesor di University of Iowa, mengatakan bahwa Saturnus berbau "manis, aromatik, dan seperti bahan bakar".

Untuk mengungkap bau Planet Saturnus, Sebree dan timnya mencampur beberapa macam gas utama yang terdapat di Titan, yakni nitrogen, metana, dan benzena.

Mereka juga menambahkan gas-gas minor lain dan mencoba terus-menerus sehingga komposisinya mirip seperti data yang diambil Cassini.

Setelah mencoba-coba, ilmuwan akhirnya menemukan formula yang mirip dengan data Cassini. Mereka mengungkap bahwa Saturnus punya bau manis dan aromatik.

"Ini yang terdekat yang pernah dicapai, setahu kami, untuk membuat eksperimen laboratorium dengan data Cassini," kata Sebree seperti dikutip Science Alert, Senin (16/6/2014).

Melissa Trainer dari Goddard Center di NASA mengatakan, bau aromatik disebabkan oleh adanya molekul hidrokarbon, yakni benzena.

Ilmuwan akan terus mengungkap bau planet-planet lain sehingga pada kemudian hari bisa menyusun profil bau planet-planet selain Bumi.

Program Antariksa AS Diminta Fokus pada Mars




Laporan Dewan Riset Nasional AS, yang ditugasi oleh NASA, merekomendasikan pendekatan batu loncatan ke arah Mars. Amerika Serikat seharusnya meninggalkan "pendekatan fleksibel" untuk misi manusia di luar Bumi, menetapkan Mars sebagai tujuan akhir dan membuka pintu kepada China sebagai salah satu mitra potensial, menurut sebuah kajian program penerbangan antariksa manusia, Rabu (4/6).

Laporan Dewan Riset Nasional AS, yang ditugasi oleh badan antariksa Amerika NASA, merekomendasikan pendekatan batu loncatan menuju Mars yang membangun pengetahuan teknologi melalui serangkaian misi-misi awal yang terdefinisikan dengan baik.

Semua opsi dimulai dengan Stasiun Antariksa Internasional, sebuah kompleks riset berbiaya US$100 miliar yang melayang 400 kilometer di atas Bumi, menurut laporan setebal 286 halaman yang dirilis Washington, D.C.

Salah satu jalurnya termasuk rencana NASA baru-baru ini untuk menangkap asteroid dengan robot, mengalihkannya ke orbit tinggi sekitar bulan dan mengirim astronot ke sana untuk menjelajah. Laporan itu menyarankan langkah itu dilanjutkan dengan misi-misi ke bulan-bulan Mars, lalu ke orbit Mars dan akhirnya ke permukaan planet merah itu.

NASA dapat mengikuti program Stasiun Antariksa Internasional, yang saat ini menghabiskan anggaran AS sebanyak $3 miliar per tahun, dengan serangkaian program ke bulan sebelum ke Mars, menurut laporan tersebut.
  
NASA mengatakan mendukung penemuan-penemuan panel tersebut.

"Ada konsensus bahwa tujuan kita haruslah sebuah misi manusia ke Mars," ujar badan tersebut dalam pernyataan tertulis.

Panel tersebut tidak memberikan estimasi spesifik mengenai biaya misi Mars, namun berdasarkan inisiatif-inisiatif luar angkasa sebelumnya, publik akan mendukung upaya itu. (Reuters)

Perusahaan Swasta Beri NASA Pilihan Lebih Murah Kirim Manusia ke Antariksa




Laporan Dewan Riset Nasional AS, yang ditugasi oleh NASA, merekomendasikan pendekatan batu loncatan ke arah Mars. Pimpinan eksekutif SpaceX, Elon Musk hari Kamis memperkenalkan pesawat kapsul baru yang disebut Dragon Two di markas perusahaan itu di Hawthorne, California. Ia mengatakan pesawat antariksa baru itu bisa mengakhiri monopoli Russia sekarang ini dalam peluncuran roket ke antariksa.

“Rusia tidak hanya mengejek Amerika Serikat karena kurangnya peralatan untuk penerbangan ke antariksa. Tapi, mereka juga memungut biaya berlebihan dan saya rasa bahkan di atas 70 juta dolar untuk satu penumpang.  Kami menawarkan kepada NASA biaya per astronot bisa kurang dari 20 juta dolar dan itu dengan asumsi tingkat penerbangan rendah.  Jadi kalau jumlah penerbangan tinggi kemungkinan hanya beberapa juta dolar per penumpang,” kata Elon Musk.
Sejak pesawat ulang alik dipensiunkan tahun 2011, NASA bergantung pada roket-roket Rusia untuk membawa para astronot ke Stasiun Antariksa Internasional dan pulang kembali.
NASA sebelumnya menghendaki perusahaan-perusahaan Amerika mengisi kekosongan itu menjelang 2017 dan telah memberikan dana bantuan untuk memacu inovasi.
Elon Musk juga menekankan kemampuan pendaratan pesawat antariksa baru itu dimana ia mengatakan dengan mesin yang lebih kuat dan peralatan pendaratan khusus, pesawat itu bisa mendarat di mana saja seperti helikopter.
SpaceX telah menerbangkan kapsul tak berawak ke Stasiun Antariksa Internasional, tetapi kapsul-kapsul itu mendarat di laut sewaktu kembali.
Musk mengatakan Dragon Two memungkinkan penggunaan ulang dengan cepat, dan pesawat antariksa itu bisa dengan cepat diisi bahan bakar dan dikirim kembali ke antariksa.
Ia mengharapkan penerbangan percobaan pertama tanpa awak pesawat itu akan dilakukan sekitar tahun depan dan penerbangan dengan awak sekitar tahun 2016.


