NASA: Meteor Quadrantid akan Hujani Atmosfir Bumi



Para pengamat di bawah angkasa yang jernih atau tak berawan di Asia berpeluang menyaksikan hujan meteor yang pertama tahun ini.


Badan antariksa Amerika, NASA, mengatakan kepingan-kepingan sebuah asteroid yang telah mengorbit matahari selama ratusan tahun dapat menggembirakan para pengamat langit pekan ini.

Meteor-meteor Quadrantid akan terlihat sebagai bara-api yang melintas di angkasa ketika meteor tersebut memasuki atmosfir bumi dengan kecepatan 145 ribu kilometer per jam dan terbakar habis pada ketinggian 80 kilometer di atas permukaan planet ini.

Ini adalah hujan meteor yang pertama tahun ini, dan akan berlangsung hanya beberapa jam. Puncaknya adalah tanggal 3 Januari kira-kira pukul 14 waktu GMT.

NASA mengatakan setiap orang yang berada di atas atau di utara 51 derajad lintang selatan akan dapat menyaksikan meteor Quadrantid itu, dan ini mencakup sebagian besar wilayah dunia. 

Badan antariksa tadi menambahkan bahwa para pengamat di bawah angkasa yang jernih atau tak berawan di Asia mungkin akan mempunyai peluang untuk melihat jumlah paling besar meteor tersebut.


Sumber

Batu dari Mars Berusia 2 Miliar Tahun Mengandung Banyak Air



Para pakar di Universitas New Mexico memeriksa batu berusia 2 miliar tahun yang berasal dari Mars dan ditemukan di gurun pasir Sahara.

Para pakar di Universitas New Mexico mengatakan batu itu memuat kira-kira 30 kali lipat air yang biasanya terkandung dalam batu meteor lain dari Mars. Mereka mengatakan ini dapat memberi pengertian yang lebih baik mengenai bagaimana Mars berubah dari planet yang hangat dan basah menjadi gurun berdebu dan dingin.

Para ilmuwan juga mengatakan batu itu sangat serupa dengan batu vulkanis yang ditemukan kendaraan penjelajah Mars “Spirit and Opportunity” milik NASA.

Seorang pria Maroko menemukan batu meteor itu di gurun Sahara tahun lalu. Ia menjualnya kepada seorang kolektor Amerika yang menyerahkannya kepada universitas tadi untuk penelitian.

Para ilmuwan menyebut batu itu contoh satu jenis yang luar biasa.

Sumber

Biografi Stephen Hawking




Stephen Hawking lahir pada 8 Januari 1942 dari pasangan Dr. Frank Hawking, seorang biolog, dan Isobel Hawking. Ia memiliki dua saudara kandung, yaitu Philippa dan Mary, dan saudara adopsi, Edward.Orang tua Hawking tinggal di North London dan pindah ke Oxford ketika ibu Hawking sedang mengandung dirinya untuk mencari tempat yang lebih aman. (London saat itu berada dibawah serangan Luftwaffe Jerman). Setelah Hawking lahir, keluarga mereka kembali ke London. Ayahnya lalu mengepalai divisi parasitologi di National Institute for Medical Research. Pada tahun 1950, Hawking dan keluarganya pindah ke St Albans, Hertfordshire.

Di sana ia bersekolah di St Albans High School for Girls dari tahun 1950 hingga 1953 (pada masa itu, laki-laki dapat masuk ke sekolah perempuan hingga usia sepuluh tahun). Dari usia sebelas tahun, Hawking bersekolah di St Albans. Stephen Hawking adalah seorang ahli fisika teoretis. Ia adalah seorang profesor Lucasian dalam bidang matematika di Universitas Cambridge dan anggota dari Gonville and Caius College, Cambridge. Ia dikenal akan sumbangannya di bidang fisika kuantum, terutama karena teori-teorinya mengenai teori kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam, dan radiasi Hawking. Salah satu tulisannya adalah A Brief History of Time, yang tercantum dalam daftar bestseller di Sunday Times London selama 237 minggu berturut-turut. Di tahun 2010 Hawking bersama Leonard Mladinow menyusun buku The Grand Design.

Meskipun mengalami tetraplegia (kelumpuhan) karena sklerosis lateral amiotrofik, karier ilmiahnya terus berlanjut selama lebih dari empat puluh tahun. Buku-buku dan penampilan publiknya menjadikan ia sebagai seorang selebritis akademik dan teoretikus fisika yang termasyhur di dunia. Hawking selalu tertarik pada ilmu pengetahuan. Ia terinspirasi dari guru matematikanya yang bernama Dikran Tahta untuk mempelajari matematika di universitas. Ayahnya ingin agar Hawking masuk ke University College, Oxford, tempat ayahnya dulu bersekolah. Hawking lalu mempelajari ilmu pengetahuan alam. Ia mendapat beasiswa, dan lalu berspesialisasi dalam fisika.

