Bumi Dihujani Meteor Orionid pada 21 Oktober




Bulan Oktober ini akan diwarnai oleh dua fenomena alam. Satu fenomena Blood Moon dan hujan meteor Orionid.

Blood Moon akan berlangsung pada 8 Oktober nanti, dimana bulan akan tampak berwarna kemerahan saat gerhana matahari total. Setelah Bulan Merah ini, menyusul hujan meteor.

"Hujan meteor orionid tersebut akan terjadi pada tanggal 21 Oktober," ungkap Profesor Thomas Djamaluddin selaku Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan) kepada VIVAnews, Selasa 7 Oktober 2014.

Thomas melanjutkan, fenomena alam tersebut merupakan peristiwa tahunan yang sering terjadi pada akhir Oktober. Kata dia, hujan meteor orionid tersebut berasal dari gugusan komet halley yang melintasi bumi.

Diperkirakan ada sekitar 15 meteor per jam yang akan tampak di langit-langit malam. Perisitiwa tersebut, ungkap ahli astronomi itu, sudah mulai terlihat sejak pukul 22.00 WIB malam sampai subuh nanti.

"Tapi yang paling bagus untuk melihat hujan metor orionid itu adalah dini hari atau sekitar jam 12 malam hingga menjelang subuh," ungkap dia.

Ketika ditanya, apakah Indonesia bisa menikmati pertunjukkan alam tersebut, Thomas mengatakan di seluruh Indonesia bisa melihat fenomena tersebut.

"Asal kondisi langit malam waktu nanti dalam kondisi cerah. Kita bisa melihatnya tepat di atas kepala kita karena lokasi negara kita termasuk ada di belahan bumi bagian utara," jelasnya.


Siap-siap Lihat Gerhana, Hujan Meteor, dan Jupiter Oktober Ini

Sepanjang Oktober 2014 ini akan terjadi beberapa fenomena langka di langit, karena itu siapkan mata untuk memandang keindahan yang bakal menghiasi angkasa malam demi malamnya.

Dari gerhana bulan total hingga hujan meteor bisa disaksikan pada bulan ini. Tak cuma itu, keindahan planet-planet juga disuguhkan di langit. Beberapa di antaranya bahkan bisa dilihat dengan mata telanjang.

Astronom sekaligus Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin kepada Liputan6.com, Jumat (3/10/2014), mengatakan, beberapa fenomena langit yang bisa disaksikan sepanjang Oktober 2014, yakni: 

1. Gerhana Bulan Total

Pada gerhana bulan total ini, bulan akan terlihat kemerahan seperti berdarah. Ini karena bulan tertutup oleh bayangan bumi namun cahaya matahari terbiaskan hingga menimbulkan kesan kemerah-merahan.

Fenomena ini terjadi pada 8 Oktober 2014. Thomas mengatakan, gerhana bulan ini mulai terjadi pada pukul 16.15 WIB. Namun untuk wilayah Indonesia barat, seperti Jakarta, tak bisa melihat awal mula terjadinya gerhana lantaran bulan ketika itu belum terbit. 

Gerhana total baru terjadi pada pukul 17.25-18.24 WIB. Dan secara keseluruhan gerhana berakhir pada 19.34 WIB. Wilayah Indonesia barat baru bisa menyaksikan gerhana ini ketika gerhana total sudah terjadi. Namun untuk wilayah timur Indonesia dapat menyaksikan keseluruhan proses gerhana bulan total ini.

"Seluruh wilayah Indonesia bisa mengamatinya seperti mengamati purnama," kata Thomas.

2. Hujan Meteor Orionids

Hujan meteor ini bisa diamati dari Indonesia. Karena ketika puncak peristiwa ini terjadi pada 21 Oktober 2014, bulan tengah tua alias tak purnama. 

Akan ada 15 meteor yang jatuh per jamnya. Bentuknya seperti atraksi bintang jatuh. Thomas memprediksi, beberapa di antara meteor itu ada yang berukuran cukup besar.

3. Hujan Meteor Draconids

Berbeda dengan Orionids, hujan meteor draconids puncaknya terjadi pada 7 Oktober 2014. Hujan meteor draconids ini merupakan hujan meteor di langit utara.

Namun Thomas mengatakan, fenomena ini bakal sulit diamati dari Indonesia. Karena hujan meteor ini termasuk kecil skalanya. Ditambah lagi pada 8 Oktober terjadi purnama. Jadi luncuran meteor bakal terhalang oleh cahaya bulan yang terang benderang. 

"Hujan meteor dikalahkan cahaya bulan," ujar Thomas.

4. Jupiter dan Mars Terang Benderang

Bulan ini, beberapa planet bisa dilihat dengan mata telanjang. Salah satunya Jupiter. Cahaya planet terbesar di tata surya ini sangat terang sekali.

Jupiter bisa dilihat mulai dari dini hari hingga subuh menjelang dari langit timur. "Kebetulan posisinya memungkinkan cahaya yang kuat. Posisinya hampir dekat dengan Matahari," papar Thomas.

Selain Jupiter, planet lain yang juga cukup terang pada bulan ini adalah Mars. Planet yang sering disebut kembaran Bumi ini bisa dilihat mulai pukul 22.00 WIB hingga subuh.

"Tergolong paling terang, ciri warnanya merah," ujar dia.

Saturnus juga tak mau kalah. Planet bercincin ini kondisinya cukup terang pada bulan ini. Meski begitu, Saturnus harus dilihat menggunakan bantuan teleskop agar cincinnya nampak. Jika tidak menggunakan teleskop, Saturnus hanya terlihat seperti titik cahaya bintang saja.