Sumber

Bumi Punya Cadangan Air Tiga Kali Lautan



Peneliti Northwestern University, Amerika Serikat, menemukan cadangan besar air tersembunyi di bawah permukaaan Bumi. Besarnya cadangan air itu disebutkan tiga kali dari volume lautan yang ada di permukaan Bumi. 

Melansir Guardian, Jumat 13 Juni 2014, temuan itu berhasil usai peneliti bekerja keras mendalami selama satu dekade terakhir. Penantian peneliti terbayarkan dengan temuan tersebut. 

Disebutkan, cadangan air raksasa itu terjebak dalam ratusan mil di bawah permukaan Bumi. Temuan ini membuka wawasan baru atas pemahaman bagaimana Bumi terbentuk di masa lalu. 

Peneliti mengatakan, cadangan air itu terjebak dalam sebuah mineral yang disebut  ringwoodite yang berada di kedalaman 660 kilometer di bawah kerak Bumi. 

Pakar geofisika universitas itu, Steve Jacobsen, yang juga memimpin studi mengatakan, penemuan itu menunjukkan air Bumi kemungkinan muncul ke permukaan didorong oleh aktivitas geologi. Teori ini berbeda dengan asumsi air di permukaan Bumi muncul dari simpanan beberapa komet es licin yang menabrak pembentukan Bumi. 

"Proses geologi pada permukaan Bumi, misalnya gempa bumi atau letusan gunung berapi merupakan ekspresi bagian dalam Bumi, yang tak terlihat lagi oleh kita," jelas Jacobsen.

Jacobsen merasa puas riset timnya akhirnya mampu membuktikan adanya siklus seluruh air Bumi. Temuan itu juga dapat menjelaskan bagaimana cadangan air raksasa yang ada di permukaan planet yang dapat dihuni. 

Temuan soal cadangan besar itu sebenarnya diawali oleh temuan sebuah wilayah luas di bawah tanah yang membentang di dalam perut Bumi di Amerika Serikat. 

Atas fenomena itu, tim Jacobsen kemudian ingin membuktikan langsung ada air dalam area mantel Bumi yang disebut zona transisi. Ringwoodite berfungsi bunga karang karena struktur kristal mampu menarik hidrogen dan menjebak air.

Ditambahkan Jacobsen, satu persen bobot mantel batuan yang terletak di zona transisi merupakan air, dan itu setara hampir tiga kali dari jumlah air yang ada di lautan permukaan Bumi. 

Untuk kedalaman cadangan air besar memang berada di kedalaman lebih dari 600 km. Itu kolaborasi data dari USArray, jaringan pengukuran seismometer untuk gempa di seluruh wilayah AS dengan data laboratorium pengujian simulasi batuan bertekanan tinggi besutan Jacobsen. 

Data itu menghasilkan bukti pencairan dan gerakan batuan dalam zona transisi menyebabkan air menyatu dan terjebak dalam batu. 

Temuan ini telah memberi terobosan, sebab sebelumnya diyakini pencarian batuan terjadi pada kedalaman 80 km. 

Mengenai fungsi air cadangan di bawah permukaan Bumi, menurut Jacobsen, berfungsi sebagai penyangga lautan di permukaan. Itulah sebabnya, alasan cadangan air berada di dalam perut Bumi dalam jutaan tahun.

Ledakan Misterius Bintang Ini Sejuta Kali Kilau Matahari



Ilmuwan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) berhasil menangkap citra ledakan salah satu bintang terbesar, V838 Monocerotis. Bintang ini merupakan bintang merah yang terletak di konstelasi Manoceros. 

Sebelum meledak, V838 telah tumbuh menjadi salah satu bintang terbesar yang pernah diamati oleh para astronom. Kemampuan bintang ini disebutkan mampu menghasilkan cahaya 600 ribu kali lebih banyak dari matahari, Daily Mail, Senin 16 Juni 2014. 