Setelah menerima gelar B.A. di Oxford pada 1962, ia tetap tinggal untuk mempelajari astronomi. Ia memilih pergi ketika mengetahui bahwa mempelajari bintik matahari tidak sesuai untuknya dan Hawking lebih tertarik pada teori daripada observasi. Hawking lalu masuk ke Trinity Hall, Cambridge. Ia mempelajari astronomi teoretis dan kosmologi. Segera setelah tiba di Cambridge, gejala sklerosis lateral amiotrofik (ALS) yang akan membuatnya kehilangan hampir seluruh kendali neuromuskularnya mulai muncul. Pada tahun 1974, ia tidak mampu makan atau bangun tidur sendiri. Suaranya menjadi tidak jelas sehingga hanya dapat dimengerti oleh orang yang mengenalnya dengan baik. Pada tahun 1985, ia terkena penyakit pneumonia dan harus dilakukan trakeostomi sehingga ia tidak dapat berbicara sama sekali. Seorang ilmuwan Cambridge membuat alat yang memperbolehkan Hawking menulis apa yang ingin ia katakan pada sebuah komputer, lalu akan dilafalkan melalui sebuah voice synthesizer'

Hawking meyakini bahwa kehidupan ekstraterestrial memang ada, dan ia menggunakan basis 
matematis untuk asumsinya. "Menurut otak matematisku, angka menunjukan bahwa keberadaan alien sangatlah rasional. Tantangan terbesar adalah memperkirakan seperti apakah alien itu." Ia meyakini bahwa alien tidak hanya ada di planet-planet, tetapi mungkin juga di tempat lain, seperti bintang atau mengapung di angkasa luas. Hawking juga memperingati bahwa beberapa spesies alien mungkin memiliki peradaban yang maju dan dapat mengancam Bumi. Hubungan dengan spesies seperti itu dapat membahayakan seluruh umat manusia. Ia mengatakan, "Jika alien mengunjungi kita, hasilnya akan sama seperti ketika Columbus mendarat di Amerika, yang tidak berakhir baik bagi penduduk asli Amerika". Hawking juga menyarankan, daripada mencoba menghubungi alien, sebaiknya kita menghindari hubungan dengan

Hawking menikah dengan Jane Wilde, seorang murid bahasa, pada tahun 1965. Jane Hawking mengurusnya hingga perceraian mereka pada tahun 1991. Mereka bercerai karena tekanan ketenaran dan meningkatnya kecacatan Hawking. Mereka telah dikaruniai tiga anak: Robert (lahir 1967), Lucy (lahir 1969), dan Timothy (lahir 1979). Hawking lalu menikahi perawatnya, Elaine Mason (sebelumnya menikah dengan David Mason, perancang komputer bicara Hawking), pada tahun 1995. Pada Oktober 2006, Hawking meminta bercerai dari istri keduanya.

Ketika ditanyakan mengenai IQnya pada tahun 2004, Hawking menjawab, "Saya tidak tahu. Orang yang membanggakan IQnya adalah seorang pecundang." 

Hawking mengambil posisi agnostik dalam masalah agama. Ia telah menggunakan kata "Tuhan" (secara metaforis) untuk menggambarkan poin dalam buku-buku dan pidatonya. Mantan istrinya, Jane, menyatakan saat proses perceraian bahwa Hawking adalah seorang ateis. Hawking menyatakan bahwa ia "tidak religius secara akal sehat" dan ia percaya bahwa "alam semesta diatur oleh hukum ilmu pengetahuan. Hukum tersebut mungkin dibuat oleh Tuhan, tetapi Tuhan tidak melakukan intervensi untuk melanggar hukum." Hawking membandingkan agama dan ilmu pengetahuan pada tahun 2010, menyatakan: "Terdapat perbedaan mendasar antara agama, yang berdasarkan pada otoritas, [dan] ilmu pengetahuan, yang berdasarkan pada observasi dan alasan. Ilmu pengetahuan akan menang karena memang terbukti."

Pada September 2010, The Telegraph melaporkan, "Stephen Hawking telah menyatakan bahwa Tuhan bukan pencipta alam semesta". Hawking menulis dalam bukunya, The Grand Design, bahwa "Karena adanya hukum seperti gravitasi, tata surya dapat dan akan membentuk dirinya sendiri. Penciptaan spontan adalah alasannya mengapa sekarang ada 'sesuatu' dan bukannya kehampaan, mengapa alam semesta ada dan kita ada. Tidak perlu memohon kepada Tuhan untuk memulai segalanya dan menggerakan alam semesta."



