Ditemukan, Planet Mirip Bumi Bercuaca Mendung





Tim peneliti dari University of Chicago, Amerika Serikat, berhasil menemukan sebuah planet yang memiliki lapisan awal tebal di atmosfernya. 

Melansir Telegraph, Kamis 2 Januari 2013, dengan menggunakan Teleskop Hubble, para peneliti mengungkapkan planet yang masuk ke dalam jajaran eksoplanet yang diberi nama GJ 1214b itu memiliki langit yang mendung sepanjang waktu.

Planet GJ 1214b mempunyai ukuran 2,7 kali Bumi, terletak sekitar 40 tahun cahaya di konstelasi Ophiuchus. Planet ini pertama kali ditemukan pada tahun 2009 lalu oleh tim peneliti dari Mearth Project.

"Saat pertama kali ditemukan, planet GJ 1214b hanya diidentifikasikan sebagai planet yang dikelilingi bintang namun sangat minim cahaya. Sulit diamati," kata Jacob Bean, astronom dari University of Chicago.

Tapi, pada pengamatan baru yang dilakukan dengan menggunakan Teleskop Hubble telah ditemukan bukti baru bahwa awan tebal di planet GJ 1214b terbuat dari kalium klorida atau seng sulfida.

Pada penelitian ini, tim peneliti tidak mengukur kandungan air, metana, nitrogen, karbon monoksida atau karbon dioksida, yang ada di atmosfer planet tersebut.

"Dibutuhkan penelitian selanjutnya untuk mengetahui kandungan uap air dan hidrogen yang berada di awan mendung tersebut. Sebab, Hubble belum mampu menghitung beberapa kandungan kimia yang ada di atmosfer," ujar Bean.

Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) direncanakan akan mengorbitkan James Webb Space Telescope di luar angkasa. Tujuannya untuk mengungkapkan informasi lebih lanjut dari kandungan kimia di atmosfer eksoplanet.

"Kemampuan baru dari teleskop itu dimungkin dapat mengetahui kandungan awan di planet GJ 1214b. Ini akan membuka pintu baru untuk mempelajari dan menemukan planet-planet yang mirip dengan Bumi," kata Laura Keidberg, dari University of Chicago, AS

Pesawat Soyuz akan Bawa Obor Olimpiade ke Stasiun Antariksa Internasional



Kosmonot Rusia Oleg Kotov akan membawa obor Olimpiade musim dingin di Sochi, Rusia tahun 2014 menuju Stasiun Antariksa Internasional atau ISS.


Obor Olimpiade secara tradisional dibawa dari tempat paling akhir olimpiade diselenggarakan ke tempat baru olimpiade segera akan selenggarakan. Pada masa lalu obor itu dibawa oleh atlit berjalan atau berlari-lari kecil, dengan menunggang kuda, melalui udara, dengan kapal dan dengan naik speda. Bahkan ketika Olimpiade Beijing, obor itu dibawa dari Yunani menuju Beijing lewat beberapa benua dan puncak gunung Himalaya, Mount Everest.

Olimpiade musim dingin yang ke-22 akan diselenggarakan di kota Sochi, Rusia mulai tanggal 7 Februari 2014. Obor olimpiade akan dibawa ke sana melalui rute yang malah lebih tinggi lagi dari puncak Everest. Obor itu akan dibawa dengan kereta-salju yang dihela rusa dan bahkan pesawat antariksa Rusia, Soyuz.

Kosmonot Rusia, Oleg Kotov dan Sergey Ryazanskiy bersama astronot Amerika, Mike Hopkins bulan September akan diluncurkan menuju Stasiun Antariksa Internasional atau ISS.

Menurut Kotov membawa Obor Olimpiade itu ke antariksa merupakan bagian dari misi mereka. Obor itu sendiri akan dibawa oleh kosmonot Mikhail Tyurin yang akan menuju Stasiun Antariksa Internasional (ISS) bulan November kemudian dibawa pulang ke bumi oleh kosmonot Fyodor Yurchikhin beberapa hari kemudian.

Sebelumnya obor akan dibawa keluar pesawat oleh Kotov dan Ryazanskiy ketika keduanya bekerja di luar pesawat antariksa. Semuanya ada sembilan awak di stasiun itu yang mewakili Rusia, Amerika, Jepang dan Italia

Hanya, Komite Penyelenggara Olimpiade Musim Dingin di Sochi menegaskan, Obor Olimpiade tersebut tidak bakal dinyalakan selama berada di antariksa karena alasan keselamatan.

NASA Pilih Kandidat Astronot Baru, Setengahnya Perempuan




NASA mengatakan setengah dari kandidat astronot baru yang dipilih adalah perempuan, persentase tertinggi dalam satu angkatan yang pernah ada.


Lembaga antariksa AS, NASA, telah memperkenalkan delapan kandidat astronot baru, yang diseleksi dari 6.300 pendaftar. 

