Perjalanan di awali dengan pembelian tiket untuk pergi ke Singapura. Pergi dari Surabaya (SUB) ke Singapura (SIN) menggunakan pesawat Air Asia yang berharga Rp. 600.000 sudah termasuk bagasi 20 kg pemesanannya menggunakan traveloka jadwal kebrangkatannya tanggal 7 Desember 2014 di Bandara Juanda terminal 2. Saat itu aku berangkat jam setengah 2 malam karena untuk penerbangan internasional harus ada di bandara 2 jam sebelum keberangkatan karena jarak rumah dan bandaraku jauh akhirnya aku harus berangkat pagi. Sesudah sampai di bandara ternyata bandaranya belum buka. Akhirnya aku pun menunggu sambil mencetak tiket di mesin tiket apesnya pada saat mau mengeprint kertas tiketnya habis padahal di mesin sudah tertera mencetak. Aku pun bingung tiketnya tidak mau keluar akhirnya aku pun menunggu lagi sampai counter dan bandara dibuka. Jam setengah 4 akhirnya buka bandaranya dan aku menuju pemeriksaan tiket sambil membawa kertas pembokingan tiket, aku pun menjelaskan tiket yang di cetak di mesin tiket tadi pada pemeriksaan cek in tiket ternyata tidak apa-apa. Akhirnya aku pun pergi ke Singapura jam setengah 6 tepat sama yang tertera di tiket setelah membayar pajak bandara RP 200.000 dan pemeriksaan paspor . Perjalanan pesawat dari Surabaya menuju Singapura di tempuh selama 2 jam tapi kayak satu jam mungkin karena adanya perbedaan waktu antara Surabaya dan Singapura di pesawatnya kita di suruh mengisi biodata diri berpergian untuk keimigrasian negara yang akan dituju.
Dibandara Changi terminal 1 pesawat mendarat. Sampai di Singapura aku bingung mencari transportasi menuju hotel, setelah berfikir agak lama aku pun memilih menggunakan MRT bandara gratis untuk menuju terminal 3. Setalah sampai stasiun terminal 3 MRT aku membeli tiket top up MRT seharga 10 SGD. Setalah itu aku memilih jalur MRT East Line untuk menuju stasiun Paya Lebar. Aku pun berjalan menuju hotel yang sudah di boking yaitu hotel 81 classic di jalan bugis . Diperjalanan menuju hotel aku melihat pemandangan kota Singapura yang bersih, sejuk, dan tertata rapi gedung-gedungnya tinggi, banyak terowongan perencanaan kota menggunakan vertikal city, jalur pedestarian dan orang difabel cukup luas, kamera pengawas ada banyak sekali hampir di semua tempat ada menjadikan tingkat kriminal yang sedikit.