Ilmuwan bingung ada benda yang bisa 'kabur' dari lubang hitam

Ilmuwan bingung ada benda yang bisa 'kabur' dari lubang hitam



Sampai saat ini, ilmuwan di dunia percaya bila tidak ada benda apapun di dunia yang mampu melesat mengalahkan kecepatan cahaya. Tetapi, nampaknya teori fundamental itu kini 'mental'.

Ilmuwan IFAE di Barcelona telah menemukan fenomena unik dan langka yang terjadi di sebuah lubang hitam yang terletak di pusat galaksi IC 310. Di luar prediksi para ilmuwan, dari pusat lubang hitam itu muncul pancaran sinar gamma. Padahal berdasarkan hukum Fisika tidak ada benda di alam semesta yang mampu melepaskan diri dari gaya tarik pusat lubang hitam, bahkan cahaya sekalipun.

"Tidak ada benda yang secara tiba-tiba dapat bergerak dengan kecepatan melebihi kecepatan cahaya dan melepaskan diri dari lubang hitam," ujar Julian Sitarek, salah satu ilmuwan IFAE, Daily Mail (28/11).

Oleh sebab itu, ilmuwan menyimpulkan bila sinar itu mampu lepas dari sedotan pusat lubang hitam tersebut karena mempunyai kecepatan super tinggi. Hal ini juga dibuktikan dengan jarak yang mampu ditempuh oleh sinar gamma tersebut dalam waktu singkat.

Berdasarkan pantauan ahli antariksa di Kepulauan Canary dengan menggunakan teleskop 'Magic', sinar gamma yang keluar dari lubang hitam tersebut mampu mencapai jarak 449 juta kilometer hanya dalam waktu 4,8 menit. Sementara untuk menempuh jarak itu, cahaya memerlukan waktu sekitar 25 menit.

Namun ilmuwan masih terus berupaya mencari tahu apakah benar sinar gamma tersebut lebih cepat dari cahaya atau ada hal lain yang memicu sinar tersebut bergerak dengan kecepatan tinggi. Untuk saat ini, ilmuwan IFAE masih beranggapan bila sinar gamma berkecepatan tinggi itu muncul setelah si lubang hitam menelan benda langit tertentu yang cukup kuat memicu pancaran 'kilat' sinar gamma.

Galaksi IC 310 adalah galaksi raksasa yang terletak di konstelasi Perseus dan berjarak 260 juta tahun cahaya dari bumi. Namun, bila memang benar ada benda yang mampu menembus kecepatan cahaya melarikan dari dari lubang hitam hal ini bisa dimanfaatkan oleh para ilmuwan untuk mengembangkan teknologi yang memungkinkan teleportasi atau bahkan perjalanan waktu.

Beginilah Tampilan Makanan Para Astronot NASA di Luar Angkasa

 
 
NASA's Advanced Food Technology Project adalah lembaga pemerintah milik Amerika Serikat yang khusus bertanggungjawab mengatur sistem makanan bagi para astronot. Seperti yang dilansir dari Amusingplanet, Sabtu (10/10/2014), ternyata makanan yang dimakan para astronot tidak jauh beda dengan makanan manusia di bumi pada umumnya. Hanya saja, disajikan dengan memperhatikan standar gizi khusus dan pengemasan yang lebih awet. (Ars).
 

Manusia Bisa Tinggal di Kota Luar Angkasa pada 2100



Jika memang terlalu lama mencari planet hunian alternatif yang mirip Bumi, mungkin membuat kota buatan di luar angkasa usulan yang bagus. Diperkirakan pada 2100 nanti, manusia sudah bisa tinggal di kota buatan tersebut.

Menurut Dr. Al Globus, solusi yang paling logis dalam waktu dekat adalah untuk berpindah dan berdiam di orbit Bumi. Dia memperkirakan, jika bahaya ancaman asteroid bisa dihindari, manusia bisa mulai berpindah ke orbit yang mengitari planet pada akhir abad ini.

Dr. Globus adalah seorang ilmuwan di pusat riset Nasa Ames. Bertahun-tahun, ia telah mengerjakan banyak proyek Nasa, mulai dari teleskop Hubble, ISS, pesawat luar angkasa dan banyak lagi.

Dalam beberapa dekade ini, dia tertarik untuk membuat kediaman di luar angkasa. Hal ini membuatnya menggarap ide tentang kontes Space Settlement. Kontes ini menantang para mahasiswa untuk mendesain tempat koloni manusia di luar angkasa.

"Jika ditanya apakah bisa terwujud, tentu saja bisa. Jika kita sebagai manusia mau mengambil keputusan, kita bisa melakukannya. Kita punya kemampuan, ilmu pengetahuan, uang. Apalagi? Jika tidak ada bencana besar yang mengubah Bumi dalam beberapa abad ke depan, kita bisa," kata Dr. Al Globus, seperti dikutip melalui Daily Mail, Jumat 19 September 2014.

Menurut dia, manusia bisa memiliki tempat tinggal di luar angkasa dalam hitungan beberapa dekade. Bahkan, kemungkinan dalam hitungan kurang dari satu abad.

Dr. Al Globus menjelaskan jika tempat tinggal di luar angkasa yang dimaksud bukanlah planet seperti yang selama ini dicari, melainkan mirip sebuah kota yang ada di Bumi. Sebuah kota buatan yang bisa mengorbit di samping Bumi.

"Ini merupakan tempat tinggal kita, untuk membesarkan anak-anak, di mana Anda bisa terbang mengunjungi sanak saudara yang masih tinggal di Bumi," paparnya.