Sementara Planet Uranus tergolong redup penampakannya. Namun dia tetap bisa dilihat sepanjang malam meski harus menggunakan teleskop. 


Saksikan Supermoon dan Hujan Meteor Perseid Sepanjang Malam Ini



Dua fenomena langit menarik bakal bisa disaksikan Minggu (10/8/2014) malam ini, supermoon dan hujan meteor Perseid.

Supermoon adalah peristiwa ketika Bulan mencapai jarak terdekat dengan Bumi sehingga akan tampak lebih besar. Supermoon yang akan terjadi malam ini adalah supermoon kedua selama tahun 2014.

"Saat Supermoon nanti, Bulan akan mencapai jarak paling dekat. Biasanya 384.000 kilometer, nanti hanya 357.000 kilometer," ungkap astrofisikawan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin.

Dihubungi Kompas.com hari ini, Thomas juga mengatakan, Supermoon nanti malam akan sedikit lebih besar dari supermoon sebelumnya pada tahun 2014. "Karena jarak Bulan nanti adalah yang paling dekat sepanjang tahun 2014," katanya.

Menurut Thomas, saat supermoon nanti, Bulan akan tampak 10 persen lebih besar dari bulan purnama biasanya.

Ia mengatakan, perbedaan ukuran tersebut akan sulit disadari oleh pengamat awam yang tak menggunakan alat. Agar bisa membedakan, publik bisa memotret supermoon nanti malam dan membandingkannya dengan foto purnama biasa.

Thomas mengungkapkan, supermoon sebenarnya bukan istilah astronomi, namun astrologi. Astronomi lebih mengenal istilah Bulan perigee, yakni saat Bulan mencapai titik terdekat dengan Bumi. 

Bersamaan dengan supermoon nanti, akan ada hujan meteor Perseid. Hujan meteor ini terjadi ketika Bumi memasuki wilayah angkasa yang kaya debu sisa-sisa komet Swift-Tuttle. 

Sayang, dua fenomena itu tak bisa dinikmati secara optimal bersamaan. Supermoon justru bakal "menggagalkan" hujan meteor Perseid.

"Ketika langit gelap, kita bisa melihat puluhan hujan meteor Perseid setiap jamnya. Supermoon kali ini membuat langit terang sehingga jumlah meteor yang bisa disaksikan akan berkurang. Kita mungkin hanya bisa melihat beberapa," jelas Thomas.

Hujan meteor Perseid akan mencapai puncaknya pada 13 Agustus 2014. Nama hujan meteor ini diambil dari nama rasi Perseus. Saat hujan meteor terjadi, meteor akan tampak seolah-olah dari rasi Perseus.

Nantikan, Badai Meteor Terdahsyat di Tata Surya Bakal Terjadi Bulan Oktober



Badai meteor akan terjadi di planet Mars pada Oktober 2014 nanti. Puluhan hingga ratusan ribu meteor berpotensi menghujani planet tersebut per jamnya.

Fenomena badai meteor tersebut terkait dengan komet Siding Spring yang akan lewat sangat dekat dengan Mars. Debu-debu yang disemburkan komet tersebut dapat masuk atmosfer planet merah yang tipis dan terbakar sehingga menimbulkan hujan meteor.

"Evaluasi NASA terakhir, dia (komet Siding Spring) akan lewat sejarak 132.500 km dari pusat Mars," kata astronom amatir, Ma'rufin Sudibyo. 

Siding Spring akan mencapai jarak terdekat dengan Mars pada 19 Oktober 2014. Jarak antara Mars dan Siding Spring saat itu sepuluh kali lebih dekat dengan jarak terdekat yang pernah dicapai komet apa pun saat melintas dekat Bumi. 

Badai meteor yang akan terjadi di Mars nanti bakal sangat intensif, berpotensi menjadi yang terdahsyat di tata surya tahun ini.

"Estimasi terburuk, jumlah meteor yang memasuki atmosfer Mars bisa sampai 100 meteor/sentimeter persegi saat puncaknya. Kalau diterjemahkan lebih lanjut, itu bisa jadi puluhan atau bahkan ratusan ribu meteor/jam," ujar Ma'rufin.

Fenomena tersebut akan menjadi fenomena menarik yang bisa dilihat manusia lewat pantauan wahana antariksa Curiosity yang saat ini sedang menjalankan misi di Mars. Manusia tidak bisa mengamatinya secara langsung. 

Meski berpeluang menghadirkan fenomena langit menarik, lewatnya Siding Spring juga bisa memicu bencana bagi misi antariksa. Wahana-wahana antariksa yang kini mengorbit Mars terancam mengalami kerusakan karena semburan debu komet. 

Ma'rufin mengatakan, situasinya dapat seperti ketika manusia mengendarai sebuah mobil dan tiba-tiba disemprot pasir dan debu dari depan.

"Analogi yang lebih tepat sebenarnya kasus terkikisnya kulit Boeing 747 British Airways Flight 007 saat mereka tanpa sengaja masuk ke dalam debu letusan Galunggung," kata Ma'rufin.

Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) paling mengkhawatirkan kerusakan pada komponen elektronik wahana. Setiap kali debu meteor berbenturan dengan wahana, akan terpercik aliran listrik.

Untuk hal itu, NASA telah punya beberapa alternatif, di antaranya mematikan wahana untuk sementara. Namun, hingga saat ini belum ada keputusan apakah akan melakukannya.

