evaluasi program Pendidikan



1. Hakikat Evaluasi Program

Evaluasi program yaitu “evaluasi” (evaluation), “pengukuran” (measurement), dan “penilaian” (assessment). Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa Inggris). Kata tersebut diserap kedalam perbendaharaan istilah bahasa Indonesia dengan tujuan mempertahankan kata aslinya dengan sedikit penyessuaian lafal Indonesia menjadi evaluasi. Istilah “penilaian” merupakan kata benda dari “nilai”. Pengertian “pengukuran” mengacu pada kegiatan membandingkan sesuatu hal dengan satuan ukuran tertentu, sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.Pengertian program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan maka program merupakan sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan.
Secara singkat evaluasi program merupakan upaya untuk mengukur ketercapaian program, yaitu mengukur seberapa jauh sebuah kebijakan dapat terimplementasikan.  Menurut Ralph Tyler (1950) “evaluasi program ialah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah dapat terealisasikan”. (dalam Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Adbul Jabar, M. Pd, 2008 : 5). Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program. (Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, 2009, 290). Evaluasi program adalah kegiatan menguji suatu hasil produksi, padahal kegiatan ini termasuk ke dalam kegiatan uji hasil (product testing). (Prof. Djudju Sudjana, M. Ed., Ph.D.)

2. Alasan Guru Melakukan Evaluasi Program
Menurut Fernandes (1984), pemikiran secara serius tentang evaluasi program dimulai sekitar tahun delapanpuluhan. Sejak tahun 1979-an telah terjadi perkembangan sehubungan dengan konsep-konsep yang berkenaan dengan evalusi program. (dalam Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Mp.Pd, 2008 : 5). Alasan guru melakukan evaluasi program pembelajaran adalah untuk mengetahui seberapa jauh dan bagian mana dari tujuan yang sudah tercapai serta apa penyebabnya. Tanpa adanya evaluasi, keberhasilan dan kegagalan program tidak dapat diketahui. Setiap kegiatan yang merupakan realisasi dari suatu kebijakan harus dirancang dengan cermat dan teliti, agar tujuan yang sudah ditetapkan dalam kebijakan dapat tercapai dengan sebaik- baiknya. Realisasi kebijakan merupakan sebuah program. Sehingga guru sebagai evaluator dapat mencermati letak kekuatan dan kelemahan program secara lebih baik.

3. Objek Evaluasi Program
Siswa atau mahasiswa sudah merupakan objek populer bagi evaluasi pendidikan. Sasaran evaluasi program yaitu komponen atau bagian program. Sasaran evaluator diarahkan pada komponen agar pengamatannya dapat lebih cermat dan data yang dikumpulkan lebih lengkap. Komponen program adalah bagian- bagian atau unsur- unsur yang membangun sebuah program yang saling terkait dan merupakan faktor- faktor penentu keberhasilan program. Program pembelajaran sangat tergantung dari beberapa faktor penting, yaitu, siswa, guru,.materi atau kurikulum, sarana dan prasarana, pengelolaan dan lingkungan. Apabila salah satu dari komponen tersebut kinerjanya kurang baik, pasti keberhasilan program pembelajaran tidak akan maksimal.