Peserta pelatihan astronot baru tersebut -- Josh Cassada, Victor Glover, Nick Hague, Christina Hammock, Nicole Mann, Anne McClain, Jessica Meir dan Dr. Andrew Morgan - semuanya bermimpi menjadi penjelajah angkasa luar. Dalam 15 bulan terakhir, mereka telah melalui pemeriksaan kesehatan dan psikologi yang ketat, dan memiliki hasil yang baik dalam berbagai tes dan wawancara. Sekarang mereka bisa memberitahu para keluarga dan atasan bahwa mereka telah mengubah karir untuk mengejar mimpi mereka.

Janet Kavandi, astronot veteran dan direktur Operasi Awak Penerbangan di NASA, mengatakan kandidat-kandidat itu adalah "sekelompok orang yang luar biasa."

Jika mereka telah menuntaskan pelatihan, mereka akan bergabung dengan korps astronot NASA, yang saat ini beranggotakan 48 orang. Jumlah itu sepertiga dari puncaknya 10 tahun yang lalu.

"Dengan korps astronot yang lebih kecil dan lebih sedikit orang di kantor, sekarang setiap orang harus memiliki latar belakang seberagam mungkin, jadi kami telah bekerja keras untuk menjamin bahwa kedelapan orang tersebut memiliki spektrum pengalaman yang luas, dan saya kira itu terlihat dari kualifikasi-kualifikasi mereka," ujar Kavandi dalam acara Google Plus Hangout.

Kualifikasi-Kualifikasi Kandidat  

Sebagian besar kandidat-kandidat ini sedang atau telah bertugas di militer; satu orang adalah dokter medis; beberapa warga sipil yang merupakan ilmuwan terlatih; dan beberapa memiliki pengalaman lama di kokpit pesawat. Mereka berusia 30an, dan akan memulai pelatihan astronot di Pusat Antariksa Johnson di Houston, Texas, Agustus ini.

Kandidat Josh Cassada, mantan penerbang angkatan laut, terlihat emosional dalam video pengenalan yang disiarkan oleh NASA TV pada Senin (17/6).

"Saya kira jika masyarakat tidak menjelajah, kami hanya mempertahankan, dan bisa berkontribusi pada penjelajahan itu sekecil apapun sangat membuat saya bersemangat," ujarnya.

Kandidat Christina Hammock bertugas sebagai kepala stasiun Administrasi Kelautan dan Atmosferik Nasional di Samoa.

"Yang menginspirasi saya untuk mendaftar adalah ketika saya melihat karir saya, saya menyadari bahwa dengan mengikuti mimpi pribadi saya, saya telah mengumpulkan serangkaian keterampilan yang saya kira dapat sangat bermanfaat dalam berkontribusi pada penerbangan antariksa manusia," ujarnya.

Nick Hague, seorang letnan kolonel Angkatan Udara, mengatakan bahwa ini ketiga kalinya ia mendaftar jadi astronot. 

"Orangtua saya akan sangat gembira. Mereka tahu bahwa ini adalah tujuan hidup saya sejak lama. Kedua abang saya pasti mengolok-olok saya, seperti biasa," ujarnya.

Setengah dari para kandidat astronot ini adalah perempuan, yang merupakan persentase tertinggi dalam satu angkatan yang pernah ada. 

"Sebetulnya hal itu tidak disengaja. Kami tidak pernah menentukan berapa banyak laki-laki atau perempuan yang harus dipilih. Tapi mereka ini adalah orang-orang yang paling berkualifikasi dari semua yang telah kita wawancara. Mereka pantas mendapatkan tempat di sini," ujar Kavandi dari NASA.

Ia mengatakan pencapaian perempuan di banyak bidang yang menuntut keahlian tinggi telah membuat mereka setara dengan kandidat-kandidat pria.

Angkatan ini merupakan angkatan astronot NASA ke-21. Sejak 1959, NASA telah menyeleksi dan melatih 330 astronot. Lembaga itu mengatakan akan menjaga jumlah anggota korps astronot aktif antara 45 dan 55 orang.

NASA Luncurkan Program Pengamatan Badai di Atlantik



Dengan semakin dekatnya puncak musim badai, Badan Antariksa Amerika NASA berencana untuk menyelidiki badai-badai yang menyelimuti Atlantik.


Badai tropis dan topan bisa berarti kombinasi angin kencang, ombak besar, banjir dan kehancuran. Kantor Kelautan dan Atmosfer Amerika mengatakan musim topan laut Atlantik tampaknya akan lebih aktif dari pada biasanya.

Badan Antariksa Amerika NASA akan mempelajari badai dengan mengamati langit di atas lautan Atlantik, bahkan di atas badai itu sendiri.

Dua pesawat tak berawak Global Hawk akan mengumpulkan bahan-bahan sehingga ilmuwan bisa melihat bagaimana badai berubah. Scott Braun, peneliti meteorologi NASA, mengatakan ini adalah tahun kedua program lapangan Hurricane and Severe Storm Sentinel (HS3) NASA.