Risiko paling besar adalah bila wahana terhantam debu komet berukuran besar. "Kalau kehantam debu komet seukuran kerikil, nah itu sudah 'wassalam'," ungkap Ma'rufin ketika dihubungiKompas.com, Senin (11/8/2014).

Komet Siding Spring adalah komet yang ditemukan pada 3 Januari 2013 oleh Robert H McNaught. Nama Siding Spring diambil dari nama observatorium yang dipakai untuk pengamatan, Siding Spring Observatory di Australia. Nama resmi komet tersebut adalah C/2013 A1.

Hujan atau badai meteor hingga saat ini diketahui hanya bisa terjadi di Bumi dan Mars. Planet merah mungkin membakar debu komet karena masih dianggap cukup tebal, sekitar 100 kilometer.

Hujan meteor tidak terjadi di Merkurius karena atmosfernya sangat tipis. Sementara itu, belum diketahui apakah hujan meteor bisa terjadi di Venus sebab atmosfer planet tersebut tidak transparan.

Puncak Hujan Meteor Perseid 12-13 Agustus



Hujan meteor Perseid terjadi 17 Juli-24 Agustus. Puncaknya adalah Selasa (12/8/2014) dan Rabu besok. Oleh karena terjadi bersamaan saat bulan purnama, jumlah meteor yang bisa diamati diperkirakan lebih sedikit dibandingkan dengan puncak hujan meteor Perseid tahun sebelumnya.

Ahli meteor Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat(NASA), Bill Cooke, mengatakan, titik puncak hujan meteor Perseid terjadi Rabu (13/8/2014) pukul 07.30 WIB. Karena terjadi pagi hari, hujan meteor di titik puncak itu sulit diamati dengan mata telanjang.

Namun, pengamat di Indonesia tetap bisa mengamati puncak hujan meteor Perseid menjelang dan sesaat sesudah mencapai titik puncak, Selasa-Kamis dini hari. Waktu terbaik mengamatinya adalah selepas tengah malam hingga menjelang fajar. Meteor akan terlihat muncul dari rasi Perseus, di arah timur laut.

Saat langit tak ada Bulan, meteor yang teramati pada puncak hujan meteor Perseid mencapai 100 meteor per jam. Namun, puncak hujan meteor Perseid kali ini terjadi bersamaan dengan bulan purnama dan Bulan berada di titik terdekatnya dengan Bumi pada Senin (11/8/2014), maka meteor yang teramati diperkirakan hanya 30-40 meteor per jam.

Menurut komunikator sains Joe Rao, untuk mengamati hujan meteor tak perlu alat bantu seperti teleskop atau binokuler, cukup mata telanjang. Pengamat hanya butuh langit gelap, jauh dari polusi cahaya kota, dan bersih dari partikel debu. Tempat pengamatan harus punya medan pandang bebas ke timur laut, tak terhalang gedung atau pohon.

Hujan meteor Perseid paling baik diamati di Bumi utara. Wilayah Indonesia yang terletak di khatulistiwa membuat hujan meteor tetap mudah diamati.

Meteor berasal dari sisa partikel komet atau hancuran asteroid. Pada hujan meteor Perseid, kata komunikator astronomi Geoff Gaherty, bahan baku meteor berasal dari sisa Komet 109P/Swift-Tuttle yang mengelilingi Matahari setiap 133 tahun sekali. Terakhir, komet ini mendekati Matahari pada 1992.

Saat mendekati Matahari, komet meninggalkan partikel sisa di bekas lintasannya. Setiap tahun, saat Bumi melewati bekas lintasan komet, partikel sisa itu akan masuk ke atmosfer Bumi, menekan dan memanaskan udara di sekitarnya hingga menimbulkan kilatan cahaya meteor.

Meteor memasuki atmosfer Bumi berkecepatan 59,5 kilometer per detik atau 214.365 km per jam. Suhu permukaan meteor mencapai 1.650 derajat celsius.

Partikel yang kecil membuat meteor terbakar di angkasa. Tidak akan ada yang jatuh ke Bumi.

Adakah Hujan Meteor seperti Perseid di Planet Selain Bumi?



Hujan meteor rutin terjadi di Bumi. Salah satunya adalah hujan meteor Perseid yang memuncak pada Selasa (12/8/2014) malam ini.

Namun, bagaimana dengan di planet selain Bumi? Apakah ada juga hujan meteor macam Perseid di sana?

Jawabannya, ada. Namun, menurut astronom amatir Ma'rufin Sudibyo, hingga saat ini manusia baru mengetahui bahwa, selain di Bumi, hujan meteor cuma bisa terjadi di Mars.

Ma'rufin mengatakan, hujan meteor masih bisa terjadi di Mars karena atmosfernya masih relatif tebal, yaitu 100.000 kilometer.

Bagaimana dengan Merkurius dan Venus atau planet-planet gas yang berjarak jauh dari Matahari seperti Jupiter dan Neptunus? Mungkinkah hujan meteor terjadi di sana?

Ma'rufin mengatakan, "Merkurius tampaknya tidak, atmosfernya terlalu tipis, tebalnya hanya sedikit lebih tebal dari atmosfer Bulan."

Sementara untuk Venus, manusia belum bisa memastikannya. Venus memang punya atmosfer, tetapi tidak tembus pandang sehingga manusia sulit menyelidikinya.