4. Cara Melaksanakan Evaluasi Program
Prosedur evaluasi pembelajaran/program pembelajaran terdiri dari lima tahapan, yakni :
a. Penyusunan Rancangan
Secara garis besar desain evaluasi pembelajaran berisi hal-hal yang sama dengan yang tertera dalam desain penelitian, yakni meliputi latar belakang, problematika, tujuan evaluasi, populasi dan sampel, instrument dan sumber data, serta teknik analisis data (Arikunto, 1988 : 44).
b. Penyusunan Instrumen
Setelah seorang evaluator menyusun rancangan evalusi pembelajarannya yakni peta kegiatan yang akan dilakukan selama kegiatan evaluasi pembelajaran, maka tahapan berikutnya adalah penyusunan instrument evaluasi pembelajaran.
Menurut Arikunto (1988 : 48-49) langkah-langkah penyusunan instrument adalah :
1.      Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrument yang akan disusun.
2.      Membuat kisi-kisi yang mencanangkan tentang perincian variable dan jenis instrumen yang akan digunakan untuk mengukur bagian variable yang bersangkutan.
3.      Membuat butir-butir instrumen evaluasi pembelajaran yang dibuat berdasarkan kisi-kisi.
4.      Menyunting instrument evaluasi pembelajaran yang meliputi, mengurutkan butir menurut sistematika yang dikehendaki evaluator untuk mempermudah pengolahan data, menuliskan petunjuk pengisian dan identitas serta yang lain, dan membuat pengantar pengisian instrumen.
c. Pengumpulan Data
Setelah instrument evaluasi pembelajaran siap pakai, maka langkah berikutnya adalah datang kepada sumber data untuk mengumpulkan data atau informasi yang diperlukan. Dalam pengumpulan data dapat diterapkan berbagai tekhnik pengumpulan data diantaranya adalah kuesioner, wawancara, pengamatan, dan studi kasus.
d. Analisis Data
Data atau informasi yang berhasil dikumpulkan selanjutnya diolah dan dianalisis. Sebagaimana halnya dalam evaluasi hasil belajar, data dapat diolah secara individual ataupun secara kelompok. Apabila data diolah dan dianalisis secara individual, maka hasilnya menunjuk kepada seseorang atau suatu keadaan. Sedangkan pengolahan dan penganalisisan secara kelompok, hasilnya menunjuk kepada suatu bagian data atau keseluruhan.
Dalam kegiatan evaluasi pembelajaran, analisis data yang paling banyak dilaksanakan adalah analisis deskriptif kualitatif yang ditunjang oleh data-data kuantitatif.
e. Penyusunan Laporan
Setelah melakukan analisis data, seorang evaluator masih terus menyusun laporan tentang evalusi pembelajaran yang telah mereka laksanakan. Dalam laporan evaluasi pembelajaran harus berisikan pokok-pokok berikut :
1. Tujuan evaluasi, yakni tujuan seperti yang disebutkan didalam rancangan evaluasi pembelajaran yang didahului dengan latar belakang dan alasan dilaksanakannya.
2. Problematika, berupa pertanyaan-pertanyaan yang telah dicari jawabannya melalui pengetahuan evaluasi pembelajaran.
3. Lingkup dan metodologi evaluasi pembelajaran yang dicantumkan disini adalah unsure-unsur yang dinilai dan hubungan antar variable, metode pengumpulan data, instrument pengumpulan data, teknik analisis data.
4. Pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
5. Hasil evaluasi pembelajaran, yakni berisi tujuan pengajaran, tolak ukur, data yang diperoleh, dan dilengkapi dngan sejumlah informasi yang mendorong penemuan evaluasi pembelajaran sehingga dengan mudah pembuat keputusan dapat memahami tingkat keberhasilan pembelajaran. (Dimodifikasi dari Arikunto, 1988 : 117-118).


DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin AJ. 2008. Evaluasi Program   Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Tayibnapis, Farida Yusuf. 2000. Evaluasi Program. Jakarta : Rineka Cipta.

Prinsip-Prinsip Evaluasi Pembelajaran



1.    Prinsip-Prinsip Dasar Evaluasi Pembelajaran
a.       Evaluasi bertujuan membantu pemerintah dalam mencapai tujuan pembeljaran bagi masyrakat.
b.      Evaluasi adalah seni, tidak ada evaluasi yang sempurna, meski dilkukan dengan metode yang berbeda.
c.       Pelaku evaluasi atau evaluator tidak memberikan jawaban atas suatu pertanyaan tertentu. Evaluator tidak berwennag untuk memberikan rekomendasi terhadap keberlangsungan sebuah program. Evaluator hanya membantu memberikan alternatif.
d.      Penelitian evaluasi adalah tanggung jawab tim bukan perorangan.
e.       Evaluator tidak terikat pada satu sekolah demikian pula sebaliknya.
f.        Evaluasi adalah proses, jika diperlukan revisi maka lakukanlah revisi.
g.       Evaluasi memerlukan data yang akurat dan cukup, hingga perlu pengalaman untuk pendalaman metode penggalian informasi.
h.      Evaluasi akan mntap apabila dilkukan dengan instrumen dan teknik yang aplicable.
i.        Evaluator hendaknya mampu membedakan yang dimaksud dengan evaluasi formatif, evaluasi sumatif dan evaluasi program.
j.         Evaluasi memberikan gambaran deskriptif yang jelas mengenai hubungan sebab akibat, bukan terpaku pada angka soalan tes.[28]
Selanjutnya dilihat dari pelaksanaannya evaluasi mempunyai tiga prinsip pokok, yaitu :
a.         Prinsip keseluruhan,
b.         Prinsip kontinuitas, dan
c.         Prinsip objektivitas.[29]