“Apa yang kami selidiki adalah, lewat pemanfaatan sains memahami lebih baik peran lingkungan dan proses inti dalam pembentukan dan peningkatan badai di laut Atlantik,” ujarnya.

Global Hawk bisa mencapai ketinggian hampir 20 kilometer, kira-kira dua kali lebih tinggi dari pesawat komersil. Pesawat itu membawa peralatan seperti “High Altitude Imaging Wind” dan “Rain Profiler” yang memungkinkan ilmuwan mengumpulkan rincian tentang badai  jauh di atas badai.

Global Hawk akan mengamati lingkungan dekat badai-badai itu untuk melihat kondisi sekitar yang mempengaruhi intensitasnya dan mengumpulkan data mengenai badai itu sendiri.

Satu pesawat akan menjatuhkan alat yang akan mengukur suhu, kelembaban, tekanan, kecepatan angin dan arah angin. Alat-alat ini dilengkapi parasut yang memperlambat jatuhnya, dan kata Braun, alat itu membutuhkan waktu sekitar 20 menit dari atas badai sampai jatuh ke permukaan.

Pesawat-pesawat robot untuk misi ini diluncurkan dari Fasilitas Penerbangan Wallops milik NASA di Virginia dan bisa terbang sampai sejauh 20 ribu kilometer.

Braun mengatakan adalah satu keuntungan menggunakan pesawat semacam ini.

“Dengan Global Hawk kami bisa terbang sampai sekitar 28 jam. Dan karena semua awak serta ilmuwan berada di bumi dan tidak di dalam  pesawat kami bisa bertukar jadwal. Itu berarti kami bisa pergi lebih jauh atau mengamati badai lebih lama dari pada dengan pesawat yang berawak,” ujarnya.

Peneliti akan menganalisa data itu secara mendalam setelah pengumpulan data di lapangan. Namun Braun mengatakan mereka juga berencana untuk melakukan analisa secara lebih cepat dan membagikan informasi tersebut selagi Global Hawk masih mengudara. Tahun ini penerbangan HS3 akan berlangsung dari 20 Agustus sampai 23 September.

NASA: Asteroid Besar Bukan Lagi Ancaman untuk Bumi



NASA menyangkal teori sebelumnya yang mengatakan steroid besar akan menghantam dan menghancurkan Bumi pada 2036.


WASHINGTON — Lembaga antariksa Amerika, NASA, menyatakan bahwa kajian lebih jauh menunjukkan bahwa asteroid bukan lagi ancaman yang akan menghantam Bumi pada 20 tahun mendatang.

Para astronom melihat asteroid tersebut saat ia melewati Bumi pada Rabu (9/1) dari jarak yang relatif aman yaitu 9 juta mil (sekitar 14,5 juta kilometer). Mereka menghitung kembali trayektori batu antariksa tersebut dan yakin bahwa asteroid tidak akan menghantam Bumi pada 13 April 2036 seperti yang ditakutkan sebelumnya.

Berukuran lebih dari 1.060 kaki (323 meter), batu yang disebut Apophis itu dapat menimbulkan kerusakan besar pada daerah yang terhantam dan barangkali dapat menyebabkan tsunami. Namun ukurannya tidak sebesar itu untuk dapat memicu kemusnahan di muka Bumi.

Salah satu teori yang menonjol mengenai kemusnahan dinosaurus dan spesies-spesies lain 65 juta tahun yang lampau memperkirakan adanya meteorit berukuran 6 mil yang menghantam Bumi dan menghamburkan sejumlah besar debu ke udara, membuat planet ini dingin dan gelap.

Sekitar sembilan tahun lalu, ketika para astronom pertama kali melihat Apophis, mereka memperkirakan ada 2,7 persen batu tersebut akan jatuh ke Bumi. Kemudian kemungkinan tersebut diturunkan menjadi 1 berbanding 250.000.

Sekarang, kemungkinan itu sudah diabaikan.

"Tidak ada kemungkinan asteroid besar jatuh pada 2036,” ujar Donald Yeomans, manajer Program Obyek Dekat Bumi di NASA.

“Itulah sebabnya kita melacak asteroid tersebut supaya bisa yakin mereka tidak akan mendekat dengan jarak yang berbahaya.”

Yeomans mengatakan bahwa asteroid itu, dengan nama yang diambil dari ular jahat dalam mitologi Mesir, tidak akan lebih dekat daripada 19.400 mil dari Bumi. (AP/Seth Borenstein)

NASA: Meteor Quadrantid akan Hujani Atmosfir Bumi



Badan antariksa Amerika, NASA, mengatakan kepingan-kepingan sebuah asteroid yang telah mengorbit matahari selama ratusan tahun dapat menggembirakan para pengamat langit pekan ini.

Meteor-meteor Quadrantid akan terlihat sebagai bara-api yang melintas di angkasa ketika meteor tersebut memasuki atmosfir bumi dengan kecepatan 145 ribu kilometer per jam dan terbakar habis pada ketinggian 80 kilometer di atas permukaan planet ini.