Untuk Jupiter, belum pasti. Hingga kini, manusia tak punya orbiter pemantau di Jupiter. "Jadi enggak bisa kita ketahui," katanya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (12/8/2014).

Meskipun demikian, wahana Voyager 1 dan 2 serta Galileo pernah merekam adanya meteor yang melintas dalam atmosfer Jupiter. Ada pula bola api yang terekam di Jupiter.

Fenomena hujan meteor di luar Bumi akan terjadi pada 19 Oktober 2014 nanti, yakni di Mars.

Hujan meteor itu terjadi lantaran komet Siding Spring melintas dekat dengan planet merah. Debu-debunya akan masuk atmosfer Mars dan terbakar.

Dalam peristiwa hujan meteor itu, jumlah meteor yang jatuh bisa puluhan hingga ratusan ribu per jam. Fenomena itu lebih dikenal dengan badai meteor.

Badai meteor itu akan menjadi yang terdahsyat di Tata Surya tahun ini. Namun, badai meteor itu juga mengancam wahana antariksa yang mengorbit Mars.

Bosscha Abadikan Siding Spring, Komet Pemicu Hujan Meteor Dahsyat di Mars



Pada 20 Oktober 2014 nanti, sebuah komet dijadwalkan bakal melintas sangat dekat dengan planet Mars. Begitu dekatnya, debu-debu komet tersebut bakal tersembur ke atmosfer planet merah, berpotensi menimbulkan hujan meteor dahsyat.

Evan I Akbar dari Observatorium Bosscha berhasil memotret komet bernama C/2013 A1 atau Siding Spring tersebut. Evan memotret dengan bantuan teleskop Schmidt Bima Sakti yang terdapat di Observatorium Bosscha.

Dalam foto yang didapatkan lewat pengamatan pada Rabu (24/9/2014) itu, komet tampak terang dengan magnitudo +9,2. Ekor komet tampak jelas, menandakan komet aktif melepaskan gas dan debu. 

Evan mengunggah sejumlah foto hasil pengamatannya di lama Facebook-nya. Ada dua foto yang diunggah. Dalam satu foto, komet tampak jelas. Sedangkan di foto lain, komet tampak agak samar.

Siding Spring ditemukan pada 3 Januari 2013 oleh Robert H McNaught. Nama Siding Spring diambil dari nama observatorium yang dipakai untuk pengamatan, Siding Spring Observatory di Australia.

Pada 20 Oktober 2014 nanti, komet diperkirakan akan mendekati Mars, pada jarak hanya 135.000 kilometer dari inti planet itu. Komet tak akan menumbuk Mars namun gas dan debunya akan menyelubungi planet itu, berpotensi memicu hujan meteor dahsyat.

Benda serupa meteorit hampir tabrak penerjun payung





Norwegia  - Benda serupa meteorit kecil tampak hampir menabrak penerjun payung asal Norwegia saat beraksi di udara dalam video yang diunggah ke laman YouTube pekan ini.

Hal itu terungkap ketika si penerjun payung, Anders Helstrup, melihat rekaman adegan ketika dia terjun dari pesawat kecil ke dekat Rena, utara Oslo, tahun 2012.

Ia melihat gumpalan batu abu-abu mendesing hanya beberapa kaki di depannya, demikian laporan penyiar televisi NRK di Norwegia.

"Pertama yang melintas di pikiran saya bahwa itu ditempelkan ke parasut, tapi itu terlalu besar," katanya kepada NRK.

"Video itu menimbulkan sensasi di komunitas meterorit. Tampanya mereka yakin itu adalah meteorit, mungkin saya saja yang skeptis," katanya.

Kemustahilan yang mengejutkan dari pertemuan jarak dekat ini menjamin skeptisisme, tapi jika video itu tipuan, itu tipuan yang sangat bagus, kata Bill Cooke, dari Meteoroid Environment Office Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) diMarshall Space Flight Center, Huntsville, Alaska.

"Jika menghitung secara matematis, kemungkinan batu seberat satu kilogram melintas sekitar 30 kaki (9,1 meter) dari manusia di permukaan Bumi dalam 10 menit sekitar satu banding 500 miliar," kata Cooke kepada Space.com.
 
"Kau punya 1.000 kali peluang lebih besar untuk memenangi lotere Powerball," kata Cooke.

Menurut Cooke, benda itu terlihat seperti batu yang jatuh.

Ia mengatakan, meteorit akan terbakar dan pecah ketika melintasi atmosfer Bumi tapi menjadi sangat dingin ketika mendarat dan tampak seperti batu.

Selama ini perempuan asal Alabama bernama Elizabeth Hodges merupakan satu-satunya manusia yang tercatat pernah terluka oleh sebuah objek luar angkasa. 

Tahun 1954, meteor berukuran sebesar buah anggur jatuh menembus atap rumahnya lalu mengenai pinggulnya. 

Sejauh ini tidak ada satu orang pun yang menemukan meteorit yang berkaitan dengan insiden penerjun payung di Norwegia. Pencarian yang dilakukan di sekitar Rena juga belum memberikan petunjuk apapun, demikian laporan NRK.


NASA: Meteor Quadrantid akan Hujani Atmosfir Bumi



Para pengamat di bawah angkasa yang jernih atau tak berawan di Asia berpeluang menyaksikan hujan meteor yang pertama tahun ini.


Badan antariksa Amerika, NASA, mengatakan kepingan-kepingan sebuah asteroid yang telah mengorbit matahari selama ratusan tahun dapat menggembirakan para pengamat langit pekan ini.

