Benda-benda di langit dalam perspektif al-Qur’an terdiri dari matahari, bulan dan bintang. Al-Qur’an mengulang tiga kali istilah tersebut dengan berbagai redaksi dan istilah yang berbeda sebanyak 84 kali.
Bintang
Al-Qur’an tidak banyak menceritakan mengenai bintang, baik dengan istilah nujum (ﻧﺠﻮﻡ ) dan buruj (ﺑﺮﻭﺝ ) maupun dengan istilah kaukab (ﻛﻮﻛﺐ ). Berdasarkan pada QS. an-Nur (24):35 dan QS. ath-Thariq (86):3
memberikan pemahaman bahwa bintang adalah benda langit yang memancarkan cahaya, sedangkan QS. al-Buruj (85):1 menggambarkan gugusan bintang di langit. Kata buruj dalam ayat tersebut menggambarkan
ciri-ciri dari nujum. Karena itu bintang memiliki ciri-ciri diantaranya adalah benda langit yang membentuk gugusan. Gugusan bintang di langit diperkuat oleh QS. al-An’am (6):97 artinya sebagai berikut:
Menurut Quraish Shihab, bintang merupakan petunjuk perjalanan manusia, baik di darat maupun di laut. Dengan demikian bintang, terutama bintang tak bergerak, seseorang yang akan bepergian dapat menentukan arah yang hendak dituju. Bahkan para antariksawan belakangan ini berpedoman pada matahari dan bintang dalam menentukan arah perjalanan pada suatu
masa tertentu.
Bintang sebagai petunjuk arah sangat dimungkinkan karena sebagaimana dikatakan di atas bahwa salah satu ciri dari bintang adalah buruj (membentuk gugus). Gugusan bintang-bintang ini merupakan tanda tanda dapat dipedomani dalam perjalanan manusia. Dengan gugus tertentu yang ditunjukan oleh bintang, akan menjadi petunjuk arah bagi perjalanan manusia di malam hari baik di darat mapun di laut.
0 komentar:
Posting Komentar