2.    Prinsip-Prinsip Umum Evaluasi Pembelajaran        
a.         Komprehensif
b.        Kegiatan evaluasi pembelajaran hendaknya dilaksanakan secara menyeluruh, yakni dengan mencakup seluruh aspek pribadi siswa, baik kognitif, afekif, maupun psikomotirik.
c.         Mengacu kepada tujuan
d.        Pelaksaaan evaluasi pembelajaran juga harus mengacu pada tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
e.         Objektif, Kegiatan evaluasi pembelajaran juga harus dilaksanakan secara objetif. Artinya apabila evaluasi dilaksanakan memang benar-benar sesuai dengan kenyataan yang ada.
f.         Kooperatif, Dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran, juga harus bekerja sama dengan semua pihak yang terlibat dalam kegitan evaluasi.
g.        Kontinyu, Evalusi pembelajaran harus dilaksanakan secara terus menerus atau berkesinambungan selama proses pelaksanaan pembelajaran.
h.        Praktis, ekonomis, dan mendidik, Evaluasi pembelajaran yang baik harus mudah dilaksanakan, rendah biaya, efisien waktu, tenaga serta bias mencapai tujuan secara optimal.[30]

Dari sekian banyak prinsip-prinsip evaluasi, ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi, atau adanya hubungan erat antara tiga komponen yaitu :
a.       Tujuan pembelajaran
b.      Kegiatan pembelajaran atau KBM, dan
c.       Evaluasi[31]

Terdapat prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi untuk menunjang hasil evaluasi belajar yang diinginkan, yaitu :
a.       Keterpaduan,
b.      Keterlibatan siswa,
c.       Koherensi,
d.      Pedagogis, dan
e.       Akuntabilitas.[32]

Pengertian Pengukuran, Penilaian Dan Evaluasi Pembelajaran


pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hierarki. Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran, pengukuran diartikan sebagai kegiatan membandingkan hasil pengamalan dengan criteria, penilaian merupakan kegiatan menafsirkan dan mendeskripsikan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi merupakan  penetapan nilai atau implikasi perilaku.[1]
Kata dasar “pembelajaran” adalah belajar. Dalam arti sempit pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara yang dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar, sedangkan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku karena interaksi individu dengan lingkungan dan pengalaman.
Istilah “pembelajaran” (Instruction) berbeda dengan istilah “pengajaran” (teaching).
Kata “pengajaran” lebih bersifat formal dan hanya ada didalam konteks guru dengan peserta didik dikelas atau di sekolah, sedangkan kata “pembelajaran” tidak hanya ada dalam konteks guru dengan peserta didik dikelas secara formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan belajar peserta didik diluar kelas yang mungkin saja tidak dihadiri oleh guru secara fisik.
Berdasarkan rumusan tersebut ada beberapa hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut yaitu:
1.      Pembelajaran adalah suatu program. Ciri suatu program adalah sistem matik, sistem mik, dan terencana. Sistem matik artinya keteraturan, dalam hal ini pembelajaran harus dilakukan dengan urutan langkah-langkah tertentu, mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan penilaian.
2.      Setelah pembelajaran berproses, tentu guru pelu mengetahui ke efektifan dan efisiensi semua komponen yang ada dalam proses pembelajaran. Untuk itu, guru harus melakukan evaluasi pembelajaran. Begitu juga ketika peserta didik selesai mengikuti proses pembelajaran, tentu mereka ingin mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai. Untuk itu guru harus melakukan penilaian hasil belajar.
3.      Pembelajaran bersifat interaktif dan komunikatif. Interaktif artinya kegitan pembelajaran merupakan kegiatan yan bersifat  multi arah antara guru, peserta didik, sumber belajar, dan lingkungan yang saling mempengaruhi, tidak didominasi oleh satu komponen saja. Sedangkan komunikatif dimaksudkan bahwa sifat komunikasi antara peserta didik dengan guru atau sebaliknya.
4.      Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar peserta didik. Kondisi-kondisi yang dimaksud antara lain : memberi tugas, menhadakan diskusi, tanya jawab, mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat, termasuk melakukan evaluasi atau penilaian.
5.      Proses pembelajaran dimaksudkan agar guru dapat mencapai tujuan pembelajaran dan pesrta didik dapat menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. Tujuan atau kempetensi tersebut biasanya sudah dirancang dalam perencanaan pembelajaran yang berbentuk tujuan pembelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Untuk mengetahui sejauhmana peserta didik mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi tertentu, maka guru perlu melakukn tindakan evaluasi. [2]