Korea Selatan Berhasil Luncurkan Satelit Sendiri




Korea Selatan untuk pertama kali berhasil meluncurkan satelit ke antariksa dari negaranya sendiri, bergabung dalam kelompok eksklusif yang dalam sejarah hanya diikuti 12 negara.


 — Korea Selatan sebelumnya gagal melakukan peluncuran yang sempurna, memungkinkan Korea Utara yang miskin mengalahkan saingannya dalam peluncuran ke antariksa.

Dalam peluncuran oleh Korea Selatan tahun 2009 dan 2010, penghalang pelindung di sekitar payload gagal berpisah secara sempurna dari roket.

Kali ini semua tampak berjalan sesuai rencana setelah KSLV-1, dengan tahapan pertama Rusia, lepas landas dari Naro Space Center, 480 kilometer selatan Seoul.

Muatannya hanyalah simbolis: satelit berbobot 100 kilogram dengan perkiraan rentang masa operasi satu tahun berisi osilator percobaan yang memancarkan detak pendek laser ultra.
 
Menteri Sains Korea Selatan Lee Ju-ho, mengatakan satelit itu kini berada di orbit.
 
Lee menyatakan misi itu sukses. Ia mengatakan kegagalan dua peluncuran sebelumnya tidak membuat putus asa, justru malah meningkatkan motivasi yang menyebabkan keberhasilan peluncuran ketiga.

Pejabat-pejabat berharap bisa mengukuhkan hari Kamis waktu Asia apakah satelit itu berfungsi sepenuhnya.
 
Peluncuran itu dipuji sebagai tolok ukur kebanggaan nasional bagi ekonomi terbesar keempat Asia itu, yang sudah punya reputasi kuat sebagai pembuat piranti elektronik berkualitas nomor satu, manufaktur mobil dan pembuatan kapal. Tetapi, tidak seperti saingan ekonomi dan tetangganya, Jepang dan Tiongkok, Korea Selatan tidak pernah mampu meluncurkan objek ke antariksa dari dalam negerinya sendiri.
 
Peluncuran itu terjadi kurang dari dua bulan setelah saingannya, Korea Utara, menempatkan satelit ke orbit.

Menurut peneliti senior Kang Kyung-in pada Pusat Penelitian Teknologi Satelit Korea Selatan, KAIST, Korea Utara terus berinvestasi dalam roket sejak tahun 1998.

Kang mengatakan, walau teknologi roket kedua negara serupa, program Korea Selatan murni untuk tujuan ilmiah.

Peluncuran Unha-3 oleh Korea Utara dikutuk masyarakat internasional sebagai pelanggaran sanksi PBB dan sebagai ujicoba rudal balistik terselubung. Hal itu mendorong Dewan Keamanan PBB menjatuhkan sanksi tambahan terhadap Korea Utara.

Korea Utara mengklaim meluncurkan satelit pengamat bumi. Menurut ilmuwan di luar negara tertutup itu, belum ada indikasi satelit itu mentransmisikan sinyal apapun.

Astronom Diperkirakan Temukan Lubang Hitam Terbaru di Galaksi Bima Sakti



Gambar-gambar baru dari teleskop Sinar-X Chandra, milik NASA, mengindikasikan bahwa sisa ledakan bintang supernova, kemungkinan memuat satu lubang hitam muda dalam galaksi Bima Sakti.


Para astronom kemungkinan telah menemukan black hole atau lubang hitam terbaru yang terbentuk di galaksi kita. Mereka berpendapat lubang hitam tersebut mungkin tercipta dari ledakan yang jarang dari bintang yang akan mati.

Gambar-gambar baru dari teleskop Sinar-X Chandra, milik NASA, yang mengamati jagat raya dari orbit 139 ribu kilometer di atas Bumi, memberi indikasi bahwa sisa ledakan bintang raksasa, supernova, berupa awan gas yang menyala dan berbentuk aneh, kemungkinan memuat satu lubang hitam muda.

Sisa ledakan bintang itu, yang dinamakan W49B, diperkirakan berusia 1000 tahun.  Ini sama dengan sekedip mata dalam jagat-raya yang diyakini hampir berusia 14 miliar tahun.

Menurut Smithsonian Astrophysical Observatory di Massachusetts yang mengoperasikan teleskop Chandra, apabila temuan ini dikukuhkan, W49B akan menjadi lubang hitam termuda dalam galaksi Bima Sakti.