Apa Itu Space Settlement?

Menurut Dr. Al Globus, Space Settlement mirip dengan sebuah kota kecil yang dibangun di luar angkasa berlokasi di orbit Bumi. Tidak seperti ISS yang hanya bisa menampung 6 orang, Space Settlement harus bisa menampung ratusan bahkan hingga ribuan orang.

Kota kecil di luar angkasa itu harus memiliki gravitasi buatan dengan cara berputar mengelilingi porosnya.

Memang tidak mudah membuat kota kecil di angkasa. Banyak kendala yang harus dihadapi, terutama terkait dengan dana, khususnya biaya untuk terbang ke luar angkasa dengan roket.

Biaya penerbangan mau tidak mau harus diturunkan agar pulang pergi dari Bumi ke luar angkasa bisa dilakukan berkali-kali.

Kendala lainnya adalah dukungan kehidupan. Koloni di luar angkasa pada masa depan membutuhkan segalanya sama dengan Bumi. Oleh karena itu, harus dibuat pertanian dalam ruangan dan juga dukungan energi solar.

Tantangan terberat adalah membuat pelindung radiasi untuk mengamankan warga yang tinggal di kota buatan itu bebas dari paparan kosmis dan radiasi solar.

NASA Pasok Printer 3D ke Luar Angkasa



Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) akan kedatangan printer 3D pertamanya minggu ini. Printer tersebut diberikan ke ISS dari Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA).

Jika terealisasi maka alat elektronik tersebut maka akan menjadi akases printer yang pertama yang ada di ISS. Direncanakan, printer 3D bernama Zero-G printer itu akan dimanfaatkan sebagai salah satu perlengkapan yang akan menunjang kegiatan di ruang angkasa.

"Memenuhi permintaan kebutuhan di ruang angkasa dapat merevolusi pasokan peralatan kita yang terbatas dan ini (Zero-G printer) penting untuk misi eksplorasi ruang angkasa (ke depannya)," kata Niki Werkheiser seorang manajer NASA dilansirMashable, Senin, 22 September 2014.

Zero-G printer dirancang khusus untuk membantu penelitian dan mempelajari tentang bagaimana proses kinerja di gravitasi nol. Dalam pembuatannya, NASA bekerjasama dengan startup Made in Space untuk proyek tersebut.

Pasokan printer 3D untuk kebutuhan para astronaut itu telah dijadwalkan meluncur pada hari Sabtu kemarin. Namun, peluncuran itu diundur karena kondisi cuaca di hari tersebut yang tidak memungkinkan.

Diketahui, Zero-G printer itu menjadi jawaban dari permasalahan untuk mengatasi limbah plastik yang banyak digunakan para astronaut dalam menjalankan misinya. Dengan adanya printer 3D, para astronaut bisa mendaur ulang limbah itu untuk dimanfaatkan kembali.

Pihak Made in Space sendiri mengatakan di masa mendatang, printer canggih itu akan digunakan lebih banyak lagi yang berkemampuan membantu misi ruang angkasa.


Cerita Tragedi 11 September dari Luar Angkasa







Tiga belas tahun silam, serangan terorisme terhadap menara kembar WTC di Amerika Serikat menggoreskan luka mendalam bagi keluarga korban, Amerika Serikat dan dunia. Serangan itu meratakan menara kembar dan menimbulkan kerugian, kepedihan bagi warga dunia. 

Meski lewat satu dekade, serangan itu masih menyisakan luka. Peringatan tragedi 11 September 2001 masih terus dilangsungkan di berbagai negara, khususnya Amerika Serikat. 

Peringatan tragedi itu juga dilakukan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Melansir Space.com, Jumat 12 September 2014, badan antariksa itu menampilkan gambar dan rekaman runtuhnya menara kembar itu dari luar angkasa.

Mantan astronot NASA, Frank Culbertson menceritakan pengalamannya menyaksikan asap membumbung gedung WTC yang terlihat dari luar angkasa. 

Saat tragedi itu terjadi, Culbertson tengah mengangkasa 400 Km di atas daratan Bumi. Dalam sebuah video testimoni dari Kennedy Space Center Visitors Complex, ia mengaku melihat asap besar dari gedung WTC. Culbertson saat itu berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) yang sedang dalam perbaikan, bersama dua kosmonot Rusia.

Melihat pemandangan aneh itu, naluri Culbertson langsung mengambil video dan foto tragedi itu, sementara satelit juga melacak serangan itu dari luar angkasa.
Ia menceritakan, para astronot tak mendapatkan tayangan siaran langsung dari TV di Bumi maupun akses internet di ISS. Naluri Culbertson dengan sigap mengambil kamera dan segera merapat ke jendela ISS, untuk mengabadikan pemandangan yang penuh asap hitam di atas New York. 

Ia mengaku juga melihat jejak parah di sisi Pentagon, yang juga jadi sasaran teroris. Culbertson mengenang, pilot pesawat American Airlines 77 yang menabrak Pentagon adalah kolega sekelas sekaligus karibnya di Akademi Angkatan Laut AS, Charles Burlingame.

"Kami berupaya untuk melihat lebih banyak lagi. Satelit di setiap orbit pun merekamnya,"ujarnya. 

Culbertson mengaku, hal yang mengejutkan usai tragedi itu adalah hilangnya penampakan jejak kondensasi asap pesawat terbang, yang biasanya malang melintang di langit Amerika.