1.  Pengukuran
a.       Pengertian Pengukuran
Pengukuran dalam bahasa Inggris dikenal dengan measurement dan dalam bahasa Arabnya adalah muqayasah, dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk ”mengukur” sesuatu. Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu. Dan pengukuran ini sifatnya kuantitatif, pengukuran yang bersifat kuantitatif itu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1)      Pengukuran yang dilakukan bukan untuk menuji sesuatu, misalnya : pengukuran yang dilakukan oleh penjahit pakaian mengenai panjang lengan, panjan kaki, lebar bahu, ukuran pinggang dan lain sebagaianya.
2)      Pengukuran yang dilakukan untuk menguji sesuatu, misalnya : pengukuran untuk menguji daya tahan per baja terhadap tekanan berat, pengukuran untuk menguji daya tahan nyala lampu pijar, dan sebagainya.
3)      Pengukuran untuk menilai, yang dilakukan dengan jalan menguji sesuatu, misalnya : mengukur kemajuan belajar peserta didik dalam rangka mengisi nilai rapor yan dilakukan dengan menguji mereka dalam bentuk tes hasil belajar. Pengukuran inilah yang biasa dikenal dalam dunia pendidikan.[3]
Dengan kata lain, pengukuran adalah tindakan membandingkan sesuatu dengan  satu ukuran tertentu atau suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi/data secara kuantitatif.[4]
Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka, analis data kuantitatif berpendapat, kalau data ada ia akan berupa jumlah dan dapat diukur.[5] Dalam mengambil data secara kuantitatif ada beberapa kriteria, yaitu :

1)        Kriteria kuantitatif tanpa pertimbangan
Kriteria yang disusun hanya dengan memperhatikan rentangan bilangan tanpa mempertimbangkan apa-apa dan dilakukan dengan membagi rentangan bilangan.
Contoh :
Kondisi maksimal yang diharapkan untuk prestasi belajar diperhitungkan 100%. Jika penyusunan menggunakan lima kategori nilai maka antara 1 % dengan 100% dibagi rata sehingga menghasilkan kategori sebagai berikut:
a)      Nilai 5 (baik sekali), jika mencapai 81 – 100 %
b)      Nilai 4 (baik), jika mencapai 61 – 80 %
c)      Nilai 3 (cukup), jika mencapai 41 – 60 %
d)     Nilai 2 (kurang), jika mencapai 21 – 40 %
e)      Nilai 1 (kurang sekali), jika mencapai 0 – 21 %
2)        Kriteria Luantitatif dengan pertimbangan
Ada kalanya beberapa hal kurang tepat jika kriteria kuantitatif dikategorikan dengan membagi begitu saja rentangan yang ada menjadi rentangan sama rata.
Contoh :
Nilai di beberapa perguruan tinggi untuk menentukan nilai dengan huruf A, B, C, D dan E. Bagaimana menentukan nilai untuk masing-masing huruf mengacu pada peraturan akademik berdasarkan besarnya presentase pencapaian tujuan belajar sebagai berikut :
a)      Nilai A : rentang 80 – 100 %
b)      Nilai B : rentang 66 – 79 %
c)      Nilai C : rentang 56 – 65 %
d)     Nilai D : rentang 40 – 55 %
e)      Nilai E : kurang dari 40 %

Melihat pengkategorian nilai-nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa rentang di dalam setiap kategori tidak sama, demikian juga jarak antara kategori yang satu dengan yang lainnya. Hal ini di buat karena adanya pertimbangan tertentu berdasarkan sudut pandang dan pertimbangan evaluator.[6]

b.      Pengertian Pengukuran Pembelajaran
Pengukuran pembelajaran adalah suatu pekerjaan professional guru, instruktur atau dosen. Tanpa kemampuan melakukan pengukuran pendidikan, seoran guru atau dosen tidak akan dapat mengetahui dengan persis di mana ia dan peserta didik berada pada suatu saat atau pada suatu kegiatan[7].

