Kendaraan penjelajah Mars milik Badan Antariksa Nasional AS (NASA), Curiosity, mengungkap temuan yang mengejutkan di Planet Mars. Temuan itu bisa membantu menguak teka teki kehidupan di Planet Merah itu.
Curiosity menemukan adanya sampel gas metana di kawah Gale, lokasi pendaratan Curiosity, dengan tingkat metana 0,7 bagian per miliar. Gas metana merupakan salah satu faktor yang mendukung kehidupan selain air.
Temuan metana ini bukan yang pertama kali dan tingkat temuan terakhir ini menunjukkan pola fluktasi metana.
Dalam dua bulan pengukuran terakhir, Curiosity telah menemukan tingkat metana meningkat dan menurun. Dalam 60 hari terakhir, rata-rata tingkat metana menunjukkan peningkatan 10 kali lipat. Sayangnya, gas ini dengan cepat menghilang. Penyebab lenyapnya gas ini masih belum dikuak peneliti.
Temuan tingkat metana terakhir lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Namun, temuan ini masih tinggi dibanding November tahun lalu, yang mencapai 5,5 bagian per miliar. Hanya berjarak dua pekan saja, metana diukur kembali dan ditemukan tingkat 7 bagian per miliar.
Selanjutnya, pada pengukuran lain, beberapa pekan setelahnya, muncul 9 bagian per miliar. Dan enam pekan berselang, tingkat metana kembali anjlok ke tingkat rendah.
Lonjakan itu mengejutkan peneliti. Sebab, menurut penulis utama studi ini, Christopher Webster, ilmuwan tadinya berharap metana di Mars bisa punya masa hidup sekitar 300 tahun, jauh lebih lama dari gas yang terjebak di kawah Gale.
Ilmuwan berspekulasi peningkatan sesaat itu bisa saja dipengaruhi oleh gas metana yang liar di sekitar Curiosity. Makanya, sangat peka di sekitar kendaraan penjelajah sebelum menghilang lagi.
"Mengingat cara perilaku metana itu, kami yakin ini adalah lebih kecil (jumlahnya). Sumber yang lebih dekat lebih memungkinkan daripada sumber yang lebih besar serta sumber yang lebih jauh," jelas Webster dalam hasil studi yang dipublikasikan di Jurnal Science.
Kemungkinan jumlah gas metana yang sedikit dan fluktuatif itu tentu mengecewakan ilmuwan. Sebab, jika hipotesa gas metana memang benar sedikit, tentu akan melemahkan potensi kehidupan di planet ini. Namun demikian, terbatasnya temuan metana tak membuat misi pencarian tanda kehidupan berakhir. Peneliti yakin masih ada peluang lain.
Sementara ilmuwan proyek Curiosity dari California Institute of technology, AS, John Grotzinger, bertekad akan menguak teka teki temuan terbaru itu.
"Bisakah kita belajar lebih banyak tentang kimia aktif yang menyebabkan fluktuasi jumlah metana di atmosfer? Atau mungkinkan kita memilih target bebatuan yang dapat diidentifikasi organik yang diawetkan?" kata dia.
Sebelumnya, ilmuwan telah melihat fluktuasi tingkat metana di atmosfer Mars, dengan menggunakan pengorbit dan sarana pencarian planet. Peneliti di luar studi itu, menyebutkan data temuan baru Curiosity dapat membantu menciptakan model yang lebih baik dari atmosfer Mars.
Dengan temuan fluktuasi itu, Webster mengatakan bisa saja peneliti nanti mempersempit sumber asal metana, tapi mungkin tugas ini tak dilakukan Curiosity. Ilmuwan, menurutnya butuh beberapa alat baru di Mars yang mampu menyelidiki atmosfer tipis Mars.
Ia memperkirakan proses geologi mungkin yang bertanggungjawab atas rilis gas metana di Mars.
"Ini adalah kejutan besar bagi kami. Dan dari sini lah kami akan menulis bab studi selanjutnya," jelas dia.
Sementara studi lain yang dipublikaskan Jurnal Science juga menemukan sampel air, salah satu unsur pendukung kehidupan lain. Dengan memanfaatkan sampel tanah liat, ilmuwan telah mengukur hidrogen di atmosfer Mars sekitar 3 hingga 3,7 miliar tahun lalu.
0 komentar:
Posting Komentar