Ledakan supernova terjadi ketika bintang yang maha-besar kehabisan bahan bakar. Namun menurut NASA, ledakan tersebut belum dapat dipahami dengan baik.  Ledakan tersebut cenderung simetris, namun sisa supernova W49B tidak simetris, lonjong dan berbentuk elips.

Para ilmuwan mengatakan bentuknya yang aneh dan gambar sinar-x sisa ledakan supernova yang berwarna-warni dan terang benderang itu memberi indikasi bahwa bintang tersebut mengalami kematian yang tidak biasa.

Seperti biasanya, para astronom mencari inti yang kental dan berputar, tetapi mereka tidak melihat indikasi tersebut. Mereka memperkirakan lubang hitam mungkin telah terbentuk pada saat itu.



Jutawan AS Danai Misi Ke Mars 2018



Seorang miliuner AS mendanai sebuah misi berawak pertama ke Planet Mars yang akan diluncurkan hanya lima tahun dari sekarang.


Sebuah misi ke Mars yang didanai swasta untuk 2018 sedang disiapkan dan akan mengangkut sepasang suami istri warga Amerika, dengan pesawat yang dimodifikasi untuk mencapai jarak 160 kilometer dari permukaan Planet Merah itu dan kembali dengan selamat ke Bumi.

Misi bersejarah selama 501 hari itu disiapkan oleh jutawan Amerika Dennis Tito – seorang bekas ilmuwan lembaga antariksa AS, NASA, dan turis antariksa pribadi pertama di dunia yang pernah membayar US$20 juta untuk diterbangkan ke Stasiun Antariksa Internasional.

Kini, Tito menanamkan modal jutaan dolar lagi untuk yayasannya Inspiration Mars Foundation. Lembaga nirlaba itu sudah mulai membangun perangkat keras dan keahlian ilmiah untuk misi, yang nantinya akan menghabiskan dana antara $1,5 miliar hingga $2 miliar.

Didampingi para bekas ilmuwan NASA, akademis dan pakar antariksa swasta, Tito pada Rabu (27/2) mengatakan dalam jumpa pers di Washington bahwa penerbangan ke Mars itu merupakan langkah besar pertama dalam agenda jangka panjang penjelajahan antariksa oleh Amerika.

Dua awak, yang nantinya akan dipilih berdasarkan kecocokan dengan masing-masing dan kemampuan teknis, akan mendiami ruangan seluas 600 meter persegi selama perjalanan mereka. Berbagai tantangan teknis misi ini sedang dikaji sebuah kelompok swasta bernama Paragon Space Development, dengan dukungan NASA dan sejumlah perusahaan antariksa swasta.

Taber MacCallum, direktur eksekutif Paragon dan bekas ilmuwan NASA, mengatakan misi ini berisiko tinggi. Kedua astronot akan menghadapi paparan radiasi surya dan kosmik terus menerus, serta sulitnya hidup dalam ruangan sempit dan menggunakan sistem pendukung kehidupan yang belum pernah diuji coba di ruang angkasa.

Tetapi MacCallum mengatakan mengambil risiko adalah bagian dari warisan Amerika sebagai bangsa penuh inovasi dan semangat penjelajahan.

Pihak penyelenggara mengatakan misi Mars tersebut dijadwalkan akan diluncurkan 5 Januari 2018. Pesawat akan mencapai Mars 228 hari kemudian pada 21 Agustus, mengitari sekali planet merah itu sebelum melakukan perjalanan 273 hari kembali ke Bumi. Pesawat akan mendarat di laut pada 21 Mei 2019.


Hawking Sarankan Cari Kehidupan di Planet Lain untuk Bertahan



Ahli astrofisika terkemuka Stephen Hawking menyarankan manusia untuk mencari kehidupan di planet lain untuk bertahan.


Ahli astrofisika Stephen Hawking mengingatkan bahwa manusia perlu mencari kehidupan di luar Planet Bumi jika ingin bertahan sebagai spesies.

“Kita harus terus mencari ke luar angkasa untuk kehidupan," ujar Hawking dalam sebuah pertemuan minggu ini di Los Angeles, California. “Kita tidak akan bertahan sampai 1.000 tahun lagi tanpa keluar dari planet yang rapuh ini."

Hawking, 71, telah lama menjadi pendukung eksplorasi luar angkasa.

Berbicara pada sebuah upacara untuk memperingati ulang tahun lembaga antariksa NASA ke-50 pada 2008, Hawking menyerukan era baru eksplorasi luar angkasa manusia yang dapat dibandingkan dengan penjelajahan bangsa Eropa ke Dunia Baru lebih dari 500 tahun yang lampau.