Ledakan bintang yang direkam dari kumpulan data teleskop Hubble mulai 2002 hingga 2006 itu menunjukkan fenomena yang berbeda. Bila biasanya ledakan supernova--ledakan sebuah bintang dalam sebuah galaksi-- diikuti dengan lontaran material di antariksa, namun ledakan dari V838 tidak.

Alih-alih menghalangi pandangan, bintang V838 justru menampilkan kilau cahaya yang sangat terang, disebutkan satu juta kali lebih kilau matahari. Tak heran, saat meledak, V838 mampu menciptakan gema cahaya berkembang yang menerangi debu kosmik di sekitar bintang itu. 

Astronom mengaku sebelumnya belum pernah melihat ledakan seterang dan sekilau ledakan V838.

NASA menganalisis kedahsyatan cahaya dari kilau ledakan itu. Luas ledakan itu sampai di sekitar lapisan bintang besar itu. Struktur mirip pusaran air pada bintang V838, kemungkinan dihasilkan oleh efek medan magnet dalam ruang angkasa diantara bintang-bintang tersebut. 

Masih misterius

Sejauh ini ledakan bintang itu masih menyisakan misteri. Para ilmuwan tidak mengetahui apa yang menyebabkan bintang raksasa itu meledak. Ilmuwan awalnya memperkirakan ledakan adalah hasil dari supernova atau denyut panas dari bintang yang tengah sekarat. 

Namun asumsi itu telah dikesampingkan usai temuan bintang V838 yang diprediksi merupakan bintang muda. 

"Saat dikombinasikan dengan kilau tinggi dan perilaku ledakan yang tak biasa, karakteristik itu mengindikasikan binatang V838 mewakili jenis ledakan bintang yang belum diketahui," tulis laporan paper dari US NAVAL Observatory, University of Arizona dan Badan Antariksa Eropa (ESA). 

Paper kolaborasi itu menyatakan peneliti belum mendapatkan penjelasan fisik yang benar-benar memuaskan. 

Posisi V383 terletak sekitar 20 ribu tahun cahaya arah konstelasi Monoceros, sedangkan gema cahaya dalam gambar terletak berdiamater sekitar 6 tahun cahaya.

Jejak Planet Lain Ditemukan di Bulan




GOTTINGEN -- Peneliti menemukan bukti adanya sesuatu yang jatuh ke bumi miliaran tahun yang lalu dan membentuk bulan. Analisa dari bebatuan bulan yang dibawa kembali oleh para astronot Apollo menunjukkan jejak dari 'planet' yang disebut Theia.

Menurut peneliti utama dari Universitas Goettingen, Dr Daniel Herwartz, seperti dilansir BBC, Jumat (6/6), hingga kini belum ditemukan bukti-bukti definitif tentang teori tersebut. Para peneliti berpendapat penemuan mereka menegaskan teori bahwa bulan diciptakan oleh sebuah tabrakan dahsyat.Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Science.

Teori yang berlaku sejak 1980-an adalah bulan muncul sebagai hasil dari tabrakan antara bumi dan Theia sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu. Theia dinamai dari dewi dalam mitologi Yunani yang mengatakan Theia adalah ibu Selene, dewi bulan.

Ia diperkirakan telah hancur dan menghasilkan puing-puing yang berbaur dengan bumi dan melebur menjadi bulan. Ini adalah penjelasan yang paling sederhana atas pembentukan bulan dan cocok dengan penghitungan komputer. Kelemahan utama teori ini tidak ada yang pernah menemukan bukti dari Theia dalam sampel batuan bulan.

Google Akuisisi Perusahaan Citra Satelit

Google.



JAKARTA -- Google pada Selasa mengumumkan rencana untuk membeli kelompok satelit Skybox Imaging seharga 500 juta dolar AS, dalam sebuah langkah untuk meningkatkan pemetaan dan layanan lainnya yang menggunakan data geospasial.

"Kami telah setuju untuk mengakuisisi Skybox Imaging, dan kami berharap untuk menyambut mereka untuk Google," kata sebuah pernyataan dari raksasa internet.

"Satelit mereka akan membantu menjaga peta kami akurat dengan citra terbaru. Seiring waktu, kami juga berharap bahwa tim dan teknologi Skybox akan dapat membantu meningkatkan akses internet dan bantuan bencana -- bidang-bidang yang Google telah lama tertarik."

Skybox mengatakan dalam sebuah "posting blog" bahwa tujuan dari perusahaan berusia lima tahun itu adalah "untuk merevolusi akses ke informasi tentang perubahan yang terjadi di seluruh permukaan bumi."

"Kami telah membangun dan meluncurkan satelit pencitraan resolusi tinggi terkecil di dunia, yang mengumpulkan gambar indah dan berguna serta video setiap hari . Waktu yang tepat untuk bergabung dengan sebuah perusahaan yang dapat menantang kami untuk berpikir lebih besar dan lebih berani, dan yang dapat mendukung kami dalam mempercepat visi ambisius kami."