Meteor-meteor Quadrantid akan terlihat sebagai bara-api yang melintas di angkasa ketika meteor tersebut memasuki atmosfir bumi dengan kecepatan 145 ribu kilometer per jam dan terbakar habis pada ketinggian 80 kilometer di atas permukaan planet ini.

Ini adalah hujan meteor yang pertama tahun ini, dan akan berlangsung hanya beberapa jam. Puncaknya adalah tanggal 3 Januari kira-kira pukul 14 waktu GMT.

NASA mengatakan setiap orang yang berada di atas atau di utara 51 derajad lintang selatan akan dapat menyaksikan meteor Quadrantid itu, dan ini mencakup sebagian besar wilayah dunia. 

Badan antariksa tadi menambahkan bahwa para pengamat di bawah angkasa yang jernih atau tak berawan di Asia mungkin akan mempunyai peluang untuk melihat jumlah paling besar meteor tersebut.


Sumber

Tumbukan Meteor Paling Dahsyat di Bulan Berhasil Diobservasi





KOMPAS.com — Ilmuwan menyatakan bahwa mereka berhasil mengobservasi tumbukan meteorit dahsyat yang kini dikatakan "paling dahsyat yang pernah disaksikan manusia".

Para astronom asal Spanyol menyaksikan sebuah meteor dengan massa setengah ton menumbuk Bulan pada September 2013.

Mereka mengatakan, tumbukan itu menghasilkan cahaya yang sangat terang. Saking terangnya, hingga bisa dilihat dari Bumi.

Peristiwa tumbukan meteor itu dilaporkan dalam jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society. Meteor yang telah sampai ke permukaan Bulan disebut meteorit.

"Ini adalah tumbukan paling terang dan besar yang pernah kami observasi di Bulan," kata Jose Madiedo, astronom dari University of Huelva, Spanyol.

Ledakan akibat tumbukan terobservasi dengan Moon Impacts Detection and Analysis System (Midas) pada teleskop di Spanyol pada 12 September 2013 pukul 03.04 WIB.

"Biasanya, tumbukan di Bulan (menghasilkan cahaya) hanya berdurasi singkat, cuma sepersekian detik," kata Madiedo seperti dikutip BBC, Senin (24/2/2014).

"Namun, tumbukan yang kami saksikan berlangsung lebih dari 8 detik. Ini hampir seterang Pole Star, membuatnya sebagai tumbukan paling terang yang berhasil direkam dari Bumi," imbuhnya.

Meteor yang menjadi sumber tumbukan diperkirakan memiliki massa 400 kg dan bergerak dengan kecepatan 61.000 km per jam.

Ilmuwan percaya, meteor yang memiliki diameter 0,6 - 1,4 meter itu melepaskan energi sebesar 15 ton TNT saat menumbuk Bulan.

Tumbukan itu mengalahkan rekor tumbukan terbesar sebelumnya pada Maret 2013 yang hanya sepertiganya serta diakibatkan oleh meteor bermassa 40 kg dan diameter 0,3-0,4 meter.

Madiedo dan rekannya percaya bahwa tumbukan pada September lalu mengakibatkan terbentuknya kawah berdiameter 40 meter.

Tumbukan meteor biasa terjadi di Bulan. Satelit Bumi itu tak memiliki atmosfer sehingga batu antariksa yang kecil saja bisa menumbuk permukaannya.

Lain halnya dengan Bumi yang mempunyai lapisan atmosfer, benda angkasa perlu mempunyai ukuran yang lebih besar agar mencapai permukaan Bumi.

Meteor Kembali Terekam di Rusia

MOSKOW--Sebuah meteor kembali meledak di Kota Murmansk, Rusia. Ledakan benda langit itu terekam salah seorang warga lokal akhir pekan lalu.

Bola api yang meninggalkan jejak biru terang terlihat seperti melesat di langit malam sekitar pukul 02:14 waktu setempat, sebelum akhirnya meledak. Tidak ada laporan kerusakan sejauh ini, namun benda langit itu sempat membuat miris masyarakat karena teringat peristiwa meteor Chelyabinsk Februari 2013 silam, menghancurkan ribuan jendela dan meninggalkan lebih dari 1.200 orang dengan cedera.

Menurut laman redorbit, sebuah laporan dari Rusia TV Isentr menyatakan bola api itu merupakan bagian dari hujan meteor Lyrid. Namun para ahli belum mengkonfirmasi atau menyangkal klaim tersebut. Selain juga belum ada lokasi yang pasti di mana sisa-sia meteor jatuh.

"Dalam salah satu video, penumpang mobil bisa melihat meteor itu seperti  kilat, " lapor Alan Boyle dari NBC News.
Kepala peneliti Pulkovo Astronomical Observatory Sergei Smirnov mengatakan, belum dapat menyimpulkan lintasan meteor tersebut. Namun diduga berada puluhan kilometer dari Bumi.
"Bola api tersebut meteor, bukan meteorit karena tidak sampai jatuh ke Bumi," ujarnya.


NASA: Meteor Quadrantid akan Hujani Atmosfir Bumi



Badan antariksa Amerika, NASA, mengatakan kepingan-kepingan sebuah asteroid yang telah mengorbit matahari selama ratusan tahun dapat menggembirakan para pengamat langit pekan ini.

Meteor-meteor Quadrantid akan terlihat sebagai bara-api yang melintas di angkasa ketika meteor tersebut memasuki atmosfir bumi dengan kecepatan 145 ribu kilometer per jam dan terbakar habis pada ketinggian 80 kilometer di atas permukaan planet ini.