"Menyebar ke luar angkasa akan memiliki dampak yang bahkan lebih besar," ujar Hawking. "Hal ini akan mengubah masa depan ras manusia secara total dan barangkali menentukan apakah kita punya masa depan atau tidak."

Hawking ada di Los Angeles minggu ini untuk melihat penelitian di Cedars-Sinai Medical Center mengenai perlambatan progresi penyakit amyotrophic lateral sclerosis, atau ALS. Hawking menderita penyakit degeneratif syarat yang tidak dapat diobati itu selama 50 tahun.

Sejak 1970, Hawking hampir lumpuh total karena ALS. Terikat pada kursi roda, ia menggunakan komputer canggih untuk berbicara.

Ilmuwan terkenal itu memelopori upaya untuk membuka rahasia-rahasia alam semesta, melakukan revolusi astrofisika dan menangkap imajinasi jutaan dalam prosesnya. Ia barangkali paling dikenal lewat bukunya, A Brief History of Time, yang telah terjual lebih dari 10 juta kopi di seluruh dunia. 

NASA Operasikan Alat Pencitraan Resolusi Tinggi untuk Lihat Ekosistem Bumi



NASA mengadaptasi alat yang digunakan untuk menganalisis air di bulan, mineral di Mars dan komposisi planet di luar tata surya untuk melihat ekosistem Bumi.

 — Badan antariksa AS, NASA, mengadaptasi peralatan yang digunakan untuk mempelajari air di bulan, mineral di Mars dan komposisi planet-planet di luar tata surya, untuk menganalisis ekosistem planet Bumi.

Minggu ini, NASA menyelesaikan pengujian awal di ketinggian selama sebulan untuk paket alat gambar Bumi yang baru, yang direncanakan akan diluncurkan ke orbit. 

Alat-alat ini telah diterbangkan oleh NASA’s ER-2, sebuah pesawat yang mengitari pinggiran antariksa dengan ketinggian 20.000 meter, hampir dua kali ketinggian terbang pesawat jet komersial.
 
Menurut Robert Green, ilmuwan NASA dan kepala penyelidik untuk alat pencitraan Hyperspectral Infrared Imager or  airborne campaign (HyspIRI), alat ini secara persis mengukur karakteristik cahaya dan suhu setiap ekosistem yang dilintasi pesawat. 
 
“Kita dapat melihat interaksi molekul yang ada di atmosfer bumi, seperti uap air dan karbon dioksida, dan di permukaan tanah seperti pada tanaman," ujarnya. 
 
Alat ini, dengan teknologi yang diujikan pada lanskap California yang berbeda-beda, juga dapat mengukur dampak peristiwa-peristiwa di atas permukaan tanah, seperti letusan gunung berapi, kebakaran hutan dan kekeringan. 
 
Green mengatakan setiap piksel yang ditangkap oleh alat pencitraan memegang segudang informasi yang tidak terlihat oleh mata manusia.  

“Kita dapat memetakan jenis spesies. Kita dapat melihat aspek bio-geokimia tumbuhan untuk melihat kesehatan dan produktivitas tanaman," ujarnya.

"Dalam bidang geologi, kita dapat melihat tanda-tanda mineral yang berbeda-beda, untuk melihat molekul batu dan mengetahui secara tepat jenis-jenis mineral."
 
Penerbangan yang akan dilakukan, ujarnya, akan memberi pengukuran langsung secara global dari molekul dan suhu permukaan Bumi, mengulanginya setiap tahun untuk melihat variasi musiman dan temporal. 
 
Misi satelit HyspIRI ini masih ada dalam fase studi, dengan penerbangan percobaan yang akan berlanjut sampai 2014. 
 
Green mengatakan gambar-gambar baru dari planet ini dapat membantu para ilmuwan menganalisis secara lebih baik bagaimana Bumi berubah dan membantu pembuat keputusan dan publik membuat keputusan yang lebih baik mengenai bagaimana manusia dapat beradaptasi dengan perubahan.

Sumber

2 Astronot Perbaiki Sumber Kebocoran di Stasiun Antariksa





Dua astronot Amerika telah memperbaiki kotak yang kemungkinan merupakan sumber kebocoran amonia di stasiun antariksa NASA.


Dua astronot Amerika telah mengganti kotak pengendali pompa berukuran besar di luar stasiun antariksa internasional yang mungkin menjadi sumber kebocoran amonia dalam sistem pendingin laboratorium yang mengorbit itu.

NASA mengatakan astronot Chris Cassidy dan Tom Marshburn telah mengganti kotak berbobot 113 kilogram itu dengan kotak lain selama 2,5 jam bekerja di luar stasiun antariksa.

