Galileo adalah orang pertama yang mengamati Saturnus menggunakan teleskop, yaitu pada tahun 1610. Dalam pengamatannya, Galileo menemukan keanehan pada Saturnus. Galileo melihat adanya dua gumpalan di sekeliling Saturnus, tapi dia tidak tahu gumpalan apakah itu. Selanjutnya, Christian Huygens menemukan bahwa gumpalan itu adalah cincin.
Sesuai data yang diperoleh
pesawat ruang angkasa Cassini,
cincin Saturnus ternyata
memiliki atmosfernya sendiri.
Atmosfer itu terpisah dari
atmosfer Saturnus.
Pada tahun 1675, Cassini menemukan celah di antara cincin A dan B. Selanjutnya celah ini disebut divisi Cassini. Cincin ketiga, yang dinamakan cincin C, ditemukan pada tahun 1800. Selanjutnya, sampai tahun 1979, ditemukan cincin E, F, dan G, ketika pesawat ruang angkasa Pioner 11 dan Voyager terbang ke Saturnus. Mereka juga menemukan celah kecil di antara cincin A dan F, dan disebut sebagai
divisi Encke.
Cincin-cincin Saturnus masih merupakan misteri bagi para ilmuwan. Adanya gravitasi Saturnus menyebabkan partikel-partikel kecil tersusun dalam daerah cincin. Ini juga mencegah bongkahan-bongkahan es dan batu untuk bersatu membentuk satelit alam.
Setiap planet mempunyai jarak tertentu dari planet yang disebut sebagai batas Roche. Tergantung dari besar kecil gaya gravitasi planet, sesuatu yang berada di dalam batas Roche tidak dapat bersatu membentuk sebuah benda yang lebih besar. Itulah sebabnya kebanyakan partikel hanya berukuran beberapa sentimeter.
Bagaimanapun, sebagian besar satelit alam-satelit alam Saturnus berada di luar batas Roche, sehingga mereka dapat berkumpul bersama.
Cincin Saturnus terutama tersusun oleh partikel-partikel es dan batu. Cincincincin Saturnus terlihat berada dalam satu luasan yang lebar dan serupa pita berwarna, tapi sebenarnya antarcincin terpisah oleh pita kecil. Ukuran partikel penyusun cincin beragam, dari beberapa sentimeter sampai lebih dari satu kilometer.
Cincin Saturnus merupakan lapisan yang luar biasa tipis. Cincin yang diameternya mencapai 250.000 km atau lebih ini mempunyai ketebalan yang tidak lebih dari 1 km! Meskipun memberikan penampakan yang mengesankan, sesungguhnya cincin Saturnus hanya mengandung sedikit material. Jika cincin-cincin Saturnus
dipadatkan maka diperoleh sebuah benda yang membentang tidak lebih dari 100 km.
Lalu, mengapa lapisan cincin Saturnus yang sangat tipis dapat terlihat begitu indah? Partikel-partikel es dalam cincin membentuk efek pelangi seperti semprotan warna yang terpancar dari Matahari. Sinar Matahari dibiaskan oleh partikelpartikel es sehingga memberikan penampakan warna yang begitu indah.
Banyak orang yang terpesona dengan keindahan cincin Saturnus. Meskipun Saturnus bukan satu-satunya planet bercincin, tetapi Saturnus merupakan planet terkenal di antara planet-planet bercincin.
0 komentar:
Posting Komentar