Ini adalah hujan meteor yang pertama tahun ini, dan akan berlangsung hanya beberapa jam. Puncaknya adalah tanggal 3 Januari kira-kira pukul 14 waktu GMT.

NASA mengatakan setiap orang yang berada di atas atau di utara 51 derajad lintang selatan akan dapat menyaksikan meteor Quadrantid itu, dan ini mencakup sebagian besar wilayah dunia. 

Badan antariksa tadi menambahkan bahwa para pengamat di bawah angkasa yang jernih atau tak berawan di Asia mungkin akan mempunyai peluang untuk melihat jumlah paling besar meteor tersebut.

Meteorid di Antartika Bukti Kuat Ada Air di Mars



TRIBUNNEWS.COM, AMERIKA - Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), menemukan bukti yang menguatkan kemungkinan keberadaan air di Mars.
Bukti itu terdapat pada sebuah meteorit seberat 30 pound yang ditemukan di Yamato Glacier di Antartika. Meteorit yang berasal dari Mars itu memiliki lubang dan liang yang mungkin terbentuk oleh aliran air.
NASA mengatakan, penemuan meteorit ini "menghidupkan kembali debat di kalangan ilmuwan tentang kehidupan di Mars."
"Planet Mars mengungkap adanya sumber air aktif yang mungkin juga memiliki karbon dalam jumlah yang signifikan," kata Everett Gibson, ilmuwan Johnson Space Center NASA di Houston, seperti dikutip The Verge, Sabtu (1/3/2014).
Meteorit yang menjadi bukti keberadaan air di Mars itu sendiri berusia 1,3 miliar tahun dan dipercaya telah mendarat di Antartika 500.000 tahun lalu. Meteorit itu ditemukan tahun 2000.
Meteorit tersebut juga memiliki butiran karbon di antara lapisan batuan. Fenomena itu sama dengan meteorit yang ditemukan di Mesir pada tahun 1911. Masih jauh untuk mengatakan bahwa meteorit ini menjadi bukti adanya air dan kehidupan di Mars, namun ini bisa jadi penguat dugaan.
"Kita tak bisa menghilangkan kemungkinan kontaminasi pada meteorit. Namun, fitur itu menarik dan menunjukkan bahwa studi lanjut tentang meteorit ini bisa dilakukan," kata Lauren White dari Jet Propulsion Laboratory NASA.

Langit Indonesia Malam Ini Bakal Dihiasi Bola Api



KOMPAS.com — Langit Indonesia pada Jumat (13/12/2013) malam ini bakal dihiasi bola api. Bila cuaca cerah, warga Indonesia bisa melihat bola-bola api tersebut.

Bola api itu adalah wujud dari hujan meteor Geminid. Hujan meteor ini akan menjadi hujan meteor terakhir sepanjang tahun 2013.

Menurut situs astronomi Langitselatan.com, Rabu (11/12/2013), hujan meteor Geminid sebenarnya sudah berlangsung sejak 4 Desember 2013 lalu.

Namun, fenomena astronomi itu baru memuncak pada Jumat (13/12/2013) hingga Sabtu (14/12/2013) besok.

Selama hujan meteor Geminid berlangsung, sejumlah 120 meteor bisa disaksikan setiap jamnya. Meteor Geminid bergerak dengan kecepatan menengah, 35 km per detik, jadi mudah dikenali.

Asal mula meteor Geminid adalah dari asteroid 3200 Pantheon. Asteroid yang sudah "mati" itu meninggalkan debris batuan. 

Ketika Bumi melewati wilayah debris batuan, atmosfer Bumi akan membakar debris itu, memunculkan fenomena hujan meteor. 

Nama Geminid sendiri diambil dari nama rasi bintang Gemini, tempat meteor-meteor tersebut seolah-olah berasal.

Langitselatan.com menyarankan untuk mengamati hujan meteor Geminid pada dini hari. Petang hingga malam, akan ada cahaya Bulan yang bakal mengganggu pengamatan.

Namun, waktu petang hingga tengah malam bisa dimanfaatkan untuk mengamati benda langit lain, seperti Venus yang terbenam pukul 20.36 WIB dan Jupiter yang terbit pukul 19.49 WIB.

Sekali lagi, hujan meteor dan benda langit itu hanya bisa terlihat bila cuaca cerah. Cari tempat lapang dan gelap untuk mengamatinya.

Serpihan Meteor Jatuh di Tiga Wilayah di Russia



 Jumat, 15 Februari 2013 17:04 WIB


TRIBUNNEWS.COM, MOSCOW -Kementerian Darurat Russia, mengatakan serpihan meteor yang masuk ke atmosfer bumi pada hari ini, Jumat (15/2/2013), jatuh di tiga wilayah di Russia, dan di negara tetangga Kazakhstan.

Namun mereka tidak merinci ke tiga wilayah tersebut, namun warga yang tinggal di wilayah Chelyabinsk, Yekaterinburg, mengaku melihat serpihan batu meteor jatuh di wilayah mereka.

Saat ini sekitar 20 ribu pekerja tanggapdarurat telah dimobilisasi untuk membantu warga, sementara dilaporkan 400 orang dilarikan ke rumah sakit, dimana tiga diantaranya dalam kondisi serius. Sebagian besar mereka menderita luka-luka akibat pecahan kaca bangunan.

Dilaporkan tingkat radiasi saat ini terpantau masih dalam ambang batas normal, dan tidak ada satupun fasilitas nuklir yang dilaporkan mengalami kerusakan. 