Ini adalah hujan meteor yang pertama tahun ini, dan akan berlangsung hanya beberapa jam. Puncaknya adalah tanggal 3 Januari kira-kira pukul 14 waktu GMT.

NASA mengatakan setiap orang yang berada di atas atau di utara 51 derajad lintang selatan akan dapat menyaksikan meteor Quadrantid itu, dan ini mencakup sebagian besar wilayah dunia. 

Badan antariksa tadi menambahkan bahwa para pengamat di bawah angkasa yang jernih atau tak berawan di Asia mungkin akan mempunyai peluang untuk melihat jumlah paling besar meteor tersebut.

NASA: Asteroid Akan Lewati Bumi Tapi Tak Berbahaya



NASA mengatakan asteroid akan melewati Bumi dengan jarak cukup dekat, paling dekat dengan Indonesia, namun tidak akan sampai menabrak Bumi.


CAPE CANAVERAL, FLORIDA — Sebuah asteroid selebar 150 feet atau sekitar 45,72 meter akan melewati Bumi minggu depan, dengan jarak bahkan lebih dekat dari satelit cuaca atau alat komunikasi di luar angkasa. Asteroid ini merupakan benda angkasa dengan jarak terdekat yang akan melewati Bumi.

Tapi para ilmuwan dari lembaga antariksa NASA mengatakan asteroid itu sedikitnya berjarak 17.100 mil (27.250 kilometer) saat melewati Bumi Jumat mendatang (15/2).

“Asteroid itu tidak mungkin menabrak Bumi,” ujar Donald Yeomans, manajer program Obyek Dekat Bumi NASA di Laboratorium Propulsi Jet di Pasadena, California pada Kamis (8/2).

Bahkan kemungkinan tabrakan antara asteroid dan satelit sangat kecil, ujar Yeomans dan ilmuwan lainnya. Beberapa ratus satelit mengorbit pada jarak 22.300 mil, lebih tinggi dari jalur asteroid, meski para operator diperingatkan mengenai kedatangan obyek ini untuk memantau.

“Tidak ada yang telah atau akan menaikkan bendera merah,” ujar Yeomans. “Saya sendiri tidak mengantisipasi ada masalah apa pun.”

Tidak  bisa dilihat dengan mata telanjang, asteroid ini dianggap kecil. Sebagai kontras, asteroid yang menghantam Bumi dan memusnahkan dinosaurus 65 juta tahun lalu memiliki lebar 6 mil.

Namun Asteroid 2012 DA14, yang dinamakan berdasarkan tanggal penemuan, masih bisa menimbulkan pukulan keras.

Jika asteroid itu menabrak Bumi, yang ditegaskan lagi oleh para ilmuwan bahwa itu tidak akan terjadi, ia akan mengeluarkan energi 2,4 juta ton TNT dan menyapu daerah seluas 750 mil persegi. Itulah yang terjadi di Siberia pada 1908, ketika daerah hutan sekitar Sungai Tunguska diratakan oleh asteroid yang sedikit lebih kecil yang meledak sekitar lima mil di atas permukaan tanah.

Kemungkinan benda seukuran tersebut menghantam Bumi adalah sekali dalam 1.200 tahun. Benda angkasa yang melewati Bumi dengan jarak dekat namun tidak berbahaya seperti ini terjadi setiap 40 tahun sekali.

Kumpulan asteroid dalam tata surya berlokasi antara orbit-orbit Mars dan Yupiter, dan tetap stabil di sana selama miliaran tahun. Beberapa terkadang muncul di sekitar Bumi.
Asteroid yang akan melintas pada minggu depan ini diperkirakan berjarak terdekat dengan Indonesia pada Jumat siang.

Asteroid ini akan lewat dengan kecepatan 17.000 mil per jam atau sekitar 27.400 kilometer per jam, sehingga kecil kemungkinannya akan terlihat. Ia delapan kali lebih cepat dari peluru yang ditembakkan senapan berkecepatan tinggi.

Oleh mata telanjang dan bahkan oleh teropong dan teleskop hanya akan terlihat sebagai titik cahaya kecil. Lokasi-lokasi utama untuk melihatnya adalah di Asia, Australia dan Eropa Timur. (AP/Marcia Dunn)

Iran Berhasil Kirim Kera ke Antariksa



Menhan Iran, Ahmad Vahidi mengatakan Senin (28/1), bahwa kera itu masih hidup ketika kembali ke bumi setelah berada dalam kapsul antariksa pada ketinggian 120 kilometer.


Iran hari Senin (28/1) mengatakan telah berhasil mengirim kera ke antariksa. Keberhasilan program antariksa Iran dengan menggunakan peluncuran roket itu sangat memprihatinkan negara-negara Barat, yang khawatir teknologi itu dapat digunakan untuk mengembangkan rudal balistik yang bisa dipersenjatai dengan senjata nuklir.

