Sejumlah arkeolog menilai penelitian di Situs Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat, terlalu tergesa-gesa. Itu termasuk dalam menyimpulkan hasil temuan.
Seperti diwartakan sebelumnya, Tim Nasional Peneliti Situs Gunung Padang memulai pengeboran dan ekskavasi situs itu sejak Minggu (14/9/2014). Arkeolog Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Daud Aris Tanudirjo, mempertanyakan mengapa penelitian Situs Gunung Padang harus diistimewakan dan tidak diperlakukan sama dengan situs-situs lainnya.
”Kenapa harus begitu tergesa-gesa melakukan penelitian,” ujarnya, Kamis (18/9/2014), saat dihubungi Kompas dari Jakarta.
Menurut Daud, para peneliti Gunung Padang juga mudah mengklaim temuan tanpa mendiskusikan terlebih dulu dalam forum ilmiah. Penemuan artefak semacam koin pada kedalaman 11 meter, misalnya, menurut Daud sangat diragukan berasal dari masa hunian situs 5.200 SM-500 M. Akibat pengeboran, terdapat lapisan tanah bagian atas yang masuk ke bawah dan bercampur dengan lapisan tanah bagian bawah yang berbeda konteks zamannya.
”Tim itu terlalu mudah menyimpulkan. Arang pun bisa ada berjatuhan dari atas kalau penggalian dilakukan dengan bor. Tetapi, kalau ekskavasi secara manual, secara pelan-pelan justru akan ditemukan konteks zamannya,” paparnya.
”Penelitian itu juga tidak jelas misinya, apakah akademik atau (untuk visi) lainnya? Ini merupakan bencana akademik,” tutur Daud.
Ketua Ikatan Asosiasi Arkeolog Indonesia (IAAI) Junus Satrio Atmodjo juga prihatin dengan aktivitas penelitian di Situs Gunung Padang. Menurut dia, aktivitas ini harus dihentikan terlebih dulu.
”Sudah waktunya rakyat mengoreksi apa yang dikerjakan tim itu. Kalau cara penelitian yang dilakukan seperti itu, banyak data di lapangan yang hilang,” ujarnya. Dugaan bahwa di dalam Situs Gunung Padang terdapat piramida, menurut Junus, terlampau fantastis.
Secara terpisah, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan Wiendu Nuryati menyoroti pengelolaan situs itu lebih lanjut. Setiap bulan paling tidak ada 10.000 pengunjung di Situs Gunung Padang dan ini dinilai Wiendu sudah mengancam keamanan situs.
”Sudah harus ada manajemen pengelolaan situs ini,” ujarnya.
Wiendu menambahkan, bukan hanya Situs Gunung Padang yang membutuhkan perhatian dari pemerintah. Sampai saat ini, tercatat sedikitnya 65.000 situs cagar budaya di seluruh Nusantara yang juga membutuhkan perhatian pemerintah.
0 komentar:
Posting Komentar