2.    Penilaian
a.       Pengertian Penilaian
Penilaian adalah tindakan mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik-buruk (bersifat kualitatif)[8]. Penilaian berarti menilai sesuatu, sedangkan menilai itu mengandung arti mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran baik dan buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan lain sebagainya[9].
Pengambilan keputusan atau data untuk penilaian ialah berupa atau berbentuk kata-kata, seperti keterangan tentang kejadian, transkip wawancara, dari dokumen tertulis. Kata-kata harus dibaca untuk artinya dan iluminasi artinya, tafsiran kejadian dapat digambarkan sebagai tujuan pokok analisis data kualitatif[10].
Data kualitatif juga mempunyai mempunyai kriteria yang perlu diketahui, yaitu :
1)      Kriteria kualitatif tanpa pertimbangan
Dalam menyusun kriteria kualitatif tanpa pertimbangan, penyusun kriteria tinggal menghitung banyaknya indikator dalam komponen, yang dapat memenuhi persyaratan.
2)      Kriteria kualitatif dengan pertimbangan
Kriteria kualitatif dengan pertimbangan disusun melalui dua cara, yaitu 1) kriteria kualitatif dengan pertimbangan mengurutkan indikator dan 2) kriteria kualitatif dengan menggunakan pembobotan[11].

b.      Pengertian Penilaian Pembelajaran
Penilaian merupakan suatu tindakan pengambil keputusantu merupakan tentang sesuatu. Dan menilai ialah mengambil keputusan terhadap sesuatu yang berpegang pada ukuran baik dan buruk. Jika dalam dunia pendidikan, maka Penilaian Pendidikan/Pembelajaran adalah kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan[12].

c.       Tujuan dan Fungsi Penilaian Pembelajaran
Dalam penilaian dijelaskan pula adanya tujuan atau fungsi Penilaian dan ciri-ciri penilaian dalam Pendidikan, yaitu :
1)      Tujuan atau Fungsi Penilaian
a)      Penilaian Berfungsi Selektif
Tujuannya :
(1)   Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu.
(2)   Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya.
(3)   Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.
(4)   Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya.

b)      Penilaian Berfungsi Diagnostik
Dengan adanya penilaian, sebenarnya guru mengadakandiagnosa kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, maka akan lebih mudah untuk dicari cara untuk mengatasinya.
c)      Penilaian Berfungsi Sebagai Penempatan
Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, perlu digunakannya suatu penilaian. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.
d)      Penilaian Berfungsi Sebagai Pengukuran Keberhasilan
Fungsi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.

d.      Ciri-Ciri Penilaian dalam Pembelajaran
1)      Penilaian dilakukan secara tidak langsung.
2)      Penggunaan ukuran kuantitatif.
3)      Penilaian pendidikan menggunakan, unit-unit atau satuan-satuan yang tetap karena IQ 105 termasuk anak normal. Anak lain yang hasil pengukuran IQ nya 80, menurut unit ukurannnya termasuk anak dungu.
4)      Bersifat relatif, artinya tidak sama atau tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu lain.
5)      Dalam penilaian pendidikan itu sering terjadi kesalahan-kesalahan. Adapun sumber kesalahan dapat ditinjau dari berbagai faktor, yaitu :

a)        Terletak pada alat ukurnya
b)        Terletak pada orang yang melakukan penilaian
c)        Terletak pada anak yang dinilai
d)       Terletak pada situasi dimana penilaian berlangsung[13]

3.    Evaluasi
a.       Pengertian Evaluasi
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Arab al-Taqdir, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value dari bahasa Inggris, al-Qimah dari bahasa Arab, dan nilaidari bahasa Indonesia[14]. Sedangkan menurut istilah evaluasi berarti kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur tertentu guna memperoleh kesimpulan[15].
Pengertian evaluasi adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan sesuatu program pendidikan, pengajaran, atau pun pelatihan yang dilaksanakan. Dalam melakukan kegiatan evaluasi tentu diperlukan informasi atau data yang baik mutunya. Data seperti itu akan dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran dan penilaian terlebih dahulu[16].