Menteri Pertahanan Ahmad Vahidi memberitahu televisi pemerintah bahwa kera itu masih hidup ketika kembali ke bumi setelah berada dalam kapsul pada ketinggian 120 kilometer.

Laporan itu tidak memberikan rincian tentang tanggal atau lokasi peluncuran. Kementerian Pertahanan hanyamengatakan peluncuran kera ke antariksa itubertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammadpekan lalumenurut sebuah pernyataan yang disiarkanoleh kantor berita resmi Iran, IRNA.

Pernyataan itu juga mengatakan bahwa peluncuran itusebagai "langkah raksasadalam teknologi ruang angkasa dan penelitian biologi yang selama ini merupakan 'monopoli beberapa negara'.

Televisi pemerintah Iran menyiarkan gambar seekor monyet abu-abu kecilyang diikat ke kursi empuk dan sedang dimuat ke dalam roket Kavoshgardijuluki "Pishgam" (yang berarti 'Perintis') yang kata media pemerintahmencapai ketinggian lebih dari 120 kilometer.

Menhan Ahmad Vahidi mengatakan, "Peluncuran (roket) Kavoshgar dan pengembalian kera ke Bumi, adalah langkah pertama menuju pengirimanmanusia ke ruang angkasa pada fase berikutnya."

Sebelumnya, usaha terakhir Iran untuk menerbangkan kera ke antariksa pada tahun 2011 gagal karena alasan yang tidak diungkapkan.

Di Washingtonjuru bicara Departemen Luar Negeri AS Victoria Nulandmengatakan kepada wartawan ia tidak bisa mengkonfirmasi apakah Iran telahberhasil mengirim kera ke luar angkasa atau melakukan peluncuran roket,namun ia mengatakan bahwa jika hal itu terjadi, maka "hal itu merupakankeprihatinan serius."

Nuland mengatakan peluncuran itu akan melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB 1929, yang melarang Iran melakukan"segala kegiatan yang terkait dengan rudal balistik yang mampu membawa senjata nuklirtermasukpeluncuran dengan menggunakan teknologi rudal balistik." (Reuters).

Ilmuwan Bahas Kemungkinan Penambangan di Antariksa



Para ilmuwan berpendapat mereka pada akhirnya akan bisa mengatasi biaya besar dan kesulitan teknis untuk menggali mineral di asteroid, dan bahkan di bulan atau Mars.


SYDNEY — Mungkinkah pertambangan pada masa mendatang bisa dilakukan di luar dunia ini? Itu adalah pertanyaan yang diajukan para ilmuwan yang bertemu di Sydney, yang ingin mengeksplorasi antariksa untuk memperoleh sumber-sumber kekayaan baru. Asteroid bisa menghasilkan platinum dan berlian, sedangkan bulan mengandung mineral langka yang dapat digunakan untuk membuat komputer, rudal dan turbin angin, karena ketersediannya semakin menipis di Bumi.

Visi-visi yang berani ini memang tidak ekonomis untuk sekarang ini, namun para peneliti yakin penambangan di bulan yang dikendalikan dari bumi dapat terlaksana dalam satu dasawarsa lagi. Pada masa depan, para akademisi lainnya mengatakan bahwa Mars juga dapat dimanfaatkan untuk mencari bahan-bahan mineral berharga.

Gordon Roesler, pakar robotika antariksa di Universitas New South Wales, mengatakan upaya untuk menggali harta karun ini telah dimulai. "Ada dua perusahaan yang baru saja memulainya, satu di Amerika dan satu di Inggris, dan keduanya mengatakan 'Kami akan menambang di asteroid'. Kita telah membicarakan hal ini selama beberapa dasawarsa, tetapi kenapa perusahaan-perusahaan ini memulainya sekarang dengan dukungan para milyarder? Mengapa mereka melakukannya? Saya pikir itu karena kemajuan dalam robotika, paparnya.”

Roesler mengatakan potensi robot ditunjukkan oleh kemampuan mereka di pabrik-pabrik, dalam eksplorasi bawah laut serta di Mars, di mana kendaraan Curiosity milik NASA baru-baru ini mengebor Planet Merah itu untuk pertama kalinya. "Dua puluh tahun lalu, kita belum bisa membayangkan bahwa itu bisa dilakukan. Sekarang itu sudah terwujud, jadi perusahaan-perusahaan ini mengatakan 'baik, kita akan menyusun rencana jangka panjang'," paparnya lagi.

René Fradet, Wakil Direktur Direktorat Teknik dan Sains di Jet Propulsion Laboratory Amerika, adalah salah seorang pembicara dalam konferensi di Universitas New South Wales itu. Dia mengatakan keberhasilan pesawat Curiousity di Mars akan mendorong eksplorasi ruang angkasa.

Sama halnya dengan mengeksplorasi mineral langka, pertambangan di antariksa juga bisa menjadi langkah pertama untuk mendirikan koloni di ruang angkasa, di mana air yang diperoleh dari asteroid, bulan atau Mars dapat menjadi bahan bakar pesawat antariksa dan menghidupi koloni manusia.