Usai tragedi itu, Nasa tak bisa mendeteksi adanya pesawat terbang, kecuali pesawat kepresidenan Amerika, Air Force One. 

"Kala itu adalah waktu yang sangat serius bagi kami," tambahnya.

Tiongkok Serius Kembangkan Program Luar Angkasa



Tampaknya Tiongkok begitu serius dalam mengembangkan program luar angkasa berawak. Hal itu terbukti dengan rencana negeri tirai bambu itu bekerjasama dengan negara yang sudah lama berkecimpung di bidangnya, seperti Rusia dan Eropa.

Bila itu terlaksana maka tak dipungkiri Tiongkok akan mengirimkan orang pertama di negaranya yang bertugas menjelajah luar angkasa.

Yang Liwei, Wakil Kepala Badan Antariksa Berawak Tiongkok, seperti yang diberitakan laman Xinhuanet.com, Kamis, 11 September 2014, mengatakan bahwa Tiongkok sudah menjalin pelatihan bersama dan pertukaran astronaut. Negara ini telah melakukan kerja sama ini dengan Rusia, Amerika, dan Eropa.

Selain itu juga, antarkedua pihak telah melakukan percobaan ilmiah terkait dengan ruang angkasa dan membantu dalam penyeleksian astronaut di Tiongkok.

Lebih lanjut lagi, Liwei mengungkapkan astronaut dari Tiongkok bersama negara lain sudah melakukan sejumlah pelatihan di China Astronaut Center dan Eropa Astronaut Center.

"Saya sendiri menerima program pelatihan mikro-gravitasi di Rusia dalam misi Shenzhou-8. Kerja sama kedua negara akan meliputi 17 percobaan sains kehidupan di angkasa," kata Liwei.

Dia mengatakan Tiongkok memiliki platform mengenai misi ruang angkasa. Platform tersebut bisa digunakan dengan negara lain melalui kerja sama yang akan dijalani.

"Tiongkok berharap juga untuk bekerja sama dengan negara lain dalam teknologi stasiun ruang angkasa, pelatihan astronot, rancangan program, peralatan penelitian dan pengembangan, dan bahkan melakukan misi bersama," ujarnya.

Beginilah Supermoon bila Dilihat dari Luar Angkasa

Fenomena supermoon tak hanya menarik kalangan awam di bumi untuk mengabadikannya. Astronot yang sedang bertugas di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pun tergoda memotret kejadian yang sebenarnya biasa itu.

Oleg Artemyev, astronot dari Rusia, memotret supermoon dari ISS beberapa saat sebelum bulan tenggelam dari pandangannya. Ia kemudian mengunggah foto-foto hasil jepretannya di akun Twitter-nya.

Oleg Artemyev/RoscosmosSupermoon diabadikan dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada Senin (11/8/2014) dini hari.
Supermoon memang akan tampak sama dilihat dari bumi maupun luar angkasa. Namun, latar foto bulan hasil jepretan Artemyev itu spektakuler. Bulan yang kemerahan tampak berlatar langit yang hitam serta bumi yang kebiruan.

Menjelang tenggelam, dalam foto, bulan tampak seolah-olah akan mendarat di permukaan bumi. Warna bulan berubah menjadi putih serta tampak masuk dalam atmosfer bumi yang kebiruan.

Oleg Artemyev/RoscosmosSupermoon menjelang tenggelam pada Senin (11/8/2014) diabadikan dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Supermoon pada Minggu (10/8/2014) adalah supermoon kedua yang terjadi sepanjang tahun 2014. Supermoon ini juga merupakan yang terbesar tahun ini. Jarak antara bumi dan bulan saat supermoon Minggu malam adalah 357.000 kilometer.

Supermoon dalam astronomi dikenal dengan "Bulan Perigee". Supermoon tidak terkait dengan bencana seperti gempa bumi dan banjir. Supermoon akan datang lagi pada 9 September 2014 nanti.

Plankton Ditemukan Hidup di Luar Angkasa



Planton ditemukan di luar angkasa, tepatnya di permukaan Stasiun Luar Angkasa Internasional. Hebatnya, dalam kondisi luar angkasa yang minim oksigen, suhu rendah, dan paparan radiasi sinar kosmik, plankton itu masih hidup.

Keberadaan plankton di luar angkasa itu ditemukan oleh kosmonot Rusia, Olev Artemyev dan Alexander Skvortsov. Mereka menemukannya saat melakukan spacewalk dan meluncurkan satelit nano.

Mulanya, keduanya melakukan eksperimen dengan mengusap permukaan jendela atau iluminator ISS. Tak disangka, setelah diselidiki dengan alat yang cukup canggih dan presisi, ada plankton yang hidup di sana. 

Vladimir Solovyev, pimpinan misi orbital Rusia, gembira dengan penemuan itu. Kepada Daily Mail, Selasa (19/8/2014), ia mengungkapkan, "temuan ini harus dipelajari lebih lanjut."

Sejauh ini, belum diketahui asal-usul plankton tersebut. Yang jelas, plankton itu bukan jenis yang bisa ditemukan di Baikonur, tempat peluncuran misi antariksa Rusia. Diduga, plankton terbawa udara, menempel pada permukaan pesawat ruang angkasa dan sampai di ISS.

Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat belum berkomentar tentang penemuan ini. Apabila konfirmasi ulang menyatakan bahwa plankton itu memang hidup di ISS, maka harapan untuk menemukan kehidupan di luar angkasa semakin besar.