Berdasarkan laporan, meteor itu jatuh kurang dari satu hari sebelum asteroid 2.012 DA14melintas dalam jarak yang cukup dekat dengan bumi sekitar 28.000 kilometer. Namun belum diketahui keterkaitan diantara dua asteroid tersebut. (Rianovosti)

Sudah 590 Orang Jadi Korban Meteor Di Rusia




 Jumat, 15 Februari 2013 21:48 WIB
TRIBUNNEWS.COM, RUSIA--Meteor yang meledak di atas langit Kota Chelyabinsk, di wilayah Ural, bagian tengah Rusia, Jumat (15/2/2013) pagi tadi diperkirakan seberat 10 ton hingga 11 ton.
Akademi Sains Rusia, dalam pernyataan resminya, juga menyatakan, meteor tersebut melesat dengan kecepatan supersonik hingga 54.000 kilometer perjam. Kemudian, saat berada di ketinggian 30-50 kilometer di atas permukaan tanah, meteor tersebut meledak.
Ledakannya yang kuat hingga memporak-porandakan daerah di bawahnya. Laporan terakhir, tak kurang dari 500 orang luka-luka dan tiga kritis. Umumnya, mereka terluka terkena pecahan kaca bangunan akibat getaran yang sangat kuat. Data terakhir, total korban mencapai 590 orang sepeti dikutip Russia Today oleh Kompas.com
Pemerintah Rusia langsung mengerahkan 20.000 petugas tanggap bencana dan 3 helikopter untuk menyisir korban peristiwa tersebut.
Diperkirakan terdapat pecahan meteor yang jatuh sampai ke permukaan Bumi. Juru bicara militer Rusia Yarslavl Roshuokin mengatakan ditemukan kawah bekas tumbukan meteor berdiameter 6 meter di dekat sebuah danau di daerah Cherbakul.
Selain itu, sebuah pecahan meteor juga diperkirakan jatuh di pabrik seng yang porak poranda bagian atapnya karena gelombang kejut saat ledakan terjadi. Atap pabrik seluas 600 meter persegi ambruk.
Meteor meledak sekitar pukul 09.20 waktu setempat di saat penduduk mulai beraktivitas. Beberapa orang sempat merekam detik-detik menjelang ledakan dan mengunggahnya di YouTube.
Saat meteor meledak, dilaporkan sempat terjadi perubahan suhu di sekitar lokasi dari -6 derajat menjadi -18 derajat Celcius dan gelap beberapa saat. Ledakan juga sempat memutus layanan telekomunikasi.

Serpihan Meteor Russia Jatuh ke Danau



 Jumat, 15 Februari 2013 17:42 WIB


TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Salah satu serpihan meteor yang jatuh di wilayah Russia, pada Jumat (14/2/2013), menurut Pemerintah Russia jatuh di sebuah danau di wilayah Chelyabins.

"Meteorit yang melewati wilayah Chelyabinsk jatuh ke dalam danau yang terletak sekitar 1 kilometer dari kota Chebarkul," kata Gubernur Chelyabinsk, Mikhail Yurevich, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Ria Novosti.

Lembaga antariksa Rusia, Roscosmos mengatakan meteor itu terbang rendah sekitar 30 kilometer per detik.

Selain di wilayah Russia, pecahan meteor itu juga jatuh di wilayah Kazakhstan. Pemerintah Kazakhstan mengatakan pihaknya tengah mencari dua benda yang tidak dikenal yang jatuh di Provinsi Aktobe.

Dilaporkan serpihan meteor sejauh ini terpantau jatuh di wilayah Chelyabinsk, Tyumen, Kurgan dan Sverdlovsk, di tahan Russia, serta di utara Kazakhstan.

Sementara itu dilaporkan sejumlah bangunan di wilayah Chelyabinsk rusak akibat kepingan meteor. Sebagian atap dan dinding di sebuah pabrik seng dilaporkan rubuh.

Walau demikian pabrik tetap beroperasi, meskipun dengan kerusakan seperti itu.

Universitas Negeri Ural Selatan juga telah membatalkan kegiatan belajar mengajar, selama dua hari kedepan akibat sejumlah kerusakan di bangunan kampus mereka akibat serpihan meteor.

"Atap tidak runtuh, tapi kerusakan cukup signifikan. Beberapa jendela rusak," kata seorang juru bicara universitas.

Dilaporkan juga selusin sekolah dan tiga rumah sakit, mengalami kerusakan serupa.(rianovosti)