Hawking Sarankan Cari Kehidupan di Planet Lain untuk Bertahan



Ahli astrofisika terkemuka Stephen Hawking menyarankan manusia untuk mencari kehidupan di planet lain untuk bertahan


Ahli astrofisika Stephen Hawking mengingatkan bahwa manusia perlu mencari kehidupan di luar Planet Bumi jika ingin bertahan sebagai spesies.

“Kita harus terus mencari ke luar angkasa untuk kehidupan," ujar Hawking dalam sebuah pertemuan minggu ini di Los Angeles, California. “Kita tidak akan bertahan sampai 1.000 tahun lagi tanpa keluar dari planet yang rapuh ini."

Hawking, 71, telah lama menjadi pendukung eksplorasi luar angkasa.

Berbicara pada sebuah upacara untuk memperingati ulang tahun lembaga antariksa NASA ke-50 pada 2008, Hawking menyerukan era baru eksplorasi luar angkasa manusia yang dapat dibandingkan dengan penjelajahan bangsa Eropa ke Dunia Baru lebih dari 500 tahun yang lampau.

"Menyebar ke luar angkasa akan memiliki dampak yang bahkan lebih besar," ujar Hawking. "Hal ini akan mengubah masa depan ras manusia secara total dan barangkali menentukan apakah kita punya masa depan atau tidak."

Hawking ada di Los Angeles minggu ini untuk melihat penelitian di Cedars-Sinai Medical Center mengenai perlambatan progresi penyakit amyotrophic lateral sclerosis, atau ALS. Hawking menderita penyakit degeneratif syarat yang tidak dapat diobati itu selama 50 tahun.

Sejak 1970, Hawking hampir lumpuh total karena ALS. Terikat pada kursi roda, ia menggunakan komputer canggih untuk berbicara.

Ilmuwan terkenal itu memelopori upaya untuk membuka rahasia-rahasia alam semesta, melakukan revolusi astrofisika dan menangkap imajinasi jutaan dalam prosesnya. Ia barangkali paling dikenal lewat bukunya, A Brief History of Time, yang telah terjual lebih dari 10 juta kopi di seluruh dunia.

NASA Ditugasi Cari Asteroid sebagai Batu Loncatan Misi ke Mars



Pemerintahan Obama ingin NASA mencari asteroid kecil yang dapat digeser ke orbit dekat bulan dan digunakan astronot sebagai batu loncatan untuk misi ke Mars.


Badan antariksa Amerika, NASA, menyatakan pemerintahan Obama ingin agar badan itu mencari asteroid kecil yang dapat digeser ke orbit dekat bulan dan digunakan astronot sebagai batu loncatan untuk misi ke Mars.

Menurut NASA, anggaran belanja 2014 Presiden Barack Obama mengusulkan dana $ 105 juta untuk memulai misi baru itu, yang mencakup pencarian asteroid selebar 7 sampai 10 meter dan penarikan ke arah bumi dengan menggunakan robot, serta penempatannya ke dalam orbit yang stabil dekat bulan.

Astronot dalam kapsul Orion kemudian akan lepas landas, mendarat di asteroid itu dan membawa kembali sampel tanah dan batuan untuk dianalisa.

Proyek ini memproyeksikan astronot dapat mengunjungi asteroid itu sedini 2021, dan termasuk dalam anggaran Presiden untuk NASA sebesar $ 17,7 miliar.

Sistem itu akan digunakan untuk membantu perjalanan ke bulan, asteroid, dan akhirnya ke Mars, tujuan jangka panjang program antariksa AS yang membawa manusia.

Ilmuwan: Kehidupan di Bumi Berakhir dalam 1 Sampai 3 Miliar Tahun





Manusia memiliki 1,75 miliar tahun -- atau barangkali lebih lama lagi -- untuk mencari tempat tinggal baru, menurut sebuah studi baru mengenai berapa lama lagi Bumi masih layak dihuni.

Para peneliti di University of East Anglia (UEA) di Inggris mengamati eksoplanet, atau planet-planet di luar sistem tata surya kita, untuk dapat memperkirakan berapa lama Bumi akan berada dalam zona layak huni dari matahari. Zona ini merupakan jarak dari bintang sebuah planet dengan suhu yang kondusif untuk memiliki air yang cair di permukaan, sehingga dapat menyokong kehidupan.

"Kami menggunakan model-model evolusi bintang untuk memperkirakan akhir dari kondisi layak huni di sebuah planet dengan menentukan kapan ia tidak lagi ada di zona yang dapat dihuni," ujar Andrew Rushby, dari fakultas sains lingkungan di UEA.

"Kami memperkirakan bahwa Bumi tidak lagi layak huni antara 1,75 dan 3,25 miliar tahun dari sekarang. Lewat dari itu, Bumi akan ada di 'zona panas' matahari, dengan suhu yang sangat tinggi sehingga laut akan menguap. Kita akan melihat bencana dan peristiwa mematikan untuk semua kehidupan."