Ini Cara "Lahirkan" Manusia di Luar Angkasa




Ilmuwan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) melontarkan gagasan baru koloni manusia masa depan di planet lain. Dibandingkan dengan mengirimkan misi awak manusia ke planet luar Bumi, ilmuwan Adam Seltzner menyampaikan gagasan cukup mengirimkan DNA manusia   ke planet lain. 

Gen manusia itu dibawa dengan misi perjalanan ruang angkasa. Begitu sampai pada planet tujuan, gen itu dikembangkan dan diharapkan muncul peradaban manusia tanpa repot mengirimkan awak untuk mengoloni planet lain, melansir Daily Mail, Selasa 3 Juni 2014.

Ide itu memang tampak seperti fiksi sains. Namun, diperkirakan dengan kemajuan teknologi ratusan tahun mendatang, gagasan ini memungkinkan dijalani. 

Gagasan itu disampaikan Seltzner dalam diskusi bertajuk "The Future is Here". Festival yang diselenggarakan Smithsonian Magazine di Washington DC, Amerika Serikat, pada Mei lalu. 

"Penawaran eksplorasi ruang angkasa terbaik kami yaitu dengan 'mencetak' manusia secara asli pada planet lain. Kita mungkin bisa mengoloni dunia lain tanpa astronot tapi dengan bakteri," jelas Seltzner.

Skema pengiriman gen manusia itu disampaikan menggunakan dua cara. Pertama gen dititipkan dalam bakteri yang dikirimkan ke planet lain. Sementara itu, skema kedua, gen dititipkan dalam sebuah mesin robot yang akan diluncurkan pada planet tujuan. 

Skema pertama itu memungkinkan. Belum lama ini uji coba bakteri di ruang angkasa sudah dilakukan. Pada bulan lalu, European Technology Exposure Facility (Eutef) telah membuktikan bakteri dapat bertahan hidup dalam perjalanan antarplanet, antara Bumi ke Mars. Peneliti merilis bakteri pada sisi luar modul Colombus di Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS). Walhasil bakteri dapat tetap hidup dan berkembang. 

Skema lain juga dapat diaplikasikan, yaitu melibatkan kemampuan mesin otomatis robotik ke sebuah planet yang dapat dihuni diluar Tata Surya yang dideteksi teleskop Kepler. Caranya, gen manusia dititipkan dengan memanfaatkan pancaran robotik.

Pengajuan gagasan ini muncul untuk menjadi solusi problem perjalanan antarbintang di ruang angkasa. Perjalanan ke planet jauh, di luar Tata Surya, yang butuh waktu lama sangat tidak memungkinkan saat ini. Secara hukum fisika, manusia belum mampu untuk mengarungi planet jauh dengan jangka waktu yang lama. 

Untuk itu dengan mengganti gen manusia setidaknya menutupi problem itu.

Siapkah Manusia Bertemu Makhluk Luar Angkasa?




WASHINGTON -- Apakah kita sendirian di alam semesta yang maha luas ini? Adakah bentuk kehidupan dan peradaban di luar sana untuk ditemukan? Apakah kita siap untuk pertemuan itu?

Jawabannya adalah tidak, menurut sebuah studi baru yang dilakukan oleh seorang psikolog khusus syaraf asal Spanyol, yang menemukan bahwa manusia tidak cukup cerdas dan terlalu dipengaruhi agama, untuk dapat menghadapi kontak semacam itu.

Studi tersebut, yang diterbitkan dalam Acta Astronautica, dilakukan oleh Gabriel G. de la Torre, seorang profesor Departemen Psikologi di University of Cádiz di Spanyol, yang juga bekerja dalam proyek-proyek untuk Badan Antariksa Eropa dan Yayasan Sains Eropa.

Untuk studinya, de la Torre menganalisa implikasi-implikasi sosiologis dan etis dari kemungkinan interaksi manusia-makhluk luar angkasa (ET).

"Dapatkah keputusan itu diambil atas nama seluruh planet? Apa yang akan terjadi jika hal itu berhasil dan seseorang menerima sinyal kita? Apakah kita siap untuk kontak semacam ini?" de la Torre bertanya-tanya.

Untuk mendapatkan jawaban-jawaban atas pertanyannya, de La Torre mengirimkan daftar pertanyaan kepada 116 mahasiswa/i di Amerika, Italia dan Spanyol. Survei itu dirancang untuk mempelajari pengetahuan astronomi responden, tingkat persepsi mereka mengenai lingkungan fisik, opini mereka mengenai tempat yang dihuni di alam semesta, kemungkinan kontak dengan makhluk ekstraterestrial maupun pertanyaan religius seperti "Apakah Anda percaya Tuhan menciptakan semesta?"

Jawaban-jawaban mereka mengindikasikan bahwa pengetahuan publik secara umum mengenai alam semesta dan posisi manusia di dalamnya, bahkan di tingkat universitas, masih buruk.

"Terkait hubungan kita dengan kemungkinan kehidupan ekstrateresterial, kita seharusnya tidak bergantung pada cara berfikir dengan referensi moral, karena sangat dipengaruhi agama," ujar de la Torre.

"Mengapa makhluk-makhluk yang lebih intelijen harus 'baik'?" tambahnya.

Rasa penasaran de la Torre mengenai kemungkinan pertemuan manusia dan ET memuncak akibat proyek yang saat ini sedang dipertimbangkan oleh Search for Extraterrestrial Intelligence Institute (SETI) di California. Proyek SETI ini mulai pada akhir 1960an dan awal 1970an dengan sebuah misi untuk memburu sinyal-sinyal yang dipancarkan oleh intelijen ekstraterestrial.