Berita itu muncul dua bulan setelah Google mengumumkan kesepakatan untuk membeli Titan Aerospace, pembuat pesawat terbang tanpa awak (drone) bertenaga surya yang dapat digunakan untuk meningkatkan akses internet ke daerah-daerah terpencil.

Google juga sedang bekerja sama pada Project Loon, yang menggunakan balon besar untuk transmisi sinyal internet ke daerah yang sekarang tidak terhubung. Demikian laporan AFP.

Asteroid sebesar 3x lapangan sepakbola lintasi bumi


Kembali satu ancaman untuk bumi terdeteksi oleh para pakar luar angkasa. Bahkan ancaman tersebut apabila melihat dari segi bentuk dan ukurannya akan menjadikan satu bahaya besar bagi kehidupan manusia di bumi.

Sebuah asteroid berukuran besar atau sekitar 305 meter melintasi bumi pada hari ini (08/06). Asteroid yang dinamakan 2014HQ124 ini memiliki lintasan yang langsung berdekatan dengan bumi.

Dikutip dari Techno Buffalo (07/08), untung saja, walaupun berbahaya dan sangat besar, namun menurut para astronom dan para pakar, asteroid yang dijuluki "The Beast" ini tidak akan sampai menabrak bumi.

Asteroid
"Jaraknya sekitar 716.500 mil atau 1,1 juta kilometer dari bumi. Asteroid itu memiliki ukuran 3 kali lapangan sepakbola," jelas peneliti.

Sebenarnya, asteroid tersebut sudah terdeteksi sejak tanggal 23 April lalu, namun para peneliti tidak begitu memberikan perhatian khusus karena awalnya lintasan dari asteroid itu diperkirakan tidak sedekat sekarang ini.

Para peneliti mengungkapkan, apabila terjadi tabrakan, maka kekuatan yang dilepaskan oleh asteroid "The Beast" ini setara dengan ribuan kali bom atom yang pernah dijatukan di Jepang.

Awas, asteroid raksasa 'siap' hantam bumi



Meteor yang menghantam Bumi pada umumnya akan habis terbakar di atmosfer saat jatuh menuju bumi. Tapi tampaknya hal tersebut tidak akan terjadi kali ini, karena benda langit yang kini tengah terbang ke planet kita itu setara dengan sebuah gedung bertingkat.
Dengan lebar 1000 kaki atau sekitar 300 meter, meteor yang sudah tergolong dalam kelompok asteroid ini diberi nama "Beast" atau hewan buas oleh NASA. Yang lebih mengkhawatirkan, Beast tengah terbang mendekat dengan kecepatan 50.400 kilometer per jam.
Padahal, salah satu kendaraan tercepat di muka bumi, mobil Formula One kecepatan maksimalnya hanya sekitar 400 kilometer per jam. Jadi asteroid ini memiliki kecepatan 126 kali lebih cepat dari mobil yang biasa ditunggangi oleh Michael Schumacher itu.
Berbekal kecepatan kilat, NASA menyatakan jika asteroid tersebut bisa memicu ledakan sebesar 2000 megaton saat menghantam bumi. Hal ini setara dengan ledakan 10.000 hulu ledak nuklir. Tentunya ledakan tersebut cukup kuat untuk menghancurkan satu kota metropolitan seperti New York.
Untungnya, angkasawan NASA, Don Yeomans meyakinkan jika asteroid Beast tersebut kemungkinan besar tidak akan menabrak bumi. Meskipun berada di titik terdekatnya dengan bumi pada tanggal 8 Juni besok, asteroid tersebut masih cukup jauh dan masih berjarak 1,25 juta kilometer dari bumi atau 3 kali jarak antara bumi dan bulan.
Dikutip dari Daily Mail (7/6), asteroid tersebut pertama kali di temukan pada tanggal 23 April tahun 2014 oleh sebuah teleskop luar angkasa yang diluncurkan untuk misi NEOWISE yang bertugas mengawasi komet dan asteroid di sekitar bumi.

Akibat teori 'ngarai lava', tidak pernah ada kehidupan di Mars?