Penemuan ini juga membuka mata terhadap potensi adanya makhluk pintar di antariksa. Hampir 1.000 planet di luar tata surya kita telah diidentifikasi sejauh ini oleh para astronom.

"Lamanya periode layak huni di sebuah planet sangat penting karena hal itu dapat menjelaskan potensi evolusi kehidupan yang kompleks, yang kemungkinan memerlukan periode kondisi layak huni yang lebih panjang," ujar Rushby.

Ia menambahkan bahwa meski ada serangga 400 juta tahun yang lalu, manusia modern baru berevolusi dalam 200.000 tahun terakhir.

"Tentu saja, banyak evolusi yang terjadi karena keberuntungan, jadi ini tidak konkret, namun kita tahu bahwa spesies cerdas dan kompleks seperti manusia tidak dapat muncul hanya setelah beberapa juta tahun, karena perlu 75 persen dari seluruh kehidupan layak huni dari planet ini untuk berevolusi. Kami kira ini barangkali sama di mana saja," ujarnya.

Rushby dan para koleganya mengamati satu eksoplanet, Kepler 22b, dan memperkirakan periode layak huninya 4,3 miliar sampai 6,1 miliar tahun. Planet satunya lagi, Gliese 581d, dapat memiliki periode layak huni 42,4 miliar sampai 54,7 miliar tahun.

Meski planet seperti Bumi belum ditemukan, para peneliti mengatakan kemungkinan ada satu dengan jarak terdekat 10 tahun cahaya, yang cukup dekat dalam standar astronomi. Meski demikian, untuk sampai ke planet itu perlu ratusan ribu tahun dengan teknologi yang ada sekarang ini.

Solusinya barangkali lebih dekat dari Bumi.

"Jika kita perlu pindah ke planet lain, Mars barangkali merupakan pilihan terbaik. Jaraknya sangat dekat dan ia akan tetap dalam zona layak huni sampai akhir kehidupan matahari, yaitu enam miliar tahun dari sekarang," ujar Rushby.

Pesawat Antariksa Rusia Kirim Pasokan untuk ISS




Pesawat kargo antariksa tak berawak Rusia, "Progress 52" memuat hampir tiga ton makanan, bahan bakar dan pasokan untuk awak stasiun antariksa.


esawat kargo antariksa Rusia hari Minggu berhasil merapat ke Stasiun Antariksa Internasional atau ISS pada pukul 02.26 GMT sekitar enam jam setelah peluncurannya dari Baikonur Cosmodrome di Kazakhstan.


Badan antariksa Rusia, yang dikenal sebagai Roscosmos, mengatakan proses merapatnya pesawat itu dilakukan secara otomatis menyusul peluncuran yang berlangsung mulus.



NASA mengatakan pesawat kargo antariksa tak berawak "Progress 52" memuat hampir tiga ton makanan, bahan bakar dan pasokan untuk awak Ekspedisi 36, serta peralatan ilmiah. Ekspedisi 36 adalah misi ISS saat ini, yang merupakan misi ke 36.



Pesawat kargo antariksa itu juga membawa  alat perbaikan ruang angkasa untuk membantu astronot mengganti bagian dari helm yang tidak berfungsi yang digunakan astronot Italia  ketika sedang melakukan kegiatan di luar stasiun antariksa tanggal 16 Juli lalu sehingga terpaksa dihentikan.



Astronot itu, Luca Parmitano, wajahnya hampir terendam dalam helm tersebut ketika melakukan kegiatan di luar stasiun antariksa itu.



NASA masih belum mengetahui secara jelas mengapa air bocor ke helm itu, tapi permasalahan diperkirakan akibat sistem pendingin.



Pesawat antariksa Progress 52 diperkirakan akan tetap merapat di Stasiun Antariksa itu setidaknya selama lima bulan  ke depan.

Jepang Luncurkan Roket Epsilon







Roket tiga tahap berbahan bakar padat Epsilon, berhasil lepas landas dari pusat antariksa di Jepang selatan, hari Sabtu (14/9).

Satelit Epsilon itu membawa SPRINT A, teleskop antariksa pertama yang dirancang untuk pengamatan jarak jauh planet lain.

Jepang berharap roket yang diluncurkan dengan komputer laptop konvensional di pusat komando itu akan mampu bersaing dalam bisnis antariksa global.

Kantor berita Perancis melaporkan hanya delapan pekerja ditugaskan dalam operasi peluncuran itu.

Epsilon dijadwalkan diluncurkan dua minggu yang lalu. Namun upayapeluncuran tersebut dihentikan hanya dalam 19 detik sebelum lepas landaskarena adanya kesalahan teknis.

NASA Hentikan Misi Teleskop Antariksa Kepler




Badan antariksa Amerika (NASA), baru-baru ini mengatakan telah menghentikan penggunaan Teleskop Antariksa Kepler secara penuh, setelah beroperasi selama sekitar 4 tahun.