Era Pertanian di Luar Angkasa Dimulai, NASA Tanam Sayuran di ISS




Sebuah misi baru kini dijalankan di antariksa. Bukan lagi mengirim robot, melainkan bercocok tanam, menumbuhkan sayuran. 

Dengan fasilitas Vegetable Production System, singkatnya disebut Veggie, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mulai menumbuhkan sayuran di Stasiun Luar Angkasa Internasional (NASA). Kali ini, yang ditumbuhkan adalah selada. 

Lewat akun Twitter dan Instagram-nya, NASA mengumumkan bahwa proyek itu sudah dimulai sejak 8 Mei 2014 lalu.

Upaya NASA berkebun di antariksa ini merupakan bagian dari sebuah riset. Tujuannya, pada masa depan bahan makanan bisa diproduksi langsung di antariksa dan astronot bisa makan sayuran organik yang segar.

Sebagai sumber cahaya untuk bercocok tanam, NASA menggunakan lampu LED berwarna merah, hijau, dan biru.

Sumber karbon dioksida dan air berasal dari astronot, dari napas yang dikeluarkan dan limbah cair. Untuk mengontrol suhu dan faktor lain, NASA menggunakan fasilitas yang telah ada di kabin ISS.

Saat siap dipanen, sayuran yang ditumbuhkan di ISS akan dikirim ke Bumi dan dibandingkan dengan sayuran yang tumbuh di kebun biasa dari sisi keamanan, rasa, dan nutrisinya. 

Gioia Massa, ilmuwan NASA yang terlibat proyek Veggie, seperti dikutip DNAIndia.com, Sabtu (24/5/2014), mengatakan, "Veggie akan memberi sumber baru bagi astronot dan peneliti seiring upaya kita untuk menumbuhkan makanan segar dan pohon besar di ISS."

Astronot bisa berkebun di luar angkasa




Washington - Para astronot yang menginginkan makan selada segar akan segera punya peluang menanamnya sendiri di luar angkasa karena menurut situs Space.com, NASA tengah mengirim perkebunan mini ke luar angkasa.

Perusahaan pesawat luar angkasa SpaceX yang pada 14 April meluncurkan misi kargo Dragon  ke Stasiun Luar Angkasa Internasional membawa kabin pertumbuhan tanaman kecil yang dibangun khusus agar para astronot bisa menanam selada "outredgeous" di orbit luar angkasa.

Tujuan dari eksperimen Veg - 01 yang dijuluki "Veggie" adalah untuk melihat seberapa baik tanaman tumbuh di
orbit.

Jika tes awal berjalan dengan baik dan sayur tersebut terbukti aman dikonsumsi, maka ilmuwan berharap untuk memperluas menu itu.

"Veggie akan menyediakan sumber daya baru bagi astronot Amerika Serikat dan para peneliti begitu kita mulai mengembangkan kemampuan menumbuhkan produk segar dan tanaman besar lain di stasiun luar angkasa," kata Gioia Massa,  ilmuwan NASA untuk Veggie.

Letaknya ada di bagian premium pesawat ruang angkasa dan juga di stasiun luar angkasa.

Ketika sudah sepenuhnya diluncurkan, kira-kira setinggi 1,5 kaki, membuatnya jadi ruang tanaman terbesar saat ini.

Versi ruang tanaman itu telah diuji di darat, di mana selada dan lobak telah berhasil ditumbuhkan di laboratorium sains Pusat Luar Angkasa Kennedy. 

Veggie dikembangkan oleh Madison, Korporasi Teknologi Orbit yang berbasis di Wis.

AS dan China Mungkin Kerja Sama dalam Eksplorasi Luar Angkasa






Kerja sama antara badan antariksa Amerika Serikat, NASA dan badan antariksa China dilarang oleh Kongres pada tahun 2011. Namun, banyak petunjuk yang muncul tentang kemungkinan perubahan kebijakan tersebut.

 — Pejabat eksplorasi luar angkasa dari lebih dari 30 negara bertemu di Washington, D.C. baru-baru ini untuk berdiskusi tentang cara-cara untuk meningkatkan eksplorasi dan penggunaan luar angkasa. Pertemuan tersebut diselenggarakan oleh Kementrian Luar Negeri Amerika Serikat yang untuk pertama kali mengundang pejabat dari badan antariksa China, menggarisbawahi kemungkinan kerja sama dalam eksplorasi luar angkasa.
 
Kerja sama antara badan antariksa Amerika Serikat, NASA dan badan antariksa China dilarang oleh Kongres pada tahun 2011. Namun, banyak petunjuk yang muncul tentang kemungkinan perubahan kebijakan tersebut.

Pada Forum Eksplorasi Antariksa Internasional, yang berlangsung pada 9 Januari, Wakil Menteri Luar Negeri William Burns mengajak semua negara untuk ikut berpartisipasi dalam ekslporasi luar angkasa.
 
“Sekarang saatnya untuk bersama-sama menjadikan eksplorasi luar angkasa sebagai prioritas global bersama, untuk mengungkap misteri alam semesta, dan untuk mempercepat kemajuan manusia di Bumi,” ujar Burns.
 
Xu Dazhe, kepala Administrasi Antariksa Nasional China, menghadiri pertemuan tersebut. China Daily mengutip Dazhe dan mengatakan partisipasinya adalah sinyal bahwa China mau bekerja sama dengan negara lain untuk mengeksplorasi luar angkasa. 
 
