Tiap manusia tentu memiliki motif dasar, yaitu merupakan motif biologis, yang merupakan motif untuk kelangsungan hidup manusia sebagai organisme. Tetapi di samping manusia sebagai organisme biologis, manusia juga merupakan mahluk sosial. Karenanya manusia juga memiliki motif sosiologis, yakni motif yang membuat manusia melakukan hubungan dengan orang lain. Motif ini berkembang atas dasar interaksi individu dalam masyarakat.
Di samping itu Kuypers mengemukakan bahwa manusia selain mahluk biologis dan sosiologis juga merupakan mahluk teologis, yakni mahluk yang senantiasa mencoba untuk mengadakan hubungan dengan Tuhan.
Woodworth dan Marquis mengemukakan bahwa motif itu dapat dibedakan menjadi:
1. Motif yang berhubungan dengan kejasmanian (organic needs), yaitu merupakan notif yang berhubungan dengan kelangsungan hidup individu atau organisme, misalnya motif minum, makan, kebutuhan pernapasan, seks, kebutuhan istirahat.
2. Motif darurat (emergency needs), yaitu motif untuk tindakan-tindakan yang harus segera dilakukan karena keadaan sekitar menuntutnya, misalnya motif untuk melepaskan diri dari bahaya, motif melawan, motif untuk mengatasi rintangan, motif untuk bersaing.
3. Motif obyektif (objective motives), yaitu merupakan motif untuk mengadakan hubungan dengan keadaan sekitarnya baik terhadap orang-orang atau benda-benda misalnya motif eksplorasi, manipulasi, minat. Minat merupakan motif yang tertuju kepada sesuatu yang khusus. Bila individu telah memiliki minat terhadap sesuatu, maka perhatiannya akan dengan sendirinya tertarik pada obyek itu.
Bila individu menghadapi bermacam-macam motif maka respon yang dapat diambil, yaitu:
1. Pemilihan atau penolakan
Dalam menghadapi bermacam-macam motif, individu dapat mengambil keputusan yang tegas. Dalam pemilihan yang tegas individu dihadapkan kepada situasi di mana dia harus memberikan salah satu respon (pemilihan atau penolakan) dari beberapa macam obyek atau situasi yang dihadapi. Kalau antara bermacam-macam obyek atau situasi itu begitu jelas bedanya maka pemilihan yang tegas tidak akan menghadapi banyak kesulitan tetapi makin kecil perbedaan antara bermacam-macam obyek itu maka akan sulitlah individu dalam mengambil keputusan.
2. Kompromi
Jika individu menghadapi dua macam obyek atau situasi yang memungkinkan dia mengambil respon yang bersifat kompromis, maka dia akan menggabungkan kedua macam obyek itu. Tetapi tidak semua obyek atau situasi dapat dikompromikan.
3. Bimbang (Ragu-ragu)
Jika individu diharuskan mengadakan pemilihan atau penolakan di antara dua obyek atau hal yang baik atau buruk, maka sering timbul kebimbangan atau keragu-raguan pada individu, seakan-akan individu berayun dari satu pol ke pol yang lain. Individu hampir memutuskan mengambil yang satu, tetapi dia juga ingin mengambil keputusan yang lain, sehingga individu itu susah melepaskan masing-masing keputusan. Kebingungan terjadi karena masing-masing obyek memiliki sifat-sifat positif atau sifat-sifat yang merugikan.
Misalnya, seorang pemuda menghadapi pemilihan antara dua gadis yang sama-sama baiknya. Kedua gadis itu menarik perhatiannya dan semua diinginkannya, semua mempunyai sifat-sifat yang sama kuatnya. Keadaan inilah yang menimbulkan kebimbangan atau keragu-raguan pada si pemuda tersebut. Pemilihan secara kompromistis tidak mungkin diambil. Seakan-akan pemuda itu berayun dari satu obyek ke obyek yang lainnya, dia mengalami konflik.
Kebimbangan atau keragu-raguan umumnya tidak menyenangkan bagi individu dan kadang menimbulkan perasaan yang mengacaukan hingga keadaan psikis individu mengalami hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan. Keadaan ini dapat diatasi dengan cara individu mengambil keputusan dengan mempertimbangkan dan menginspeksi seteliti-telitinya segala aspek dari obyek tersebut, segala untung ruginya, sehingga mungkin perlu membuat suatu daftar alasan hingga keputusan terbaik dapat diambil.
Tetapi kadang kebimbangan itu berlangsung lama sekali hingga sangat mengganggu individu. Karena itu kadang-kadang individu mengambil keputusan secara serampangan saja, sebab individu beranggapan bahwa adanya suatu keputusan akan lebih baik dari pada tidak ada keputusan sama sekali.(Abu Ahmadi)
0 komentar:
Posting Komentar