Teori-teori
inteligensi
Teori
faktor
Spearman
mengembangkan teori dua faktor dalam kemapuan mental manusia. Pertama adalah
faktor kemampuan umum yang disebut
faktor “g”; kemampuan menyelesaikan tugas atau masalah
secara umum. Contoh mengerjakan soal-soal matematika. Kedua adalah kemampuan
khusus yang disebut faktor “s”; kemampuan menyelesasikan masalah atau
tugas-tugas khusus, contoh mengerjakan soal-soal perkalian dalam matematika.
Cettel
(dalam Hakstian dan Cettel, 1978) mengembangkan teori triadik tentang struktur
kemampuan mental, yang meliputi (a.) kapabilitas umum, (b.) kemampuan
provinsial, (c) kemampuan agensi.
Teori struktur intelektual
Teori
struktur intelektual yang dikembangkan oleh Guilford (1976, 1985). Menurut
teori SOI (structure of intellecent) ini, inteligensi di definisikan sebagai
suatu kumpulan yang sistematik mengenai kemampuan-kemampuan atau fungsi-funsi
intelektual untuk memproses informasi yang beraneka macam didalam berbagai
berbagai bentuk. Definisi interligensi mengandung implikasi, bahwa
masing-masing kemampuan dasar, diidentifikasi melalui konjungsi tiga variabel
atau facets. Tiap-tiap kemampuan memiliki jenis keinikan tersendiri di dalam
aktifitas mental atau pikiran (operation), isi informasi (content), dan hasil
informasi (product).
Teori kognitif
Sternberg
(1985a) menggunakan teori komponen atau
teori pemrosesan berdassarkan alur proses-proses kognitif yang trlibat
didalamnya. Menurut teori Sternberg inteligensi dapat di analisis ke dalam lima
komponen: metakomponen, komponen performasi, komponen akuisisi, dan komponen
transfer. Metakomponen adalah proses pengendalian yang terletak pada urutan
lebih tinggi yang digunakan untuk
melaksanakan rencana, memonitor, dan mengevaluasi kinerja suatu tugas. Komponen
kinerja adalah proses-proses pada urutan lebih rendah yang digunakan untuk
melaksanakan berbagai strategi bagi kinerja dalam tugas. Komponen perolehan
pengetahuan adalah proses-proses yang terlibat di dalam mempelajari informasi
baru dalam penyimpanannya didalam ingatan.
Teori inteligensi majemuk (multiple
intelligence)
Teori
intelegensi majemuk dikembangkan oleh Howard Gadner pada awal tahun 1980-an. Ia
tidak puas dengan model kecerdasan tunggal yang didassarkan pada konsep IQ
(intelligent quotient) yang secara tradisional dipegang teguh. Menurut Gardner
inteligensi di definisikan sebagai kemapuan untuk menyelesaikan atau memecahkan
masalah dan menciptakan produk (karya). Di dalam teorinya ia mengemukakan,
paling sedikit terdapat tujuh jenis inteligensi
atau kecerdasan yang dmiliki manusia secara alami.
1. Inteligensi
bahasa (verbal or liquistic intellingence)
2. Inteligensi
matematika-logika (mathematical-logical intelligence)
3. Inteligensi
ruang (spatial intelligence)
4. Inteligensi
music (musical intelligence)
5. Inteligensi
gerak-tubuh (bodily-kinesthetic intelligence)
6. Inteligensi
intrapersonal
7. Inteligensi
interpersonal
Suatu penelitian yang
diilhami oleh teori inteligensi majemuk itu telah dilakukan oleh Jone dan Day (1997). Mereka membedakan
antara inteligensi akademik dengna non akademik. Hasil-hasil penelitian ini
mendukung teori inteligensi yang dikembangkan oleh Gardner (2003) yang
diantaranya dikemukakakn adanya adanya inteligensi intrapersonal dan
inteligensi interpersonal. kemudian oleh Goleman (1996) digabungkan atau di
kembangkan menjadi satu jenis inteligensi yang disebut intelegensi emosional (
emotional intellingence). Inteligensi emosional yang dimaksud adalah meliputi
lima wilayah, yaitu: kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi,
memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan. Dengan
adanya interligensi emosional ini Caruso, Mayer, dan Salovey (2002) melakukan
penelitian dan hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa interlegensi
emosional merupakan bagian dari kemampuan mental manusia (human mental
ability).
Refrensi :
Suharnan. 2005. Psikologi
Kognitif. Surabaya; Srikandi.
Saleh, Abdul
Rahman & Muhbib Abdul Wahab. 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam
Perspektif Islam. Jakarta. Kencana.
0 komentar:
Posting Komentar