Nampaknya pencarian kehidupan di Mars akan kembali 'membentur' tembok tebal, karena telah muncul teori baru yang menyatakan jika planet ini dahulunya tidak di penuhi oleh air, tapi lava gunung berapi.
Menurut makalah yang ditulis oleh Giovanni Leone dari Institut Teknologi Swiss, terkuak fakta jika dahulunya ngarai-ngarai di planet Merah ini terbentuk akibat aliran lava. Padahal dari dulu para peneliti percaya jika ngarai-ngarai tersebut terbentuk akibat aliran air. Seperti yang terjadi pada ngarai paling terkenal di Bumi, Grand Canyon di Amerika Serikat.
Leone juga mengungkapkan jika di masa lalu, pegunungan Tharsis di Mars telah memuntahkan lava dalam jumlah masif. 'Banjir' lava tersebut yang dituding sebagai pengikis lembah dan celah-celah dalam di dataran Mars.
Untuk melahirkan teori tersebut, Profesor Leone harus melakukan penelitian dengan mengumpulkan ribuan foto dataran Mars yang dipotret oleh pesawat angkasa milik NASA, MRO.Pesawat ini memang mengorbit di sekitar planet terdekat dengan Bumi itu dari tahun 2006, Daily Mail (3/6).
Dari hasil analisis foto-foto tersebut, terlihat jika hampir 90 persen daratan Mars yang diamati pernah ditutupi oleh lava atau mempunyai bekas 'gerusan' dari lava, bukannya air. Jika hal ini memang benar, maka pupus lah teori para ilmuwan yang selama 25 tahun menganggap jika air dalam jumlah besar, serta kehidupan pernah 'singgah' di Mars.
Sebelumnya, peneliti menyakini jika sebuah danau yang berisi air pernah ada di Mars sekitar 210 juta tahun yang lalu di gunung Arsia, gunung ketiga tertinggi di planet tersebut. Meskipun sedikit, masih terdapat sisa-sisa air tersebut memang masih ada dalam bentuk es yang menutupi bekas danau di gunung Arsia.

Inilah Foto Alam Semesta Paling Berwarna, Memuat 10.000 Galaksi




Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) merilis citra terbaru alam semesta. Citra itu adalah gambaran alam semesta yang paling berwarna.

Citra dihasilkan dari paduan foto yang diambil dengan Advanced Camera for Survey dan Wide Field Camera 3 pada teleskop antariksa Hubble pada tahun 2003 dan 2012.

Panorama alam semesta ini adalah yang pertama kali memanfaatkan sinar ultraviolet dalam pencitraannya, selain cahaya tampak dan inframerah.

Hasil "jahitan" dari 800 foto tersebut menunjukkan 10.000 galaksi di alam semesta, dari yang muda hingga yang usianya mendekati Big Bang (13 miliar tahun).

Pemanfaatan sinar UV dalam citra ini penting. Hingga kini, astronom belum punya banyak data tentang alam semesta pada masa 5-10 miliar tahun lalu, saat banyak bintang terbentuk.

Harry Teplitz dari California Institute of Technology, seperti dikutip Gizmodo, Selasa (3/6/2014), mengatakan, "Penambahan sinar ultraviolet mengisi gap itu.

Planet dari Galaksi Asing Ini Diduga Mampu Mendukung Kehidupan




Sebuah planet yang berasal dari galaksi lain diduga mampu mendukung kehidupan. Kini, planet itu terlempar ke galaksi kita setelah galaksi kampung halamannya hancur ditabrak oleh Bimasakti.

Planet bernama Kapteyn b yang sebenarnya baru saja ditemukan oleh astronom itu berjarak 13 tahun cahaya dari Bumi, tergolong dekat. Jarak planet dengan bintang induknya tak begitu dekat ataupun jauh sehingga suhunya pas dan memungkinkan adanya air dalam bentuk cair.

Penemuan planet yang ukurannya 5 kali lebih besar dari Bumi atau disebut Bumi-Super ini dipublikasikan di Monthly Notices of the Royal Astronomical Society Letters pada bulan Juni 2014.

Pamela Arriagada dari Carniegie Institution yang terlibat riset mengatakan, "Menemukan sistem keplanetan stabil dengan planet yang berpotensi mendukung kehidupan di salah satu bintang yang terdekat sangat menarik."

Astronom mengatakan, bintang kerdil coklat bernama Kapteyn yang menjadi bintang induk Kapteyn b berusia 11,5 miliar tahun, dua kali lebih tua dari Bumi dan hanya 2 miliar tahun lebih muda dari alam semesta (13,8 miliar tahun).

"Planet ini adalah satu lagi bukti bahwa hampir semua bintang di alam semesta punya planet dan bahwa planet yang berpotensi mendukung kehidupan di galaksi kita sama umumnya dengan pasir di pantai," jelas Arriagada seperti dikutip Daily Mail, Rabu (4/6/2014).

Apakah kehidupan pernah ada di sana? Itu belum pasti. Namun, dengan usianya yang sudah tua, kemungkinan itu ada dan mungkin lebih maju dari Bumi.

Kepteyn b punya satu saudara, Kapteyn c. Akan tetapi, Kapteyn c mengorbit bintangnya pada jarak yang cukup jauh dari bintangnya sehingga dingin dan tak memungkinkan air dalam bentuk cair ada.