Scott Pace, yang mengepalai Space Policy Institute dan seorang professor hubungan internasional di George Washington University, mengatakan China khusus diundang untuk menjadi bagian dari diskusi dunia, tapi ia memperingatkan agar tidak terlalu optimis.
 
“Belum ada terobosan politis yang bisa mengarah pada aktivitas kerja sama yang besar, simbolik dan langsung. Tapi ada beberapa kesempatan kecil yang menurut saya bisa dan harus kita kejar,” kata Pace.
 
Pace menggarisbawahi bahwa sepanjang perang dingin, Amerika Serikat bekerja sama dengan Uni Sovyet dalam beberapa aspek eksplorasi. 

“Kerja sama tersebut dalam bidang ilmiah yang sangat spesifik: ilmu bumi, fisika matahari, beberapa data biometrik. Dan saya pikir tingkat kerja sama yang sama juga bisa dilakukan dengan China sekarang, dan mungkin memang seharusnya dilakukan,” lanjut Pace.
 
Negara-negara yang tidak banyak diasosiasikan dengan eksplorasi luar angkasa juga ikut hadir dalam pertemuan tersebut seperti like Brazil, Arab Saudi dan Nigeria.
 
Pace mengatakan banyak negara yang menggunakan luar angkasa untuk keperluan praktis, seperti navigasi atau komunikasi, tapi mereka bisa lebih ambisius.
 
“Tampaknya bulan, menurut saya, menjadi fokus teknis bersama, karena memberikan kesempatan bagi negara dengan tingkat perkembangan luar angkasa yang berbeda-beda - dari sangat canggih sampai yang paling sederhana,” kata Pace.
 
Karena Stasiun Luar Angkasa adalah fasilitas internasional dan masa operasionalnya diperpanjang sampai 2024, Pace mengatakan China mungkin diundang untuk berpartisipasi dalam eksperimen. 

Tempat berikutnya yang mungkin bisa dipertimbangkan untuk bekerja sama dengan China adalah bulan, karena misi ke Mars atau asteroid terlalu sulit dan mahal, bahkan untuk Amerika Serikat dan Rusia.

Sumber

Awan hujan raksasa di luar angkasa


Air diluar angkasa merupakan hal yg musatahil Tapi, coba tebak: Para ilmuwan telah menemukan gumpalan air raksasa yg mengambang di luar angkasa tapi bentuknya bukanlah seperti air melainkan sebuah uap air yg berbentuk seperti awan. Dan ketika kita mengatakan "besar" kita tidak berbicara ini Samudera Pasifik. Kita bicara 100.000 kali lebih besar dari besar matahari. Ini adalah awan uap begitu besar hingga menampung air 140 triliun kali lebih banyak dari semua lautan kita. Bagaimana mungkin?

Sejauh ini kita hanya tau bahwa bumi mungkin hanya satu-satunya planet yang memiliki air, Dalam jumlah paling besar. Awan ini terdapat di sebuah Quasar yang bernama APM 08279+5255. Jaraknya 12 milyar tahun cahaya dari bumi. Sampai detik ini, para ilmuwan masih belum bisa mengetahui asal-usul mengapa bisa terbentuk awan yang berisi uap air di sana. Quasar ini memiliki Supermassive Blackhole berukuran 20 milyar kali besar Matahari. NASA melakukan penelitian terhadap awan ini sejak 2008, mereka menggunakan sebuah teleskop berukuran 10 meter dipuncak mauna kea, Hawaii. Jumlah massa air di Quasar ini diperkirakan mencapai 100,000 kali massa matahari, dan artinya, bisa menampung 34 Milyar buah Planet sebesar bumi.

Sumber : 
http://wahw33d.blogspot.com/2012/06/5-hal-baru-yang-ditemukan-di-luar.html#ixzz2OQCHis9S

China Kembali Kirim Manusia ke Luar Angkasa



Minggu, 10 Juni 2012 | 11:19 WIB

BEIJING, KOMPAS.com - Pemerintah China mengumumkan segera kembali meluncurkan misi luar angkasa pada suatu waktu pada Juni ini.  Sebuah roket yang akan mengangkut wahana angkasa Shenzhou 9 sudah dipindahkan ke wilayah utara negeri itu.

Jika peluncuran ini berhasil maka ini adalah misi luar angkasa China yang keempat sejak 2008. Menurut laporan kantor berita Xin Hua, misi ini akan membawa tiga astronot, kemungkinan membawa satu astronot perempuan.  Kemungkinan soal astronot perempuan ini, menurut Xin Hua, diperoleh dari Deputi Komandan Program Angkasa Luar Berawak China, Niu Hongguang.

Para angkasawan ini akan dibawa menuju modul angkasa Taingong 1.

Stasiun angkasa

Tahun lalu China menyelesaikan proses rumit manuver penyatuan sebuah wahana angkasa tak berawak dengan stasiun angkasa Taingong 1 dengan menggunakan pengendali jarak jauh. Para astronot dalam wahana Shenzou 9 nantinya juga akan menyatukan diri dengan Taingong 1 - sebuah modul eksperimental yang saat ini mengorbit Bumi.

Selain itu, para astronot ini juga akan melakukan eksperimen ilmiah di atas modul tersebut.

Misi Shenzou 9 ini adalah bagian dari program China mengembangkan sebuah stasiun angkasa yang secara penuh mengorbit Bumi. Beijing merencanakan untuk menyelesaikan pembangunan stasiun luar angkasa seberat 60 ton pada 2020.