b.      Pengertian Evaluasi Menurut Para Ahli
1)      Davies (Belajar dan Pembelajaran,1981:3,) mendefinisikan bahwa evaluasi adalah proses sederhana memberikan atau menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, objek, dan masih banyak lagi yang lain.
2)      Wond dan Brown (Nurkancana, 1986:1, Belajar dan Pembelajaran) menyatakan bahwa evaluasi merupakan proses menetapkan nilai dari sesuatu.
3)      Nana Sudjana (Belajar dan Pembelajaran,1990:3) menyatakan bahwa evaluasi merupakan proses memberikan atau menetapkan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.
4)      Dimyanti dan Mudjiono dalam bukunya, Belajar dan Pembelajaran menyatakan bahwa evaluasi adalah proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu berdasarkan kriteria-kriteria tertentu melalui penilaian
5)      Wiersma dan Jurs mendefinisikan evaluasi sebagai proses yang mencakup pengukuran, dan mungkin juga testing yang juga berisi pengambilan keputusan tentang nilai.
6)       Arikunto menyatakan evaluasi sebagai kegiatan mengukur dan menilai.
7)      Michael Scriven mendefinisikan evaluasi sebagai penetapan nilai.
8)      Sudrajad menyatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat dan efisiensi pelaksananya.[17]
9)      H.S. Hamid Hasan (1988:31) evaluasi adalah suatu proses pemberian pertimbangan mengenai nilai dan Sesuatu yang dipertimbangkan. Sesuatu yang dipertimbangkan tersebut dapat berupa orang, benda, kegiatan, ataupun kesatuan tertentu, dengan berdasarkan kepada criteria-kkriteria tertentu agar tidk dilakukan asal saja.

10)  Mulyani Sumatri (1988: 164) evaluasi adalah merupakan suatu proses yang bersifat interaktif bertalian dengn deskripsi dan penyesuaian, sehingga menentukan sesuatu yang berharga dripada benda, orang pekerjaan dan karakteristik tertentu.
11)  Doll (Achasius Kaber) (1988:168) dalam pengembangan kurikulum, evaluasi sebagai usaha yang terus menerus dan menyeluruh untuk menyelidiki efek daripada program pndidikan yang ilaksanakan baik isi maupun prosesnya, dilihat dari tujuan yang telah dirumuskan dengan jelas.
12)  Nana Syaodih (1994: 172) evaluasi merupakan kegiatan yang luas, kompleks dan terus menerus untuk mengetahui proses dan hasil pelaksanaan system pendidikan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.[18]  

c.       Pengertian Evaluasi Pembelajaran
Edwind Wandt dan Gerald W. Brown mengemukakan bahwa Evaluasi Pendidikan adalah tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud untuk atau suatu proses yang berlangsung dalam rangka menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan atau yang terjadi di lapangan pendidikan. Atau singkatnya, evaluasi pembelajaran adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.
Berbicara tentang pengertian evaluasi pendidikan, Indonesia mempunyai suatu Lembaga Administrasi Negara yang mengemukakan batasan mengenai evaluasi pendidikan, yaitu sebagai berikut :

1)      Evaluasi pendidikan adalah proses atau kegiatan untuk menentukankemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan.
2)      Evaluasi pendidikan adalah usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan pendidikan[19]

Wujud dari hasil evaluasi adalah adanya rekomendasi dari evaluator untuk pengambilah keputusan (decision maker). Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin (2008: 22) ada emapt kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan prorgam, yaitu :
1)      Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana sebagaimana diharapkan.
2)      Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan (terdapat kesalahan tetapi sedikit).
3)      Melanjutkan program, karena pelaksanaan menunjukkan bahwa segala sesuatu sudah berjalan dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat.
4)      Menyebarkan program (melaksanakan proram di tempat lain atau mengulangi lagi program dilain waktu), karena program tersebut berhasil dengan baik, maka sangat baik jika dilaksanakan lagi di tempat dan waktu lain.[20]

B.    Jenis-Jenis Evaluasi Pembelajaran
1.    Jenis Evaluasi Berdasarkan Tujuan
a.         Evaluasi diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang di tujukan untuk menelaah kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.

b.         Evaluasi selektif
Evaluasi selektif adalah evaluasi yang di gunakan untuk memilih siwa yang paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.
c.         Evaluasi penempatan
Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa.
d.         Evaluasi formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan mengajar.
e.         Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan  kemajuan bekarja siswa.

2.    Jenis Evaluasi Berdasarkan Sasaran
a.       Evaluasi konteks
Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik mengenai rasional  tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan yang muncul  dalam perencanaan.
b.      Evaluasi input
Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya maupun strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.
c.       Evaluasi proses
Evaluasi yang di tujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik mengenai
kalancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan
faktor hambatan yang muncul dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya.

d.      Evaluasi hasil atau produk
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, dimodifikasi, ditingkatkan atau dihentikan.
e.       Evaluasi outcom atau lulusan
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut, yankni evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.