Jumat (10/5) lalu, komandan stasiun yang berasal dari Kanada – Chris Hadfield – menggambarkan kebocoran amonia itu sebagai “situasi serius” tetapi telah distabilkan oleh tim yang beranggotakan enam awak,

Badan Antariksa Amerika NASA mengatakan para awak tidak terancam bahaya dan stasiun itu melanjutkan operasi seperti biasa.

Beberapa awak stasiun antariksa tersebut telah melaporkan terjadinya kebocoran pada Kamis.


NASA Minta Astronom Amatir Bantu Lacak Asteroid



NASA meminta para astronom amatir dan ilmuwan warga untuk membantu melacak asteroid dalam program yang disebut Tantangan Besar Asteroid.

 — NASA pada Selasa (18/6) meminta astronom amatir dan ilmuwan warga lainnya untuk membantu melacak asteroid yang dapat menimbulkan kerusakan secara luas di Bumi.

Lembaga antariksa AS itu telah mengidentifikasi 95 persen NEO (near Earth objects, obyek-obyek dekat Bumi) yang berpotensi membunuh, dengan diameter 1 kilometer atau lebih, ukuran yang dibandingkan dengan batu antariksa yang oleh banyak ilmuwan diyakini memusnahkan dinosaurus sekitar 65 juta tahun lalu.

Sekarang NASA ingin bekerja dengan para individu, lembaga pemerintah, mitra internasional dan akademisi untuk “menemukan semua ancaman asteroid terhadap populasi manusia dan mengatasinya.” Informasi selanjutnya dapat ditemukan pada laman ini.

Antara 50 dan 100 astronom amatir melakukan apa yang disebut analisis lengkung cahaya (light-curve) terhadap batu-batu angkasa, mengulang gambar-gambar badan-badan astronomi untuk membantu menentukan karakteristik mereka, ujar Jason Kessler, eksekutif program yang oleh NASA disebut Tantangan Besar Asteroid.

"Kami membutuhkan lebih banyak bantuan karena tingkat deteksi kita meningkat,” ujar Kessler.

Bahkan batu-batu luar angkasa yang lebih kecil dapat berbahaya, baik yang menimpa atau tidak menimpa Bumi. Pada Februari, meteroit berdiameter sekitar 17 meter meledak di atas Rusia bagian tengah, memecahkan kaca-kaca jendela, merusak banyak bangunan dan melukai 1.200 orang.

Awal bulan ini, sebuah asteroid seukuran truk kecil melintasi Bumi empat kali lebih dekat dari jarak Bumi dengan bulan, sekitar 105.000 kilometer dari samudera di selatan Tasmania, Australia.

Perkiraan-perkiraan menunjukkan bahwa kurang dari 10 persen NEO yang diameternya lebih kecil dari 300 meter telah terdeteksi, dan kurang dari 1 persen obyek-obyek dengan diameter lebih kecil dari 100 meter telah terdeteksi, menurut NASA.
Inisiatif tersebut bertujuan mendeteksi semua NEO berdiameter 30 meter atau lebih, ujar Kessler.

Lembaga antariksa itu juga mengumumkan rencana-rencana untuk sebuah misi untuk menangkap asteroid kecil, kemudian mengarahkannya ke orbit yang stabil dan mengirim awak untuk mempelajarinya, paling cepat pada 2021.

Para pembuat perundangan di AS juga telah menaruh perhatian pada NEO. Pada Maret, komite sains Dewan Perwakilan Rakyat melakukan sidang dengar pendapat mengenai “Ancaman-Ancaman dari Luar Angkasa” yang mengkaji upaya-upaya untuk melacak dan menanggulangi asteroid dan meteor. 

Sumber


NASA Luncurkan Misi IRIS



NASA, Badan Antariksa Amerika hari Kamis meluncurkan misi untuk mempelajari matahari yang diberi nama Misi Interface Region Imaging Spectrograph (IRIS).

Misi IRIS ini bertujuan untuk mempelajari matahari khususnya berbagai kawasan  permukaannya yang misterius, kawasan antara permukaan matahari dan corona atau lapisan atmosfirnya. 

Suhu permukaan matahari panas, sekitar enam ribu derajat Celcius tapi lapisan atas atmosfir matahari yang dikenal sebagai corona sekitar satu juta derajat lebih panas.
 
Para ilmuwan ingin mengetahuinya.
 
Interface Region Imaging Spectrograph atau IRIS milik NASA adalah sebuah satelit kecil yang akan mengamati bagaimana unsur-unsur matahari  memanas selagi satelit itu bergerak ke lapisan atmosfir matahari yang lebih rendah.  Energi yang meresap lewat kawasan permukaan itu menggerakkan angin.
 