Sebelumnya China menolak bergabung dengan program Stasiun Luar Angkasa Internasional yang dikerjakan 16 negara setelah mendapat keberatan dari Amerika Serikat.

Singapura Akan Kirim Astronot ke Luar Angkasa Tahun 2015




Sabtu, 23 Februari 2013 | 01:08 WIB


SINGAPURA, KOMPAS.com — Pemerintah Singapura, Jumat (22/02/2013), merilis rencana ambisius untuk mengirim astronot pertama ke luar angkasa pada tahun 2015 bertepatan dengan perayaan ke-50 hari kemerdekaan Singapura.
Menteri muda Perindustrian dan Perdagangan S Iswaran menyatakan, rencana ini akan ditangani oleh kolaborasi antara IN Genius, perusahaan teknologi dengan Institut Sains Singapura dan Asosiasi Teknologi dan Antariksa Singapura. Seluruh pihak yang terlibat telah menandatangani memorandum of understanding (MoU).
Selain berambisi mengirim astronot pertamanya, memorandum ini juga mencantumkan agenda menjadikan Singapura sebagai pusat industri antariksa. Menurut Menteri Iswaran, pengembangan industri antariksa akan membantu meningkatkan lapangan kerja di bidang teknik, terutama teknik aeronautika.
Pemilik IN Genius, Lim Seng, menjelaskan bahwa rencana ini akan dilaksanakan dengan sangat cermat. Lim menekankan pentingnya dukungan dan komitmen yang kuat dari pemerintah. Ia menambahkan, jika program astronot pertama ini berhasil, perusahaannya berharap dapat mengembangkan bisnis wisata antariksa menggunakan kapsul yang dapat menampung hingga enam orang.
"Singapura akan semakin diperhitungkan di tingkat dunia dan akan semakin banyak turis yang datang," jelasnya.
Profesor Daniel New dari Nanyang Technological University (NTU) menyambut gembira rencana ini. "Mahasiswa akan memiliki banyak kesempatan untuk menjadikan agenda ini sebagai media pembelajaran dan juga mengingatkan akan pentingnya ilmu teknik dalam kehidupan."
Warga Singapura yang memiliki izin menerbangkan pesawat diundang untuk menjadi calon-calon astronot yang akan menjajal misi luar angkasa ini.

Kesuksesan Iran Kirim Kera ke Antariksa Dipertanyakan



Minggu, 3 Februari 2013 | 04:39 WIB


TEHERAN, KOMPAS.com — Pada 28 Januari lalu, Pemerintah Iran menyatakan telah berhasil meluncurkan seekor kera ke orbit Bumi menggunakan wahana angkasa Pishgam dan kembali dengan selamat.

Klaim ini diperkuat dengan kabar di sejumlah media Pemerintah Iran yang memperlihatkan para ilmuwan Iran tengah mengeluarkan kera itu dari wahana angkasa yang kembali mendarat di Bumi.

Namun, klaim Pemerintah Iran ini kemudian mengundang pertanyaan para pengguna dunia maya. Mereka mempertanyakan bahwa foto-foto yang dirilis Pemerintah Iran diduga menampilkan kera yang berbeda saat akan diluncurkan dan saat kembali di Bumi.

Saat akan diluncurkan, kera itu berbulu abu-abu muda dengan semacam tahi lalat berwarna merah di atas mata kanannya. Namun, foto yang diambil saat kera itu dikeluarkan dari kapsul Pishgam menunjukkan warna lebih gelap dan di atas mata kanannya tidak ada tahi lalat merah.

Perbedaan dalam kedua foto itu ditunjukkan sejumlah media Barat, yang memang sejak awal mempertanyakan klaim Pemerintah Iran itu. Terlebih lagi, upaya Iran sebelumnya mengirim kera ke angkasa luar pada 2011 berakhir dengan kegagalan.

Di situs jejaring sosial, beberapa komentar miring muncul menanggapi foto kera itu.

"Si kera pergi ke angkasa luar dan bertemu dokter yang menghilangkan tahi lalatnya," ujar seorang pengguna internet.

Hingga Sabtu (2/2/2013) malam, Pemerintah Iran sejauh ini belum menanggapi semua pertanyaan tersebut.

Dua situs berita yang dekat dengan Pemerintah Iran, Rajanews dan Nasimonline, tanpa mengutip sumber tertentu, mengatakan bahwa foto-foto kera yang dirilis sebelum peluncuran roket adalah arsip peluncuran kera pada 2011 yang gagal.

Namun, foto-foto yang dirilis seusai peluncuran adalah kera yang berhasil kembali dengan selamat dari orbit Bumi.