Astronom menemukan Kapteyn b dengan instrumen di Observatorium Cile dan Hawaii. Cara penemuannya adalah dengan mengamati "goyangan" bintang akibat planet yang mengitarinya. Bintang Kapteyn sendiri, kata astronom, bisa diamati oleh astronom amatir dengan teleskop. Bintang itu berada di selatan konstelasi Pictor.

Obyek Angkasa Langka Ditemukan, Bintang yang "Hamil" Bintang




Astronom menemukan bintang yang semula hanya ada dalam teori, sebuah bintang yang "hamil" atau berisi bintang lain.

Bintang yang berisi bintang disebut dengan obyek Thorne Zytkow, atau disebut juga bintang hibrida. Teori tentang adanya bintang ini dikemukakan oleh Kip Thorne dan Anna Zytkow pada 1975.

Bintang yang mengagumkan itu ditemukan dengan teleskop 6,5 meter Magellan Ckay di Las Campanas, Cile.

Tim astronom yang dipimpin oleh Emily Levesque dari University of Colorado Boulder tengah mengamati spektrum cahaya sebuah bintang raksasa merah bernama HV 2112.

Saat pengamatan, keanehan pun terlihat. Nidia Morrel dari Carnegie Observatory mengatakan, "Saya tak tahu apa itu, tetapi saya tahu saya menyukainya."

Analisis kemudian mengungkap bahwa bintang raksasa merah ini memiliki unsur rubidium, litium, dan molibdenum yang berlebih.

Kandungan rubidium, litium, dan molibdenum tersebut dalam jumlah berlebih merupakan ciri dari obyek Thorne Zytkow.

Berdasarkan kandungan itu, astronom kemudian menyatakan bahwa bintang raksasa merah yang ditemukan sejatinya obyek Thorne Zytkow.

Obyek Thorne Zytkow terbentuk ketika bintang raksasa merah menelan bintang neutron, sebuah bintang produk supernova.

Zytkow, yang pertama mengemukakan teori adanya obyek itu, mengaku senang dengan penemuan terbaru ini.

"Saya sangat senang bahwa konfirmasi lewat observasi dari teori kami mulai muncul," ungkapnya seperti dikutip Nature World News, Rabu.

Bukti Adanya Planet yang Menabrak Bumi Ditemukan pada Batu Bulan




Ilmuwan menemukan bukti adanya planet yang menabrak bumi setelah menganalisis batu bulan yang dibawa oleh misi Apollo 11, 12, dan 16.

Planet bernama Theia itu oleh beberapa ilmuwan diyakini sebagai planet yang bertanggung jawab pada pembentukan bulan.

Sekitar 4,5 miliar tahun lalu, Theia menabrak bumi. Tabrakan menyebabkan debris dalam jumlah besar yang terdiri atas kerak dan mantel bumi menyebar ke antariksa.

Di angkasa, debris dan material Theia menyatu. Rob de Meijer, profesor Groninger University di Belanda, meyakini bahwa kumpulan debris dan material Theia itulah yang membentuk bulan.

Bukti adanya Theia yang ditemukan berupa isotop atom oksigen pada bulan yang ternyata sedikit berbeda dengan oksigen yang ditemukan pada bumi.

Isotop adalah atom suatu unsur yang memiliki proton yang sama, tetapi mempunyai neutron dalam jumlah berbeda.

Proton adalah partikel dalam inti atom yang bermuatan positif, sementara neutron adalah partikel yang tidak bermuatan (netral).

Dalam riset yang dipublikasikan di jurnal Science itu, diungkap bahwa batu bulan memiliki atom oksigen -17 yang lebih melimpah daripada bumi. 

Isotop oksigen di bulan memiliki sembilan neutron, berbeda dengan oksigen di bumi yang mempunyai delapan neutron.

Telah lama ilmuwan meyakini bahwa bila bulan terbentuk dari sebagian material Theia, komponen bulan harus berbeda dengan bumi.

Dengan adanya perbedaan isotop oksigen, Daniel Herwartz dari University of Gottingen yang memimpin riset, seperti dikutipFoxnews, Jumat (6/6/2014), mengatakan, "Ini mengonfirmasi hipotesis tabrakan besar."

Meskipun demikian, Alex Halliday dari Oxford University mengungkapkan bahwa hasil riset ini belum cukup kuat menjadi bukti.

Dikutip BBC, Kamis (5/6/2014), Halliday mengatakan bahwa ia terkejut dengan perbedaan antara bumi dan bulan begitu kecil. Untuk mengonfirmasi hipotesis tabrakan besar, perbedaan yang ditemukan seharusnya lebih besar.

Sementara itu, Mahesh Anand dari Open University mengingatkan, riset ini hanya meneliti tiga sampel. Jadi, hasilnya belum tentu representatif. 


Berapa Jumlah Bintang di Langit ?