Energi dan zat yang mengalir ke kawasan permukaan itu berdampak pada bumi kata peneliti utama misi IRIS, Alan Title mengatakan, "Yang ingin kami temukan adalah apa proses fisik mendasar yang mentransfer energi dan bahan-bahan dari permukaan matahari ke atmosfir luar, ke corona. Dan ingat corona menjangkau seluruh heliosfir. Kita tinggal di atmosfir luar matahari."
 
Sinar ultraviolet matahari dihasilkan di kawasan permukaan itu. Sinar itu mempengaruhi iklim planet kita dan kondisi antariksa dekat bumi.
 
IRIS  dengan teleskop ultravioletnya akan menghasilkan gambar-gambar beresolusi tinggi dan bahkan menunjukkan masing-masing energi yang dihasilkan oleh matahari.
 
NASA mengatakan IRIS akan mengamati suhu dari sekitar 5000 derajat Celcius hingga 10 juta derajat Celcius dalam jilatan api matahari. Namun Alan Title mengatakan IRIS tidak akan mengamati matahari secara dekat.
 
"IRIS terbang mengelilingi bumi jadi hanya mencapai 600 kilometer lebih dekat ke matahari dibandingkan kita di bumi dan itu berarti sekitar 92 juta mil jauhnya," lanjut Alan Title.
 
Misi ini menelan biaya 181 juta dolar dan dicanangkan sampai dua tahun tapi ilmuwan mengatakan penjelajah matahari itu bisa berfungsi lebih lama lagi.

Sumber

Studi Kaitkan Gangguan Tidur dengan Bulan Purnama



Para peneliti mengatakan gangguan tidur disebabkan oleh ritme bulan atau 'circalunar', yang mungkin merupakan peninggalan masa prasejarah

Banyak orang mengeluh tidak bisa tidur saat bulan purnama. Sekarang, sebuah studi baru menemukan bukti bahwa tetangga terdekat planet Bumi itu memiliki dampak terhadap kualitas tidur manusia.

Christian Cajochen, peneliti masalah tidur dari rumah sakit psikiatrik di University of Basel di Swiss, memimpin sebuah studi yang menganalisa pengukuran-pengukuran data penelitian mengenai tidur, termasuk aktivitas otak, dari 33 individu yang sebelumnya telah diperiksa di klinik tidur.

Mereka terkejut saat melihat para subyek penelitian terganggu tidurnya ketika bulan purnama.

"Pada saat bulan purnama, tidur orang-orang kurang nyenyak, sekitar 30 persen kurang nyenyak. Mereka umumnya tidur 20 menit lebih cepat, dan perlu lima menit lebih lama untuk tidur," ujarnya.

Cajochen mengatakan tidak banyak yang diketahui mengenai dampak fase-fase bulan terhadap manusia, yang tidurnya dipengaruhi jam tubuh 24 jam yang disebut 'circadian', atau proses biologi yang didorong fluktuasi hormon yang mengontrol siklus tidur-bangun dan pola pemberian makan.

Jam tubuh ini juga dipengaruhi periode-periode terang dan gelap, menurut Cajochen, yang mengatakan bahwa para peneliti menemukan bahwa tingkat-tingkat hormon melatonin, yang menyiapkan tubuh untuk tidur, juga lebih rendah pada subyek penelitian selama bulan purnama. 

"Ada kegelapan di luar dan tubuh kita harus beradaptasi dengan perilaku kegelapan, yang berarti pada manusia, adalah tidur. Jadi ini menyangkut hormon persiapan tidur. Dan hal ini berkurang pada fase bulan purnama, meski mereka tidak melihat cahaya. Dan ini barangkali menyebabkan sedikit gangguan tidur," ujarnya.

Cajochen berspekulasi bahwa gangguan tidur, yang disebabkan oleh apa yang ia sebut ritme 'circalunar', barangkali merupakan peninggalan masa prasejarah, mempengaruhi reproduksi manusia dan aktivitas-aktivitas lainnya seperti pengaruhnya saat ini pada hewan termasuk binatang laut.

"Ada bukti bahwa dua jam ini berhubungan satu sama lain -- jam circadian dan circalunar di spesies lain. Namun kita tidak melihat petunjuk apa pun dalam manusia. Jam circalunar masih misterius," ujarnya. 

Cajochen mengatakan bahwa jam circalunar, jika benar ada, juga akan mempengaruhi kinerja kognitif pada manusia dan mood kita.

Artikel mengenai pengaruh bulan pada tidur manusia diterbitkan di jurnal Current Biology.

