Home » » Penakluk Tikus Itu Bernama TBS

Penakluk Tikus Itu Bernama TBS


                            Foto: Penakluk Tikus Itu Bernama TBS

Jum'at, 03 Januari 2014 , 22:31:00


MEMANEN PADI - Petani menunjukkan hama tikus dalam panen raya di Desa Sidoluhur, Kecamatan Godean, Sleman, Jumat (3/1/2014). Kegiatan yang dihadiri Menteri BUMN Dahlan Iskan tersebut merupakan panen perdana setelah gagal panen dalam kurun waktu hampir empat tahun terakhir akibat serangan hama tikus. Foto : Guntur Aga Tirtana/Radar Jogja/JPNN.com

Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Dr Sudarmaji menjadi tokoh paling sering disebut namanya oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan saat panen raya padi di Sidoluhur, Godean, Jumat kemarin (3/1).

Sudarmaji disebut-sebut sebagai sosok dibalik sukses pemberantasan tikus. “Beliau ini satu-satunya doktor ahli tikus di Indonesia,” kata Dahlan mengenalkan Sudarmaji kepada para petani.

Metode Trap Barrier System (TBS) adalah teknologi sederhana yang tak makan banyak biaya. Namun cukup efektif membasmi tikus dengan pengendalian terpadu. Bukan single teknologi.

“Ada rekayasa sosial disini. Menangani tikus tak bisa sendirian,” ungkap Sudarmaji kepada Radar Jogja (JPNN Group), Jumat (3/1).

Hal paling utama untuk menyukseskan metode tersebut berupa perubahan mindset (pola) pikir petani mengenai tikus. Hama pengerat tanaman itu bukan mitos sehingga bisa dibasmi dengan teknologi. Petani dituntut paham ekologi terkait luas lahan. Itu berpengaruh untuk melakukan aksi. “Aksi tanpa dasar ilmu, tak bisa dilakukan,” ungkapnya.

Sudarmaji menjelaskan bahwa prinsip TBS adalah memasang bubu (jebakan tikus) di titik-titik tertentu pada area sawah. Nah, di bagian bawah tanaman dipasang plastik. Plastik ditegakkan dengan bubu dibuat menyerupai labirin. Plastik dilubangi, dibuatkan semacam pintu masuk mengarah pada bubu.

Menurut Sudarmaji, plastik itulah yang akan mengarahkan tikus masuk ke bubu sebelum menyerang sawah. “Tikus memiliki karakteristik, tak mau lewat jika terhalang plastik meskipun tipis,” paparnya.

Sudarmaji mengingatkan bahwa metode ini tak bisa dilakukan secara instan dalam waktu singkat. Untuk menurunkan tingkat polulasi tikus, Sudarmaji memperkirakan butuh waktu sekitar 3-4 musim menerapkan TBS secara berturut-turut. Hasil akan lebih optimal jika petani juga berupaya melakukan tanam serempak dengan pola padi-padi-palawija.

“Padi-padi-pantun tak boleh sepanjang tahun,” tandasnya.(yog)

http://m.jpnn.com/news.php?id=208895

MEMANEN PADI - Petani menunjukkan hama tikus dalam panen raya di Desa Sidoluhur, Kecamatan Godean, Sleman, Jumat (3/1/2014). Kegiatan yang dihadiri Menteri BUMN Dahlan Iskan tersebut merupakan panen perdana setelah gagal panen dalam kurun waktu hampir empat tahun terakhir akibat serangan hama tikus. Foto : Guntur Aga Tirtana/Radar Jogja/JPNN.com

Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Dr Sudarmaji menjadi tokoh paling sering disebut namanya oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan saat panen raya padi di Sidoluhur, Godean, Jumat kemarin (3/1).

Sudarmaji disebut-sebut sebagai sosok dibalik sukses pemberantasan tikus. “Beliau ini satu-satunya doktor ahli tikus di Indonesia,” kata Dahlan mengenalkan Sudarmaji kepada para petani.

Metode Trap Barrier System (TBS) adalah teknologi sederhana yang tak makan banyak biaya. Namun cukup efektif membasmi tikus dengan pengendalian terpadu. Bukan single teknologi.

“Ada rekayasa sosial disini. Menangani tikus tak bisa sendirian,” ungkap Sudarmaji kepada Radar Jogja (JPNN Group), Jumat (3/1).

Hal paling utama untuk menyukseskan metode tersebut berupa perubahan mindset (pola) pikir petani mengenai tikus. Hama pengerat tanaman itu bukan mitos sehingga bisa dibasmi dengan teknologi. Petani dituntut paham ekologi terkait luas lahan. Itu berpengaruh untuk melakukan aksi. “Aksi tanpa dasar ilmu, tak bisa dilakukan,” ungkapnya.

Sudarmaji menjelaskan bahwa prinsip TBS adalah memasang bubu (jebakan tikus) di titik-titik tertentu pada area sawah. Nah, di bagian bawah tanaman dipasang plastik. Plastik ditegakkan dengan bubu dibuat menyerupai labirin. Plastik dilubangi, dibuatkan semacam pintu masuk mengarah pada bubu.

Menurut Sudarmaji, plastik itulah yang akan mengarahkan tikus masuk ke bubu sebelum menyerang sawah. “Tikus memiliki karakteristik, tak mau lewat jika terhalang plastik meskipun tipis,” paparnya.

Sudarmaji mengingatkan bahwa metode ini tak bisa dilakukan secara instan dalam waktu singkat. Untuk menurunkan tingkat polulasi tikus, Sudarmaji memperkirakan butuh waktu sekitar 3-4 musim menerapkan TBS secara berturut-turut. Hasil akan lebih optimal jika petani juga berupaya melakukan tanam serempak dengan pola padi-padi-palawija.

“Padi-padi-pantun tak boleh sepanjang tahun,” tandasnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Flag Country

free counters