Asteroid yang menghantam Chelyabinsk, Rusia, membuktikan betapa hebatnya kekuatan benda luar angkasa itu. Meski diameternya hanya 20 meter dan bergerak dengan kecepatan 66.000 kilometer per jam, asteroid yang jatuh ke bumi Februari 2013 lalu itu mampu menghancurkan wilayah sekitarnya.
Bahkan dipercaya jika letusan asteroid bisa mencapai 20 sampai 30 kali lipat lebih dahsyat dari bom atom Hiroshima yang dijatuhkan Amerika ke Jepang saat perang dunia ke-2 lalu.
Asteroid merupakan ancaman terbesar bagi kepunahan bumi. Beberapa juta tahun lalu, sebuah asteroid pernah bertabrakan dengan bumi dan memusnahkan kehidupan dinosaurus beserta penghuni lainnya. Ancaman ini telah menjadi perhatian serius PBB. Bahkan mereka menyerukan badan antariksa negara-negara di dunia untuk bisa memikirkan cara menghalau serangan asteroid.
Softpedia menyebutkan, Februari 2014 lalu, PBB memberi mandat ke Badan Antariksa Eropa (ESA) untuk memastikan semua lembaga antariksa di dunia turut dalam inisiatif kerja sama internasional yang tergabung dalam Space Mission Planning and Advisory Group (SMPAG). Saat ini, diperkirakan NASA, ada 600 ribu sampai 1 juta asteroid yang terdapat di alam semesta. Dari angka tersebut, lebih dari 10.000 asteroid masuk dalam kategori NEO (Near Earth Object/ benda terdekat dengan bumi).
Tahun ini NASA pun berencana untuk mencoba teknologi yang bisa sekaligus dijadikan upaya untuk meneliti asteroid. Jika teknologi ini sukses menangkap asteroid, ini bisa juga menjadi upaya berikutnya dalam melanjutkan misi menempatkan manusia ke Mars. Yang paling penting, penelitian ini akan menjadi upaya untuk mencari cara mencegah asteroid jatuh atau bertabrakan dengan bumi.
Dua Cara Memanen Asteroid
Program untuk memanen dan mengambil sampel asteroid ini disebut Nasa dengan namaAsteroid Redirect Mission (ARM). Target pelaksanaannya adalah akhir dekade ini atau sekitar 2020.
Dalam sebuah sidang dengar pendapat yang bertajuk From Here to Mars, William Gerstenmaier, rekan administrasi NASA, mengatakan terdapat skema menangkal batu antariksa itu dan membuangnya ke Bulan. Setidaknya ada dua proses yang diusulkan bisa digunakan, yakni dengan menggunakan robot penjepit atau dengan robot gelembung.
Opsi pertama, ARM mengambil sampel bongkahan batu-batuan pada asteroid raksasa, sedangkan opsi kedua, ARM menangkap asteroid dalam ukuran besar dengan menggunakan layar gelembung. Pada dua skema itu, setelah sampel asteroid bisa diambil, maka ARM akan membawa sampel ke orbit stabil bulan, dan di sana astronot akan 'memanen' sampel batu antariksa untuk dibawa ke bumi.
Untuk opsi pertama ini, ARM akan mendatangi asteroid besar setelah sebelumnya mengawasi asteroid dari jarak 1 kilometer. Selanjutnya ARM akan mendarat ke permukaan asteroid untuk mengangkut bongkahan batu astroid dengan menggunakan kaki penjepit. Proses pengangkutan bongkahan batu diperkirakan memakan waktu 30 menit saja. Setelah itu ARM akan membawa batu astroid itu ke orbit stabil bulan untuk diambil sampelnya.
Sementara untuk opsi kedua, ARM akan menangkap asteroid besar dengan memanfaatkan gelembung layar raksasa. Begitu melihat target asteroid, layar akan dikembangkan dan menangkap asteroid. Setelah asteroid tertangkap, layar gelembung akan mengunci batu antariksa itu, layar akan menyusut dan tali penghubung akan memastikan layar sudah mencengkeram kuat asteroid. Kemudian ARM akan membawa ke orbit bulan yang aman.
Begitu sampel sudah didapatkan dan ARM menuju orbit aman bulan, NASA meluncurkan pesawat berawak, Orion, yang akan menjemput sampel di orbit bulan. Nantinya pesawat Orion akan mendekati ARM, dengan menghubungkan sebuah pipa hidrolik. Setelah itu dua astronot bakal keluar dari Orion dan mendekati gelembung ARM. Keduanya akan memanen sampel batu dan membawa masuk ke Orion. Setelah itu pesawat Orion akan meluncur kembali ke bumi.
Untuk pengiriman pesawat Orion, NASA bakal menggunakan roket Space Launch System (SLS). Roket ini dlengkapi dengan tenaga pendorong canggih, Solar Electric Propulsion (SEP) yang merupakan tenaga pendorong ion. SEP mampu menciptakan daya dorong yang didukung satuan tenaga surya. SEP mengubah sinar matahari menjadi medan elektromagnetik yang mempercepat dan mengeluarkan atom bermuatan (ion).