Para ilmuwan pada Badan antariksa Amerika atau NASA kini sedang mempelajari semua informasi yang telah dikumpulkan teleskop itu selama empat tahun terakhir.

NASA, meluncurkan pesawat antariksa Kepler pada tahun 2009. Tujuan mereka adalah agar Kepler bisa menemukan planet-planet seukuran Bumi di dekat bintang mirip matahari di mana ada air cair di permukaan planet itu.

William Borucki adalah ketua peneliti misi Kepler itu. Dia mengatakan proyek itu sangat sukses.

Borucki menjelaskan, “Pada awal misi, tidak ada yang tahu apakah ada planet-planet seukuran Bumi di galaksi kita. Kini, pada akhir observasi Kepler, kita tahu bahwa galaksi kita dipenuhi planet-planet. Ketika kita melihat langit di malam hari dan dipenuhi bintang, kemungkinan besar bintang-bintang itu memiliki planet.”

Teleskop Antariksa Kepler menemukan 135 planet dan lebih dari 3.500 benda yang diduga sebagai planet dengan berbagai ukuran dan jarak orbit. Sebagian besar planet itu kecil seperti Bumi. Proyek empat tahun itu diperpanjang pada tahun 2012. Tapi proyek itu berakhir pada bulan Agustus setelah para insinyur gagal memperbaiki dua roda reaksi yang rusak. Roda reaksi sangat penting untuk menjaga agar pesawat antariksa bergerak ke arah yang benar.

Wakil manajer proyek Charles Sobeck mengatakan keputusan itu tepat. Ia mengatakan, "Hasilnya menunjukkan bahwa rodanya sangat rusak sehingga tidak dapat mempertahankan arah pesawat antariksa untuk waktu yang lama."

Tim Kepler kini sedang mempelajari apakah teleskop antariksa dapat digunakan dalam berbagai jenis proyek. Ini bisa termasuk pencarian exoplanet - yakni mencari planet yang mengelilingi bintang selain matahari. William Borucki mengatakan NASA telah menyerukan komunitas sains untuk menyalurkan ide-ide.

"Bukan proposal, tidak meminta dana, tapi gagasan-gagasan dan kami akan mempelajari mana yang bisa dilakukan dengan biaya yang masuk akal," ujar Borucki.

Dia mengatakan misi ilmiah Kepler belum berakhir. Timnya kini sedang mempelajari informasi yang dikumpulkan oleh pesawat antariksa itu selama empat tahun terakhir. Dia berharap pencarian itu akan menghasilkan ratusan, bahkan ribuan, temuan baru.

"Pada dasarnya, dalam beberapa tahun ke depan, ketika analisa ini selesai, kita akan mampu menjawab pertanyaan yang mengilhami misi Kepler: Apakah Bumi biasa atau langka ditemukan di galaksi kita?," tambah Borucki.

William Borucki mengatakan tugas Kepler merupakan langkah pertama yang penting dalam mengeksplorasi galaksi kita. NASA sedang mempersiapkan misi lain untuk tahun 2017. Satelit Survey Exoplanet akan mencari planet yang lebih besar, lebih terang dan lebih dekat dengan sistem tata surya kita daripada yang telah dilakukan Kepler. NASA akan menempatkan instrumen observasinya ke area yang berjarak 3.000 tahun cahaya.

Komet ISON Hilang Dekat Matahari





Seorang pakar astrofisika yang melacak ISON memberitahu televisi NASA ia tidak melihat apapun datang dari belakang matahari.


Para pakar mengatakan perjalanan 5 juta tahun komet ISON dari tempat yang sangat jauh dalam tata surya tampaknya telah berakhir sebagai perjalanan satu arah mengitari matahari.

Para astronom mengatakan ISON dan ekornya yang panjang dan cerah melintas dengan jarak 1,2 juta kilometer dari permukaan matahari pukul 18.37 Kamis waktu Greenwich. Armada teleskop tidak menemukan jejak komet itu muncul dari balik matahari.

Pada titik terdekatnya dari matahari, ISON -- yang terbang dengan kecepatan 350 kilometer per detik – menghadapi suhu kira-kira 2.700 derajat Celsius. Para ilmuwan mengatakan suhu tersebut cukup panas untuk menguapkan es pada badan komet itu, serta debu dan batunya.

Seorang pakar astrofisika yang melacak ISON dari laboratorium penelitian Angkatan Laut Amerika di Washington memberitahu televisi NASA ia tidak melihat apapun datang dari belakang matahari.

Astronom amatir Rusia tahun lalu menemukan ISON ketika komet itu masih lebih jauh dari Jupiter. Penemuan itu menggemparkan para ilmuwan dan para peneropong bintang di seluruh dunia dengan kemungkinan dapat melihat pertunjukan sinar yang memukau di angkasa di atas Bumi mulai bulan depan.

Flag Country

free counters