Tidak ada yang tahu berapa pastinya jumlah bintang di langit. Dengan perhitungan mudah, ilmuwan NASA memperkirakan ada sekitar 100 bintang di langit. Maksudnya, 100 oktilion, yang penulisannya melibatkan 29 angka 0 setelah angka 1.

Dikutip melalui Space.com, Senin 2 Juni 2014, asisten profesor di Ithaca College New York, David Kornreich menggunakan perhitungan yang cukup mudah untuk menghitungnya. Kornreich menghitung, berdasarkan perkiraan jumlah galaksi di alam semesta, dikalikan dengan estimasi jumlah bintang di tata surya.

"Sejatinya, saya juga tidak tahu jawabannya, karena saya tidak yakin apakah alam semesta itu benar-benar luas atau tidak," ujarnya.

Menurut Kornreich, alam semesta yang dapat diobservasi adalah sekitar 13,7 miliar tahun cahaya. Namun, beberapa astronomer juga percaya bahwa manusia mungkin hidup di Multiverse, ungkapan yang menunjukkan bahwa ada beberapa alam semesta lain yang mirip dengan semesta yang kita ketahui.

Namun begitu, meskipun Kornreich harus memperkecilkan perhitungan dengan hanya menghitung alam semesta yang dapat diobservasi, menghitung jumlah bintang di atasnya membutuhkan ukuran pasti lebar alam semesta. Masalah lainnya yang harus diperhitungkan adalah kenyataan bahwa alam semesta itu melebar dan ruang-waktu sifatnya tidak pasti.

Kornreich mengambil langkah mudah dalam perhitungannya. "Katakanlah, jarak terjauh dari bumi adalah 13,7 juta tahun cahaya sehingga radius alam semesta yang dapat diobservasi adalah 13,7 miliar tahun cahaya. Namun sayangnya, ukuran jarak ini adalah relatif dan sifatnya tidak pasti. Bahkan, ada pendapat yang mengatakan jarak terjauh adalah 48 miliar tahun cahaya. Hal ini menyebabkan adanya jawaban yang berbeda-beda," ujar Kronreich. 

Menurut Kornreich, cukup mudah baginya untuk menghitung bintang yang berada di dalam galaksi karena mereka berkelompok. Sebab itu, untuk mulai menghitung jumlah bintang, Konreich harus memperkirakan berapa jumlah galaksi yang ada.

Beberapa perkiraan mengatakan, jika jumlah massa solar bintang adalah 100 miliar, atau 1.000 miliar kali dari massa matahari. Dengan perhitungan rata-rata, hasilnya, jumlah bintang di galaksi berjumlah 100 miliar. Namun, sekali lagi, ini masih bisa berubah tergantung berapa jumlah bintang di langit yang memiliki ukuran lebih besar atau kecil dibanding matahari. Tidak heran, jika kemudian pendapat lain mengatakan ada sekitar 200 miliar bintang di tata surya.

Paparan di 1995, melihat adanya titik kecil dalam Ursa Major yang menunjukkan adanya 3.000 galaksi yang tidak terlalu terang. Di 2003, ilmuwan lain melihat titik kecil dari konstelasi Fornax dan menemukan adanya 10.000 galaksi. Sebelumnya, investigasi Fornax di 2012 menunjukkan adanya 5.500 galaksi.

Kornreich kemudian menggunakan perkiraan kasar dengan jumlah 100 triliun galaksi di alam semesta. Ia pun mengkalikan jumlah itu dengan 100 miliar bintang di langit. Hasilnya adalah 100.000.000.000.000.000.000.000.000.000 atau 100 oktilion, dengan 29 huruf 0 di belakang.

Namun, lagi-lagi, Kornreich mengatakan bahwa ini adalah perkiraan kotor karena akan makin banyak terdeteksi galaksi-galaksi baru.

Ini Cara "Lahirkan" Manusia di Luar Angkasa




Ilmuwan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) melontarkan gagasan baru koloni manusia masa depan di planet lain. Dibandingkan dengan mengirimkan misi awak manusia ke planet luar Bumi, ilmuwan Adam Seltzner menyampaikan gagasan cukup mengirimkan DNA manusia   ke planet lain. 

Gen manusia itu dibawa dengan misi perjalanan ruang angkasa. Begitu sampai pada planet tujuan, gen itu dikembangkan dan diharapkan muncul peradaban manusia tanpa repot mengirimkan awak untuk mengoloni planet lain, melansir Daily Mail, Selasa 3 Juni 2014.

Ide itu memang tampak seperti fiksi sains. Namun, diperkirakan dengan kemajuan teknologi ratusan tahun mendatang, gagasan ini memungkinkan dijalani. 

Gagasan itu disampaikan Seltzner dalam diskusi bertajuk "The Future is Here". Festival yang diselenggarakan Smithsonian Magazine di Washington DC, Amerika Serikat, pada Mei lalu. 