2013, Wisata Luar Angkasa Kembali Dibuka


Selasa, 18 Januari 2011 | 19:36 WIB


KOMPAS.com — Perusahaan asal Amerika Serikat yang bergerak di bidang wisata luar angkasa, Space Adventures, akan kembali membuka kesempatan bagi para turis yang tertarik berkunjung ke stasiun antariksa internasional pada tahun 2013.
Menurut perjanjian yang baru dengan badan luar angkasa Rusia, Roscosmos, dan produsen pesawat luar angkasa RSC Energia, akan ada tiga kursi tambahan yang tersedia di kapsul luar angkasa Russian Soyuz mulai tahun 2013.
Pengiriman turis ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (International Space Station/ISS) ini disepakati setelah tercapainya kesepahaman untuk meningkatkan produksi pesawat luar angkasa Soyuz dari empat menjadi lima unit per tahun.
"Kami sangat senang mengumumkan kerja sama ini dan ingin berterima kasih kepada rekan dari Rusia atas penambahan produksi Soyuz serta memberi Space Adventures jasa transportasi pada pesawat luar angkasa berawak," kata Kepala Space Adventures Eric Anderson, dalam suatu pernyataan.
Direktur Penerbangan Luar Angkasa Manusia Roscosmos Alexei Krasnov mengatakan, "Penambahan pesawat luar angkasa kelima Soyuz akan menambah fleksibilitas dan pengulangan atas kemampuan transportasi ISS. Kami menyambut kesempatan meningkatkan upaya memenuhi tuntutan publik terhadap akses ke luar angkasa."
Space Adventures yang didirikan pada 1998 merupakan satu-satunya perusahaan yang telah memesan penerbangan pribadi ke ISS. Space Adventures telah merancang delapan penerbangan luar angkasa pribadi untuk tujuh orang sejak 2001. Pada tahun yang sama, pengusaha asal California, AS, Dennis Tito, menjadi penjelajah luar angkasa pertama yang terbang dengan dana pribadi. Setelah itu sejumlah orang kaya lain turut mengarungi angkasa.
Turis dalam misi terakhir Space Adventures adalah seorang miliuner Kanada bernama Guy Laliberte. Pendiri rombongan sirkus Cirque du Soleil ini memanfaatkan perjalanan ke luar angkasanya untuk akses global terhadap air bersih, melalui ogranisasi nirlaba miliknya ONE DROP Foundation. Laliberte dikabarkan membayar 35 juta dollar AS (sekitar Rp 315 miliar) untuk perjalanan angkasa selama 11 hari.
"Sejak Guy Laliberte, ada peningkatan ketertarikan individu, organisasi, dan sektor komersial, yang mencari cara untuk dapat mengakses stasiun luar angkasa. Kami telah berbicara dengan pihak-pihak tersebut tentang program ilmu pengetahuan, pendidikan, dan multimedia, serta berharap dapat membuat sejumlah pemberitahuan besar dalam beberapa tahun mendatang," ujar Anderson.
Ia menambahkan kursi untuk perjalanan luar angkasa ini sudah mulai bisa dipesan. Namun, Anderson enggan memberi tahu dana pasti yang diperlukan seseorang untuk menjelajah luar angkasa. "Kami tidak begitu membicarakan finansial. Tapi, biaya tergantung dari banyak hal, seperti berapa lama waktu di luar angkasa serta tingkat pertukaran mata uang," elak Anderson.
Menurutnya, secara kumulatif pengelana ruang angkasa akan menghabiskan tiga bulan di luar angkasa, menempuh perjalanan sejauh 54 juta kilometer, serta menjadi duta besar dalam berbagi pengalaman dan menjelaskan kepada jutaan orang di dunia tentang pentingnya menjelajahi luar angkasa.

Rp 350 Miliar Per Orang, Tarif Wisata ke Luar Angkasa



Rabu, 10 Oktober 2012 | 23:11 WIB


MOSKWA, KOMPAS.com - Penyanyi Inggris, Sarah Brightman, mengumumkan di Moskwa, Rusia, Rabu (10/10/2012) bahwa ia akan meluncur ke luar angkasa tahun depan, sebagai seorang turis luar angkasa ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Perjalanan sebagai turis ke luar angkasa ini digambarkan sebagai "perwujudan mimpi". Brightman bakal membayar tiket sedikitnya seharga Rp 350 miliar.
Brightman yang juga penyanyi soprano dan crossover berusia 52 tahun, dikenal perannya dalam West End musical seperti "the Phamtom of the Opera", akan menjadi turis pertama yang melanglang ke luar angkasa, setelah diluncurkan kembali program parawisata luar angkasa setelah dihentikan tahun 2009.
"Saya berencana menjadi partisipan penerbangan ke luar angkasa," ujar Brightman, dalam jumpa pers di Moskwa.
Jadwal perjalanan Brightman akan ditetapkan segera oleh Roscomos (badan luar angkasa Rusia) dan mitranya ISS.
Penerbangan membawa turis ke luar angkasa akan dibuka lagi pada tahun 2013. Sebelumnya, turis yang mengunjungi ISS dalam total delapan perjalanan, termasuk di dalamnya pendiri Cirque du Soleil dari Kanada, Guy Laliberte, dan pengusaha AS asal Iran, Anousheh Ansari.
Rusia menghentikan program perjalanan turis ke luar angkasa tahun 2009, disebabkan terbatasnya ruang dalam kapsul Soyuz yang hanya cukup untuk tiga kosmonot yang membawa mereka ke ISS.
Rusia kini ingin meningkatkan jumlah penerbangan Soyuz ke luar angkasa.
Perjalanan turis ke luar angkasa terakhir adalah Laliberte, yang kembali ke bumi pada Oktober 2009 setelah 11 hari melakukan perjalanan ke luar angkasa.
Turis luar angkasa pertama adalah Denis Tito yang berpergian ke ISS tahun 2001. Secara bersamaan, ada tujuh turis yang bepergian ke luar negeri setelah itu.
Laliberte tak mengungkapkan berapa dia membayar tiket untuk perjalanan turis ke luar angkasa. Namun pionir perangkat lunak AS, Charles Imonyi mengatakan membayar 35 juta dollar AS atau sekitar Rp 350 miliar untuk ongkos perjalanan ini.

Flag Country

free counters