Sebuah penelitian baru memungkinkan manusia bisa terbang ke Mars hanya dalam kurun 2 minggu saja. Lebih cepat berkali-kali lipat ketimbang estimasi NASA selama ini.
Mengutip Metro.co.uk, Kamis 7 Agustus 2014, NASA dikabarkan telah memberikan lampu hijau untuk melakukan uji coba lanjutan terhadap jenis mesin pesawat baru. Mesin ini menyediakan daya dorong tanpa propellan. Teori yang digunakan mesin pesawat ini dianggap melanggar hukum fisika.
Mesin pesawat itu diberi nama Cannae Drive, yang diambil dari Pertempuran Cannae di Itali pada tahun 216 sebelum Masehi, di mana Jenderal Carthaginian yang bernama Hannibal mengalahkan banyak tentara saat berperang dengan Roma.
Dalam penjelasannya, Cannae Drive berhasil memproduksi mesin dengan daya dorong yang dihasilkan tanpa menggunakan propellan. Penemuan ini melanggar teori konservasi momentum yang menyatakan bahwa setiap aksi harus memiliki kesamaan dan reaksi yang berlawanan.
Propellan selama ini digunakan sebagai bahan pendorong roket. Propellan memproduksi reaksi kimia sebagai massa pendorong. Biasanya, kecepatannya sangat tinggi dan memberikan propulsi pada pesawat ruang angkasa. Propellan pada roket menggunakan bahan yang bisa mengalami reaksi kimia eksotermis untuk menghasilkan gas panas sebagai pendorong.
Cannae Drive hanya menggunakan mesin pendorong dari gelombang magnetik. Teorinya, jika mesin penggerak skala besar diaktifkan dengan cara yang sama saat uji coba sistem, ini berarti pesawat bisa mencapai Mars dalam hitungan minggu. Lebih cepat dibanding proyeksi Nasa yang mencapai sembilan bulan lamanya.
Mesin penggerak itu bekerja mengandalkan tekanan radiasi, dimana gelombang elektromagnetik membawa sejumlah kecil momentum. Ketika momentum itu mencapai reflektor maka bisa diubah sebagai pendorong.
Lanjutan Teknologi EmDrive
Cannae Drive itu menggunakan teknologi yang sama seperti EmDrive. Teknologi itu ditemukan oleh seorang ilmuwan Prancis, Roger Shawyer dan diuji coba oleh peneliti Tiongkok.
EmDrive ditemukan beberapa tahun lalu. Sebuah prototipe mesin roket, yang diklaim mampu menghasilkan dorongan dengan cara memantulkan gelombang mikro dalam corong logam tertutup.
EmDrive dikembangkan oleh perusahaan kecil berbasis di Inggris, bernama Satellite Propulsion Research Ltd. Kabarnya, sekelompok grup dari Tiongkok telah sukses mengadakan uji coba dengan perangkat yang memiliki metode sama dengan EmDrive.
Beberapa tahun kemudian, Guido Fetta, membangun versi terbaru dari EmDrive dengan nama lain Cannae Drive. Fetta meyakinkan sekelompok ilmuwan di Eagleworks Laboratories, yang merupakan bagian dari Johnson Space Center milik Nasa, untuk melakukan uji coba itu.
Teori Kontroversi Cannae Drive
Semua hal dalam dunia sains sangat terbuka untuk pertanyaan. Banyak ilmuwan yang memandang teknologi ini sebelah mata. Pasalnya, dari awal, teknologi ini dianggap tidak mungkin karena melanggar hukum fisika.
Fisikawan John Baez menyebutnya sebagai teknologi 'bullshit'. "Bagaimana mungkin membuat sebuah propulsi tanpa propelan," katanya.
Forbes menyebutkan banyak ilmuwan yang meragukan teknologi ini. Seperti halnya cold fusion dan neutrinos yang lebih cepat dari cahaya, Cannae Drive atau EmDrive adalah hal yang tak mungkin.
Fisikawan dari California Institute of Technology, Sean Carrol mengatakan temuan ini sebagai 'nonsensical sub-StarTrek level Technoabble'. Bahkan beberapa media menulis dengan judul 'Nasa Melakukan Uji Coba Mesin Pesawat Luar Angkasa yang Tidak Mungkin'
Meski menuai kontroversi karena melanggar hukum fisika, jika ternyata Cannae mampu terbang ke Mars dalam hitungan minggu, ini akan bisa mengubah industri perjalanan luar angkasa. Pasalnya, mahalnya biaya yang dibutuhkan untuk bahan bakar akan berkurang drastis.
0 komentar:
Posting Komentar