Bisa Planet Bumi Kedua, Planet Gliese 581g Ternyata Tidak Ada

 Bisa Planet Bumi Kedua, Planet Gliese 581g Ternyata Tidak Ada


Tahun 2010, dunia astronomi dihebohkan oleh penemuan planet yang begitu mirip dengan Bumi dari jarak dengan bintangnya, suhu, dan ukurannya. Planet yang mengorbit bintang Gilese 581 yang berjarak 22 tahun cahaya dari tempat tinggal manusia itu bernama Gliese 581g.

Penemuan planet itu dianggap sebagai sebuah terobosan. Gliese 581g membangkitkan harapan banyak pihak untuk bisa menemukan tempat tinggal lain bagi manusia. Planet itu menguatkan dugaan bahwa dunia seperti Bumi umum di alam semesta.

Namun, penemuan planet tersebut berakhir antiklimaks. Sebuah studi lanjutan tentang Gliese 581g ternyata menyatakan bahwa Gliese 581g sebenarnya tidak eksis. Obyek yang ditemukan pada 2010 lalu sebenarnya hanya ledakan magnetik dari sebuah bintang.

Paul Robertson, astronom dari Pennsylvania State University, menganalisis lagi data yang digunakan Paul Butler dan Steven Vogt, dua astronom yang memublikasikan penemuan Gliese 581g pada 2010.

Tak hanya menganalisis data planet tersebut, Robertson juga melihat kembali data yang dipakai untuk menemukan planet lain di bintang Gliese 581, yaitu Gliese 581b, Gliese 581c, Gliese 581d, dan Gliese 581e.

Untuk mengonfirmasi, Robertson melihat emisi hidrogen alfa dan sodium dari Gliese 581g. Dari data tersebut, ia bisa memperkirakan periode rotasi bintang dan efek aktivitas bintang pada kecepatan radial bintang tersebut.

Dengan mengetahui kecepatan radial, ilmuwan bisa membuat persamaan untuk mengetahui efek aktivitas bintang pada "goyangan bintang". Butler dan Vogt sebelumnya menemukan Gleise 581g dengan melihat "goyangan bintang" akibat gaya gravitasi planet yang ada di sekitarnya.

Robertson membandingkan hasil analisisnya dengan data Butler dan Vogt. Diberitakan IBTimes, 3 Juli 2014, menurut risetnya, Gliese 581d dan Gliese 581g sebenarnya tidak eksis, hanya ledakan magnetik. Sementara itu, Gliese 581 dinyatakan memang planet.

Bagaimana Butler dan Vogt bisa mengatakan Gliese 581g planet? Diberitakan National Geographic, 3 Juli 2014, dua peneliti itu mungkin dibingungkan oleh ledakan magnetik yang dihasilkan.

Ledakan magnetik itu menyajikan data yang mirip dengan "goyangan bintang" serupa seperti yang dihasilkan oleh adanya planet. Alhasil, Butler dan Vogt membuat kesimpulan bahwa mereka menemukan planet, padahal planet itu tak ada. 

Sumber : Kompas

Di Luar Dugaan, Mungkinkah Pluto Menjadi Planet Lagi?


Di Luar Dugaan, Mungkinkah Pluto Menjadi Planet Lagi?



Seiring keberhasilan misi New Horizon menjamah Pluto, debat tentang status Pluto kembali mengemuka. Sejumlah kalangan menginginkan status Pluto sebagai planet yang dilepaskan pada tahun 2006 dikembalikan.

Stuart Clark, seorang penulis astronomi, dalam tulisannya di The Guardian, Rabu (15/7/2015), mengungkapkan langsung lewat judul "Tentu Pluto cukup berhak menjadi planet. Ukuran Bukan Segalanya."

Clark mengatakan bahwa Pluto memang dunia kecil, diameternya hanya 2.370 kilometer dan volumenya hanya 1 persen Bumi. "Namun, soal ukuran itu tak seharusnya dijadikan alasan untuk menendang Pluto," katanya.