Meteor Meledak di Rusia, 150 Orang Terluka




Jumat, 15 Februari 2013 16:23 WIB
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW--Sebuah meteor meledak di langit di Rusia, Jumat (15/2/2013) pagi dan mengirim bola api ke segala penjuru. Dalam kejadian itu, dikabarkan sedikitnya 150 orang.
Menurut pemberitaan Reuters.com, pecahan meteor dilaporkan jatuh di kota Chelyabinsk. Penduduk sekitar melihat cahaya terang yang diikuti oleh ledakan keras, dan goncangan yang hebat. Kota Chelyabinsk merupakan kota industri yang berada sekitar 1500 kilometer timur Moskow.
Sebuah bangunan pabrik seng di Chelyabinsk dilaporkan hancur akibat meteor itu, namun menurut juru bicara pabrik itu tidak meninggalkan ancaman lingkungan.
Meteor itu sempat terlihat melintasi cakrawala, meninggalkan jejak panjang asap berwarna putih di belakangnya yang bisa dilihat sejauh 200 km di Yekaterinburg. Disana meteor mengakibatkan pecahnya kaca bangunan, dan menyalakan alarm mobil, serta ponsel.
"Saya sedang mengendarai mobil saya ketika hendak pergi bekerja, dan itu sekitar dini hari langit masih gelap, tetapi tiba-tiba menjadi terang, seolah-olah matahari sudah tiba," kata Viktor Prokofiev (36).
Tidak ada korban tewas yang dilaporkan namun Presiden Vladimir Putin, dan Perdana Menteri Dmitry Medvedev telah dilaporkan atas insiden tersebut.
Kementerian Darurat Russia mengatakan 150 orang telah terluka dalam insiden itu, sebagian besar diakibatkan oleh pecahan kaca.
Saat berita ini diturunkan belum diketahui jenis meteor itu, namun dikaitkan dengan meteor 2012 DA14, yang memiliki ukuran seperti kolam renang olimpiade yang dikabarkan melintas dekat bumi pada jarak 27.520 km (17.100 mil), di hari Kamis.
Kementerian Darurat menggambarkan peristiwa yang terjadi di hari Jumat sebagai hujan meteor dalam bentuk bola api dan mengatakan tingkat radiasi saat ini masih terbilang normal, dan mendesak warga untuk tidak panik.
Pemerintah kota Chelyabinsk mendesak warganya untuk tetap tinggal di dalam rumah mereka kecuali mereka ingin menjemput anak mereka dari sekolah-sekolah. Mereka mengatakan ledakan telah didengar pada ketinggian 10.000 meter, dimana diperkirakan ketika meteor coba memasuki atmosfir bumi. (reuters)

Meteor Jatuh di Russia, Penduduk Chelyabinsk Panik



Jumat, 15 Februari 2013 16:43 WIB

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Penduduk kota Chelyabinsk, Russia menjadi panik, ketika serpihan meteor tiba-tiba jatuh di lingkungan mereka, Jumat (15/2/2013).

"Terjadi kepanikan. Orang tidak tahu apa yang barusan saja terjadi. Semua oranglangsung mengelilingi rumah mereka untuk memeriksa apakah mereka dan rumah mereka baik-baik saja," kata SergeyHametov, seorang penduduk Chelyabinsk,seperti dikutip dari Foxnews.com.

Ia mengaku sempat melihat cahaya terang di angkasa sebelum mendengar suara gemuruh yang keras. "Kami melihatseperti ledakan besar cahaya kemudian kami pergi keluar untuk melihat apa itu,dan kami mendengar suara gemuruhsangat keras," katanya.

Kementerian Darurat Russia mengatakan dalam sebuah pernyataan, serpihan meteor telah jatuh di kota Chelyabinsk.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri,Vadim Kolesnikov mengatakan lebih dari400 orang terluka dalam insiden itu, dan setidaknya tiga dirawat di rumah sakit dalam kondisi serius. Banyak dari mereka menderita luka akibat pecahan kaca. 

Berdasarkan laporan, meteor itu jatuh kurang dari satu hari sebelum asteroid 2.012 DA14melintas dalam jarak yang cukup dekat dengan bumi sekitar 28.000 kilometer. Namun belum diketahui keterkaitan diantara dua asteroid tersebut. (foxnews.com)



Ini Gambar Meteor Jatuh di Rusia Dibidik dari Kamera Satelit Meteosat




Senin, 18 Februari 2013 16:03 WIB
TRIBUNNEWS.COM, RUSIA
Beberapa foto telah menggambarkan ledakan meteor Rusia pada Jumat (15/2/2012) lalu dari Bumi.
Satelit Meteosat 9 dan Meteosat 10 milik European Organisation for the Exploitation of Meteorological Satellite (Eumetsat) menyuguhkan potret meteor tersebut dari antariksa.
Meteor yang meledak di Rusia sejatinya merupakan asteroid. Terkonfirmasi, asteroid ini berbeda dengan asteroid 2012 DA14 yang lewat di atas wilayah Indonesia pada Sabtu (16/2/2013) dini hari. Saat memasuki atmosfer Bumi, asteroid pecah, membentuk bola terang disebut bollide.
Meteosat mengambil gambar meteor yang meledak di Rusia berbasis inframerah. Citra diambil pada Jumat lalu pukul 03.15 UTC atau sekitar pukul 10.15 WIB. Foto menggambarkan meteor saat memasuki atmosfer Bumi.
Sementara satelit geostasioner Meteosat 10 menunjukkan meteor sedang bergerak di angkasa. Tampak jelas ekor meteor tersebut. Dibandingkan citra Meteosat 9, citra Meteosat 10 kurang jelas. Sebab, Meteosat 9 mengambil persis di atas meteor tersebut.
Sangat Langka
Meteosat sejatinya bukan satelit untuk mengamati meteor. Jadi, sangat langka satelit tersebut bisa menangkap citra meteor. Selain membantu mencitrakan, Meteosat juga membantu menentukan massa dan ukuran asteroid penyebab ledakan meteor itu.
Informasi terbaru menunjukkan, meteor yang meledak di Rusia lebih besar dari perkiraan. Massa asteroid sekitar 10.000 ton dengan diameter sekitar 17 meter. Energi ledakan meteor sebesar 500 kiloton TNT atau 25 kali bom nuklir Hiroshima. (Yunanto Wiji Utomo/Sumber :Discovery,Gizmodo)

Flag Country

free counters