Sumber 

NASA Luncurkan Program Pengamatan Badai di Atlantik




Badai tropis dan topan bisa berarti kombinasi angin kencang, ombak besar, banjir dan kehancuran. Kantor Kelautan dan Atmosfer Amerika mengatakan musim topan laut Atlantik tampaknya akan lebih aktif dari pada biasanya.

Badan Antariksa Amerika NASA akan mempelajari badai dengan mengamati langit di atas lautan Atlantik, bahkan di atas badai itu sendiri.

Dua pesawat tak berawak Global Hawk akan mengumpulkan bahan-bahan sehingga ilmuwan bisa melihat bagaimana badai berubah. Scott Braun, peneliti meteorologi NASA, mengatakan ini adalah tahun kedua program lapangan Hurricane and Severe Storm Sentinel (HS3) NASA.

“Apa yang kami selidiki adalah, lewat pemanfaatan sains memahami lebih baik peran lingkungan dan proses inti dalam pembentukan dan peningkatan badai di laut Atlantik,” ujarnya.

Global Hawk bisa mencapai ketinggian hampir 20 kilometer, kira-kira dua kali lebih tinggi dari pesawat komersil. Pesawat itu membawa peralatan seperti “High Altitude Imaging Wind” dan “Rain Profiler” yang memungkinkan ilmuwan mengumpulkan rincian tentang badai  jauh di atas badai.

Global Hawk akan mengamati lingkungan dekat badai-badai itu untuk melihat kondisi sekitar yang mempengaruhi intensitasnya dan mengumpulkan data mengenai badai itu sendiri.

Satu pesawat akan menjatuhkan alat yang akan mengukur suhu, kelembaban, tekanan, kecepatan angin dan arah angin. Alat-alat ini dilengkapi parasut yang memperlambat jatuhnya, dan kata Braun, alat itu membutuhkan waktu sekitar 20 menit dari atas badai sampai jatuh ke permukaan.

Pesawat-pesawat robot untuk misi ini diluncurkan dari Fasilitas Penerbangan Wallops milik NASA di Virginia dan bisa terbang sampai sejauh 20 ribu kilometer.

Braun mengatakan adalah satu keuntungan menggunakan pesawat semacam ini.

“Dengan Global Hawk kami bisa terbang sampai sekitar 28 jam. Dan karena semua awak serta ilmuwan berada di bumi dan tidak di dalam  pesawat kami bisa bertukar jadwal. Itu berarti kami bisa pergi lebih jauh atau mengamati badai lebih lama dari pada dengan pesawat yang berawak,” ujarnya.

Peneliti akan menganalisa data itu secara mendalam setelah pengumpulan data di lapangan. Namun Braun mengatakan mereka juga berencana untuk melakukan analisa secara lebih cepat dan membagikan informasi tersebut selagi Global Hawk masih mengudara. Tahun ini penerbangan HS3 akan berlangsung dari 20 Agustus sampai 23 September.


Curiosity Tangkap Video Dramatis dari Mars



Robot penjelajah Mars NASA merekam video yang menunjukkan bulan Phobos melintas di depan bulan yang lebih kecil, Deimos.


Robot penjelajah Badan Antariksa Amerika di Mars menangkap gambar-gambar dramatis dua bulan planet itu melintas satu sama lain di langit Mars.

Robot penjelajah Mars NASA yang dikenal sebagai Curiosity merekam video itu 1 Agustus dan menunjukkan bulan Phobos melintas di depan bulan yang lebih kecil, Deimos.

Video itu adalah  video pertama dari Mars yang menunjukkan bulan saling melingkupi bulan lainnya. Ilmuwan mengatakan pemantauan Phobos dan Deimos membantu periset menambah pengetahuan mereka mengenai orbit-orbit bulan itu.

Ilmuwan NASA mengatakan diameter Phobos kurang dari satu persen dari diameter bulan bumi tapi Phobos orbitnya lebih dekat ke Mars dibandingkan jarak bulan dari bumi.

Dilihat dari permukaan Mars, Phobos tampak separuh luas bulan bumi, kalau bulan disaksikan dari bumi.

Proyek Laboratorium Sains Mars NASA menggunakan Curiosity dan 10 peralatan  robot penjelajah itu untuk menyelidiki sejarah lingkungan di dalam Gale Crater, sebuah lokasi dimana proyek itu mendapati bahwa lingkungannya dulu menunjang kelangsungan hidup mikroba.

Robot penjelajah itu mendarat di Mars 6 Agustus 2012, atau sekitar 8 bulan lebih setelah diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida pada tanggal 26 November 2011.

Flag Country

free counters