3.    Jenis Evaluasi Berdasarkan Lingkup Kegiatan
a.       Evaluasi program pembelajaran
Evaluasi yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program pembelajaran, strategi belajar mengajar, aspe-aspek program pembelajaran yang lain.
b.      Evaluasi proses pembelajaran
Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran dengan garis-garis besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
c.       Evaluasi hasil pembelajaran
Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik.

4.    Jenis Evaluasi Berdasarkan Objek dan Subjek
a.       Berdasarkan Objek
1)      Evaluasi input
Evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap, keyakinan.

2)      Evaluasi transformasi
Evaluasi terhadap unsur-unsur transformasi proses pembelajaran anatara lain materi, media, metode dan lain-lain.
3)      Evaluasi output
Evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil pembelajaran.
b.      Berdasarkan Subjek
1)      Evaluasi internal
Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah  sebagai evaluator, misalnya guru.
2)      Evaluasi eksternal
Evaluasi yang dilakukan oleh orang  luar sekolah sebagai evaluator, misalnya orangtua, masyarakat.[21]

Dari sekian banyaknya jenis evaluasi, ada salah satu jenis evaluasi yang lebih dikenal yaitu evaluasi formatif. Ada tiga tahap evaluasi formatif yaitu evaluasi satu lawan satu (one to one), evaluasi kelompok kecil (small group evaluation), dan evaluasi lapangan (field evaluation).
1.      Evaluasi Satu lawan Satu (One to One)
Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
a.    Jelaskan kepada siswa bahwa designer sedang merancang suatu media baru dan ingin mengetahui bagaimana reaksi siswa terhadap media yang sedang dibuat.
b.    Menjelaskan kepada siswa bahwa apabila nanti siswa berbuat salah, hal itu bukanlah karena kekurangan siswa, tetapi kekurangsempurnaan media tersebut, sehingga perlu diperbaiki.
c.    Diusahakan agar siswa bersikap rileks dan bebas mengemukakan pendapatnya tentang media tersebut.
d.    Memberikan tes awal (pretest) untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan pengetahuan siswa terhadap topik yang dimediakan.
e.    Menyajikan media dan mencatat lamanya waktu yang dibutuhkan, termasuk siswa untuk menyajikan/mempelajari media tersebut, catat pula bagaimana reaksi siswa dan bagian-bagian yang sulit untuk dipahami, apakah contoh-contohnya, penjelasannya, petunjuk-petunjuknya, ataukah yang lain.
f.     Memberikan tes (posttest) untuk mengukur keberhasilan media tersebut
g.     Analisis informasi yang terkumpul

2.      Evaluasi Kelompok Kecil (Small Group Evaluation)
Prosedur yang ditempuh adalah sebagai berikut:
a.         Designer bahwa media tersebut berada pada tahap formatif dan memerlukan umpan balik (feedback) untuk menyempurnakannya.
b.         Memberikan tes awal (pretest) untuk mengukur kemampuan dan pengetahuan siswa tentang topik yang disediakan. Sajikan media atau meminta kepada siswa untuk mempelajari media tersebut.
c.         Designer mencatat waktu yang diperlukan dan semua bentuk umpan balik (feedback) baik langsung maupun tak langsung selama penyajian media.
d.         Memberikan tes (posttest) untuk mengetahui sejauh mana tujuan dapat dicapai
e.         Memberikan atau membagikan kuesioner dan meminta siswa untuk mengisinya. Apabila memungkinkan, adakan diskusi yang mendalam dengan beberapa siswa. Beberapa pertanyan yang perlu didiskusikan antar lain: (a) menarik tidaknya media tersebut, apa sebabnya, (b) mengerti tidaknya siswa akan pesan yang disampaikan, (c) konsistensi tujuan dan meteri program, cukup tidaknya latihan dan contoh yang diberikan. Apabila pertanyan tersebut telah ditanyakan dalam kuesioner, informasi yang lebih detail dan jauh dapat dicari lewat diskusi.
f.          Menganalisa data yang terkumpul. Atas dasar ini umpan balik semua ini, media dapat dilakukan penyempurnaan.