Menurut Clark, menolak status Pluto sebagai planet merupakan penyangkalan terhadap sejarah. Tahun 1930, Clyde Tombaugh dari Lowell Observatory di Arizona menemukan Pluto sebagai planet. Sejarah itu, menurut Clark, tak seharusnya ditulis ulang.

Keberhasilan New Horizon harus dimanfaatkan untuk melihat ulang status Pluto. "Ini waktunya untuk mengkaji ulang aturan penetapan planet, mengembalikan status Pluto, dan menerima bahwa kita hidup di tata surya yang lebih besar dan bervariasi," jelasnya.

Diragukan sejak awal

Status Pluto sebagai planet sebenarnya sudah diragukan sejak awal, sejak masih disebut "Planet X". Sebulan setelah publikasi penemuannya di jurnal Science pada 21 Maret 1930, artikel di jurnal yang sama meragukan temuan itu.

Pluto kala itu dikatakan berukuran jauh lebih kecil dari dugaan. Sementara bidang orbitnya juga jauh lebih miring dan lebih lebar dibandingkan planet pada umumnya. Sempat diduga bahwa pluto adalah asteroid yang unik.

Kontroversi terus berlanjut, tetapi para ilmuwan yang mendukung keberadaan planet ini "tak peduli". Bulan Juni 1930, planet X dinamai sebagai Pluto berdasarkan usulan putri salah satu profesor dari Oxford University.

Selama 7 dekade setelah penemuan, Pluto tetap menyandang status planet walaupun masih kontroversi. Baru tahun 2006, status planet Pluto dicabut oleh International Astronomical Union (IAU), badan yang bertanggung jawab pada penamaan dan klasifikasi benda langit.

Penemuan Eris pada tahun 2005 memicu "pemecatan" Pluto. Eris memiliki ukuran sedikit lebih besar dari Pluto. Ilmuwan lantas bingung, apakah lalu bisa dikatakan bahwa Eris adalah planet kesepuluh di tata surya?

Tahun 2006, IAU memaparkan sejumlah syarat utama benda langit bisa disebut planet. Pluto tak memenuhi syarat ukuran dan orbit. Ukuran Pluto terlalu kecil dan orbitnya belum bisa dikatakan "bersih" dari benda langit lain selain satelitnya.

Mungkin ditarik sebagai planet Lagi?

Beberapa saat sebelum New Horizon berhasil melintas dekat Pluto pada jarak 12.500 kilometer dari permukaannya, wahana itu mengungkap bahwa di planet kerdil ternyata berukuran lebih besar dari dugaan.

Akankah ukuran itu membuat Pluto kembali dinyatakan sebagai planet. Sepertinya tidak. Meski diketahui lebih besar, ukuran Pluto tetap setara dengan Eris, belum bisa menyamai ukuran planet terkecil di Tata Surya, Merkurius.

"Dalam tata surya kita, ada perbedaan jelas antara obyek yang besar dan kecil, Pluto, Eris, Ceres, dan planet terkecil di tata surya, Merkurius," kata astrobom Jonti Homer seperti dikutip Sydney Morning Herald, Selasa (14/7/2015).

Pluto juga tetap sulit dikategorikan sebagai planet karena orbitnya masih bersinggungan dengan orbit Neptunus dan benda langit lain. Pluto baru mungkin menjadi planet bila kriteria planet itu sendiri diubah.

Alan Stern dari NASA yang kini memimpin misi New Horizon adalah salah satu orang yang percaya bahwa kriteria planet harus diubah. Menurutnya, kriteria planet IAU absurd. Temuan dan gagasan baru hasil riset seharusnya bisa diakomodasi untuk mengklasifikasikan benda langit.

Terlepas dari status Pluto, Lewis Ball dari Organisasi Riset Sains dan Industri Australia (CSRIO) mengatakan, misi New Horizon memegang peran penting dalam upaya menguak rahasia pembentukan tata surya.

"Mencapai Pluto dan wilayah terjauh tata surya menjadi prioritas dalam riset keantariksaan karena dunia itu menyimpan unsur tata surya yang dipendam dalam beku. Dunia beku itu menyimpan material yang membentuk planet-planet," katanya
 
Sumber : Kompas

Flag Country

free counters