Pemanfaatan ion merupakan cara yang efisien untuk mentenagai pesawat antariksa dan secara signifikan menghemat jumlah bahan bakar. Studi terkini NASA juga tengah meneliti skema SEP apakah bisa digunakan untuk mentenagai misi ARM.
Pijakan ke Mars
Misi ini kelihatannya sangat penting. Pasalnya, jika berhasil, NASA bisa mempercepat target mereka membawa manusia pindah ke Mars, atau untuk bolak-balik Bumi-Mars dan kembali dengan selamat. Oleh karena itu NASA akan melibatkan astronot untuk melakukan perjalanan ke batu asteroid yang telah ‘dipanen’ itu. Perjalanan astronot ini akan menumpang pesawat kru Orion Multi-Purpose.
Dari penelitian asteroid ini, seperti dikutip dari Daily Mail, NASA bisa memprediksi seberapa lama proses pulang pergi bisa dilakukan, berapa biaya yang dibutuhkan dan teknologi apa yang mampu membuat mereka bisa bertahan melayang di angkasa selama yang diinginkan. Jika semua estimasi itu telah didapat maka secara tidak langsung, NASA bisa memperkirakan teknologi dan estimasi berikutnya untuk menuju Mars.
“Setelah misi asteroid selesai, Orion akan kembali ke bumi melalui cara yang sama dengan saat mereka menuju asteroid itu, termasuk berputar di sekitar Bulan, untuk kemudian menyentuh laut seperti Pasifik, 10 hari kemudian,” ujar peneliti NASA dalam laman resmipenerbangan antariksa Amerika itu.
Sedangkan untuk menyelamatkan bumi, kata peneliti NASA dalam makalah yang berjudul ‘The Asteroid Redirect Mission and Sustainable Human Exploration’, banyak cara yang bisa digunakan untuk mencegah potensi ancaman asteroid terhadap bumi. Bahkan ARM bisa digunakan untuk menguji coba teknologi pertahanan bumi dari ancaman planet. Beberapa teknik di antaranya adalah Ion Beam Deflection, Enhanced Gravity Tractor, dan tabrakan meteor secara kinetis.
Ion Beam Deflection adalah menahan ekor asteroid untuk mendorongnya secara perlahan ke wilayah yang lebih luas. Sebuah tembakan pendorong ke arah berlawanan akan diperlukan untuk menjaga pesawat luar angkasa pada jarak yang konstan dari asteroid.
Sedangkan pendekatan dengan Enhanced Gravity Tractor dengan melibatkan pesawat luar angkasa yang mendekati asteroid. Pesawat akan mengorbit di lingkaran halo di sekitar garis vektor kecepatan asteroid. Massa asteroid dengan massa pesawat luar angkasa akan meningkatkan daya gravitasi antara keduanya. Formasi yang dekat ini akan berlangsung selama beberapa bulan dan memperkecil gaya gravitasi sehingga berpotensi mengubah lintasan asteroid.
Cara yang paling mudah adalah dengan menciptakan tabrakan secara kinetis. Impaktor Kinetis ini bisa juga diluncurkan sebagai daya angkut cadangan yang datang bersama pesawat luar angkasa atau terpisah. Impaktor itu akan ditabrakkan dengan asteroid yang ditarget sehingga tidak sempat tabrakan dengan bumi.
Asteroid-Asteroid Pengancam Bumi
NASA telah mendeteksi banyak asteroid pengancam bumi. Yang terbaru adalah 2014 RC yang berjarak 25.000 mil (40.000 kilometer) dari Bumi. Tahun sebelumnya, bumi sempat terancam tabrakan dengan asteroid 2013 LR6 dengan jarak 104.607 kilometer dari Samudera Selatan. Sebelumnya, asteroid QE2 juga sempat melintas dekat dengan bumi di jarak 5,8 juta kilometer.
2012 lalu, ada asteroid dengan kode nama 2012 XE54 berjarak 140 ribu mil dari bumi. Ada juga Toutatis 4179, jaraknya 4,4 juta mil atau 18 kali lipat jarak Bumi dengan Bulan. Atau 2012 DA14 dengan diameter 45 meter dan berjarak 36 ribu kilometer dari bumi. Asteroid 2012 TC4 melintas dengan jarak 59.000 mil
NASA juga memprediksi jika asteroid Apophis atau ‘Setan Mesir’ akan melintas sangat dekat dengan bumi, atau 31 ribu kilometer dari bumi, pada 2036 nanti. Isu lainnya, pada 2040 ada asteroid 2011 AG5 dengan diameter 140 meter dan jarak 890 ribu kilometer dari bumi berpotensi membuat kiamat di bumi.
Yang paling dahsyat adalah isu mengenai asteroid raksasa yang diramalkan akan menghantam bumi pada 2880. Asteroid dengan kode 1950 DA ini berdiameter dua per tiga mil atau 1.07 kilometer dari bumi dengan kecepatan gerak 38.000 mil per jam. Kekuatan ledakannya setara dengan 44.800 megaton TNT.