Saturnus, planet kedua terbesar di Tata Surya, biasanya langsung terbit dari ufuk timur. Namun, tidak demikian pada senja ini. Planet bercincin itu akan terbit dari balik purnama. Mengapa demikian?
Sebabnya adalah adanya peristiwa okultasi. Dalam peristiwa ini, Bumi, Bulan, dan Saturnus terletak pada satu garis. Saturnus yang seharusnya tampak dari pandangan manusia di Bumi menghilang karena tertutup Bulan. Fenomena ini bisa juga disebut gerhana Saturnus.
Fenomena ini bisa disaksikan secara lengkap oleh warga Australia. Warga Indonesia yang ada di selatan Jawa bagian barat dan tengah hanya bisa menyaksikan bagian akhir dari fenomena ini, itu pun dengan tingkat kesulitan dan risiko yang tinggi.
"Karena hanya terjadi beberapa saat setelah Matahari terbenam," kata astronom amatir Ma'rufin Sudibyo kepada Kompas.com, Selasa (13/5/2014). Berdasarkan simulasi dengan Starry Night, di Kebumen, Matahari tenggelam pada pukul 17.29 WIB, Saturnus terbit pada pukul 17.30 WIB.
Pengamatan pada saat tersebut sulit dan berisiko tinggi karena berhadapan dengan Matahari yang masih terang. Pengamatan Matahari atau wilayah di dekatnya secara langsung, bila tak hati-hati, bisa menyebabkan kerusakan mata.
Meski fenomena okultasi tak bisa disaksikan, warga Indonesia bisa melihat bagaimana Saturnus mulai terbit dari balik purnama sesaat setelah okultasi berakhir. Fenomena ini unik karena Saturnus langsung terbit dari ufuk timur. Ini bisa dilihat sekitar pukul 19.00 WIB.
Terbitnya Saturnus dari balik Bulan bisa disaksikan oleh warga di selatan Jawa bagian barat dan tengah, seperti Yogyakarta, Cilacap, dan Pangandaran. Sementara warga Jakarta tidak bisa menyaksikan, tetapi hanya akan melihat Saturnus melintas sangat dekat di pinggir piringan Bulan.
Ma'rufin mengungkapkan, meski bisa dikatakan bahwa Saturnus akan terbit dari balik purnama, sebenarnya purnama baru akan terjadi pada tengah malam nanti. Meskipun demikian, saat senja, Bulan sudah terlihat bundar.
Bulan Mei 2014 sebenarnya kaya akan fenomena astronomi menarik, tetapi banyak yang tak bisa diobservasi maksimal dari Indonesia. Ada badai meteor Camelopardalids, di mana 400 meteor per jam bisa disaksikan. Namun, hanya bisa dilihat di wilayah Amerika Utara dan Kanada.
0 komentar:
Posting Komentar