3.      Evaluasi Lapangan (Field Evaluation)
Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:
a.         Mula-mula designer memilih siwa-siwa yang benar-benar mewakili populasi target, kira-kira 30 orang siswa. Usahakan agar mereka mewakili berbagai tingkat kemampuan dan ketramnpiulan siswa yang ada. Tes kemampuan awal (pretest) perlu dilakukan jika karakteristik siswa belum diketahui. Atas dasar itu pemilihan siswa dilakukan. Akan tetapi, jika designer benar-benar mengenal siswa-siswa yang akan dipakai dalam uji coba, maka tes itu tidak pelu dilakukan.
b.         Designer menjelaskan kepada siswa maksud uji lapangan tersebut dan apa yang harapkan designer pada akhir kegiatan. Pada umumnya siswa tak terbiasa untuk mengkritik bahan-bahan atau media yang diberikan. Hal itu karena siswa beranggapan sudah benar dan efektif. Usahakan siswa bersikap rileks dan berani mengupayakan penilaian. Jauhkan sedapat mungkin perasaan bahwa uji coba menguji kemampuan siswa.
c.         Memberikan tes awal untuk mengukur sejauh mana pengetahuan dan keteramnpilan siswa terhdap topik yang dimediakan.
d.         Menyajikan media tersebut kepada siswa. Bentuk penyajiannya tentu sesuai dengan rencana pembuatannya; untuk prestasi kelompok besar, untuk kelompok kecil atau belajar mandiri.
e.         Designer mencatat semua respon yang muncul dari sisiwa selama kajian. Begitu pula, waktu yang diperlukan.
f.          Berikan tes untuk mengukur seberapa jauh pencapaian hasil belajar siswa setelah sajian media tersebut. Hasil tes ini (posttest) dibandingkan dengan hasil tes pertama (pretest) akan menunjukan seberapa efektif dan efisien dari media yang dibuat.
g.         Memberikan kuesioner untuk mengetahui pendapat atau sikap siswa terhadap media tersebut dan sajian yang diterimanya.
h.         Designer meringkas dan menganalisis data-data yang telah diperoleh dengan kegiatan-kegiatan tadi. Hal ini meliputi kemampuan awal, skor test awal dan tes akhir, waktu yag diperlukan, perbaikan bagian-bagian yang sulit, dan pengayaan yang diperlukan, kecepatan sajian dan sebagainya.
i.           Setelah menempuh ketiga tahap ini dapatlah dipastikan kebenaran efektivitas dan efisiensi media yang kita buat.[22]

C.    Fungsi Evaluasi Pembelajaran
1.    Fungsi Evaluasi Secara Umum
a.       Untuk menetahui kemajuan belajar siswa
Melalui evaluasi yan dilakukan terhadap proses pembelajaran yang telah disampaikan di depan kelas.
b.      Memberikan dorongan belajar bagi siswa
Bagi siswa yang memiliki prestasi belajar yang baik melalui tes yang dilakukan, dapat memberikan dorongan yang kuat untuk meningkatkan dan mempertahankan prestasi yang telah dicapainya.


c.       Sebagai laporan bagi orang tua siswa
Hasil penilaian kemajuan belajar yang biasanya berbentuk “Buku Raport” sangat penting bagi orang tua siswa, sebagai bahan informasi mengenai kemajuan belajar yang dicapai anaknya.[23]

Anas Sudijono mengungkapkan evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses yang memiliki tiga macam fungsi pokok, yaitu (1) mengukur kemajuan, (2) menunjang penyusunan rencana, dan (3) memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali.[24] 
Menurut  Lilik Nofiyanti, M. Baihagi, dkk. fungsi evaluasi terbagi menjadi  empat macam yaitu :
a.         Fungsi penempatan (placement), yaitu evaluasi yang hasilnya digunakan sebagai pengukur kecakapan yang disyaratkan di awal suatu program pendidikan.
b.         Fungsi selektif, yaitu evaluasi yang dilaksanakan sebagai upaya untuk memilih (to select), yaitu memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu; memilih siswa yang dapat naik kelas atau tidak; memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.
c.         Fungsi diagnostik, apabila alat atau teknik yang digunakan dalam melakukan kegiatan evaluasi cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa, demikian juga sebab-sebab kelemahan itu.
d.        Fungsi pengukur keberhasilan, yaitu evaluasi yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program pendidikan berhasil diterapkan.[25]


2.    Fungsi Evaluasi Bagi Pendidik
a.       Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai oleh peserta didiknya.
b.      Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-masing peserta didik di tengah-tengah kelompoknya.
c.       Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status peserta didik.
d.      Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta didik yang memang memerlukannya.
e.       Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh manakah program pengajaran yang telah ditentukan telah dapat dicapai.

3.    Fungsi Evaluasi secara Administratif
a.       Memberikan Laporan
b.      Memberikan Bahan-bahan Keterangan Data
c.       Memberikan Gambaran[26]

Flag Country

free counters