London - Sebuah tim ilmuwan di Inggris tengah membahas misi manusia ke planet Mars. Para ilmuwan dari Imperial College London telah mendesain konsep khusus bagi misi pendaratan manusia pertama di planet merah tersebut.
Seperti dilansir media setempat, BBC, Kamis (25/7/2013), dalam konsep ini nantinya ada tiga astronot yang akan pergi ke Mars menggunakan sebuah pesawat kecil yang terdiri dari dua bagian. Pesawat ini akan melakukan rotasi sendiri untuk memicu gravitasi buatan dan menggunakan perisai panas untuk melindungi diri dari pijar matahari.
Para astronot nantinya akan kembali ke orbit Mars menggunakan pesawat lain yang berbahan bakar es yang ditempatkan di bawah permukaan planet tersebut. Konsep ini sengaja dibeberkan demi memancing perdebatan tentang hambatan teknis dan risiko yang akan dihadapi dalam misi manusia ke Mars.
"Setiap bagian dari skenario misi ini telah diuji coba dengan satu cara atau lainnya, termasuk penggunaan alat pendorong yang diproduksi di permukaan Mars," jelas Prof Tom Pike yang memimpin tim ilmuwan dari Imperial College London ini.
"Memang terdapat perbedaan yang sangat besar antara uji coba pada level dasar dan menggabungkan sistem teknis untuk sebuah misi, tapi semuanya merupakan tantangan teknis," imbuhnya.
Konsep dari tim ilmuwan Imperial ini dikembangkan seiring adanya ketertarikan dua kelompok swasta terhadap misi manusia ke Mars yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Dalam konsep ini, tim mendesain pesawat luar angkasa yang bisa terpisah menjadi dua bagian, yakni salah satunya disebut 'Martian lander' yang memiliki pelindung panas.
Di bawah 'lander' tersebut, ada pesawat lain yang diberi nama 'cruise habitat vehicle'. Pesawat kedua ini berbentuk silindris dan terbagi menjadi tiga lantai dengan ukuran panjang 10 meter dan diameter 4 meter.
Nantinya, para astronot akan berpindah dari 'lander' ke 'habitat vehicle' ketika pesawat telah mencapai orbit bumi. Kemudian roket akan mendorong kedua pesawat kecil tersebut ke rute Mars. Perjalanan ke planet merah ini memakan waktu paling cepat 9 bulan, tepatnya ketika bumi dan Mars berada dalam posisi sejajar.
Segera setelah sampai pada orbit Mars, pesawat ini akan beristirahat dan saling memisahkan diri sejauh 60 meter namun masih disambungkan kabel baja. Kemudian pendorong kedua pesawat tersebut akan membuat keduanya berputar-putar di pusat gravitasi.
Hal ini akan memicu gravitasi buatan setara dengan gravitasi bumi, yang dipercaya oleh para ilmuwan akan mencegah otot dan tulang para astronot mengalami pengurangan fungsi (bones loss) akibat kondisi hampa udara di luar angkasa, yang bisa berdampak pada tidak mampunya astronot tersebut berjalan ketika mencapai permukaan Mars.
"Kami jelas menghadapi sejumlah isu penting dalam misi jangka panjang ini, terutama pengurangan kondisi yang mungkin terjadi di lingkungan luar angkasa. Bones loss (di lingkungan hampa udara) terjadi sebanyak 1-2 persen setiap bulannya dan jika mereka berhasil mendarat, mereka akan rentan mengalami patah tulang ketika bergerak terlalu aktif," jelas psikolog tim ilmuwan ini, Ryan Robinson.
Selanjutnya, astronot akan berpindah kembali ke 'lander' untuk mendarat di permukaan Mars. Secara khusus, lander ini akan dilengkapi kemampuan robotik yang mampu dikendalikan untuk menjelajah Mars.
0 komentar:
Posting Komentar