"Penawaran eksplorasi ruang angkasa terbaik kami yaitu dengan 'mencetak' manusia secara asli pada planet lain. Kita mungkin bisa mengoloni dunia lain tanpa astronot tapi dengan bakteri," jelas Seltzner.

Skema pengiriman gen manusia itu disampaikan menggunakan dua cara. Pertama gen dititipkan dalam bakteri yang dikirimkan ke planet lain. Sementara itu, skema kedua, gen dititipkan dalam sebuah mesin robot yang akan diluncurkan pada planet tujuan. 

Skema pertama itu memungkinkan. Belum lama ini uji coba bakteri di ruang angkasa sudah dilakukan. Pada bulan lalu, European Technology Exposure Facility (Eutef) telah membuktikan bakteri dapat bertahan hidup dalam perjalanan antarplanet, antara Bumi ke Mars. Peneliti merilis bakteri pada sisi luar modul Colombus di Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS). Walhasil bakteri dapat tetap hidup dan berkembang. 

Skema lain juga dapat diaplikasikan, yaitu melibatkan kemampuan mesin otomatis robotik ke sebuah planet yang dapat dihuni diluar Tata Surya yang dideteksi teleskop Kepler. Caranya, gen manusia dititipkan dengan memanfaatkan pancaran robotik.

Pengajuan gagasan ini muncul untuk menjadi solusi problem perjalanan antarbintang di ruang angkasa. Perjalanan ke planet jauh, di luar Tata Surya, yang butuh waktu lama sangat tidak memungkinkan saat ini. Secara hukum fisika, manusia belum mampu untuk mengarungi planet jauh dengan jangka waktu yang lama. 

Untuk itu dengan mengganti gen manusia setidaknya menutupi problem itu.

Kapteyn b, Diduga Planet Alien Terdekat Bumi



Temuan astronom terbaru mengungkapkan sebuah planet tertua di tata surya yang diduga merupakan tempat hidup alien. Dideteksi ada air di permukaan planet itu, sehingga manusia pun bisa hidup di sana.

Terdapat dua planet luar yang ditemukan para astronom dengan jarak yang dekat ke Bumi. Lokasinya berada di sebelah selatan konstelasi Pictor, berjarak 13 tahun cahaya dari Bumi. 

Dua planet itu berada mengitari sebuah bintang induk bernama Kapteyn. Planet pertama diberi nama Kapteyn b dengan ukuran lima kali lebih besar dari Bumi. Orbit Kapteyn b selesai setiap 48 hari sekali, sehingga suhu dalamnya cukup hangat dan bisa menampung air di permukaan.

Planet kedua adalah Kapteyn c, sebuah super-Bumi yang mampu mengitari bintang setiap 121 hari sekali. Kecepatan orbit Kapteyn c membuat suhu planet dingin dan terlalu dingin untuk bisa menyimpan air. 

"Hangatnya suhu di planet tersebut pasti membuat Anda bertanya-tanya, kira-kira makhluk apa dan kehidupan apa yang mampu bertahan di planet tersebut dalam waktu lama," ujar astronom dari Queen Mary University London, Guillem Anglada-Escude, seperti dikutip Space.com, Rabu 4 Juni 2014.

Data Anglada-Escude menunjukkan, Kapteyn b berjarak 13 tahun cahaya dan berumur 11,5 miliar tahun cahaya. Itu artinya, usia Kapteyn b lebih tua 2,5 kali dari Bumi, dan hanya terpaut usia 2 miliar tahun lebih muda dari alam semesta itu sendiri.

Seperti diketahui, alam semesta mengalami ledakan dahsyat, yang dinamai BigBang, sejak 13,8 miliar tahun lalu. Ledakan itu mengakibatkan terpecahnya alam semesta menjadi seperti sekarang.

Temuan ini, yang dipublikasikan di Monthly Notices of the Royal Astronomical Society Letters, menggunakan data spectometer Harps yang terletak di European Southern Observatory untuk mengukur perubahan-perubahan kecil dalam pergerakan bintang induk kedua planet itu.

Induk Kapteyn merupakan bintang tercepat kedua di langit yang berada di galaksi Halo. Halo merupakan sekumpulan bintang yang mengorbit di bima sakti. Kapteyn dinamai dari nama astronom penemu planet itu, Jacobus Kapteyn, pada abad ke-19.

"Kami terkejut karena menemukan ada planet yang mengorbit pada bintang Kapteyn ini. Kami sedang meneliti bintang Kapteyn ini dan menemukan adanya dua planet yang mengitarinya. Ini merupakan cita-cita kami untuk bisa menemukan sistem planet yang memiliki habitat dan berjarak tidak jauh dari bintang dan Bumi," ujar Anglada-Escude. Kemungkinan makhluk luar angkasa berdiam di planet tersebut. Adanya air dan kondisi planet yang hangat memberikan keyakinan para astronom.

Flag Country

free counters