WASHINGTON DC—Ilmuwan-ilmuwan ruang angkasa Eropa harus segera memutuskan apakah akan berupaya melakukan pendaratan pesawat ruang angkasa di sebuah komet untuk pertama kalinya.
Setelah melakukan penerbangan selama sepuluh tahun – pesawat ruang angkasa berbobot 100 kilogram itu yang dilengkapi dengan kamera dan instrumen-instrumen ilmiah, bersiap-siap melakukan operasi yang bisa berbahaya, tetapi jika berhasil bisa memberi petunjuk baru tentang asal usul sistem tata surya kita.
Pesawat pendarat Rosetta – yang bernama Philae – menghadapi sejumlah kendala, termasuk fakta bahwa komet “Churyumov-Gerasimenko”berada lebih dari 450 juta kilometer dari bumi. Ketika Rosetta untuk pertama kalinya mengirim foto-foto komet dari jarak dekat bulan Agustus lalu – setelah melakukan perjalanan selama hampir sepuluh tahun – para ilmuwan melihat bongkahan batu dan es, kata Direktur Penerbangan Andrea Accomazzo.
“Permukaan komet itu sangat kasar, dan tidak berbentuk. Kami telah melihat semua foto yang dikirimnya. Jika pesawat pendarat itu menyentuh sebuah batu besar – misalnya – atau mendarat di sebuah lereng berukuran dua atau tiga meter, pesawat pendarat itu bisa terguling. Ini sesuatu yang tidak bisa kita kontrol. Kita perlu nasib baik karena resikonya begitu besar,” papar Andrea.
Komet Churyumov-Gerasimenko yang berjarak 450 juta kilometer dari planet bumi (foto: dok).
Komet merupakan obyek antariksa yang sangat menarik karena merupakan sisa-sisa pembentukan planet pada tahap awal. Karena sebagian besar komet terdiri dari es, para ilmuwan mengatakan sangat mungkin komet membawa air ke bumi – bahkan benih-benih kehidupan.Data dari permukaan komet itu akan merupakan tambahan informasi menarik atas apa yang sudah diamati para ilmuwan dari jarak dekat, ujar Paolo Ferri – kepala misi operasi Badan Ruang Angkasa Eropa.
“Kita tidak mau hanya melakukan pengukuran, memotret, mengukur gas dan debu dari jarak jauh. Kita ingin sampai di permukaan dan mengatakan kepada Rosetta : inilah tampilan sesungguhnya. Ini merupakan hasil ilmiah yang luar biasa,” jelas Ferri.
Jika berhasil melakukan pendaratan, pesawat ruang angkasa Philae akan memulai sembilan percobaan ilmiah untuk mengetahui komposisi organik dan non-organik komet tersebut.
Harald Krueger, kepala tim penyelidik eksperimen yang akan mengetahui struktur internal komet lewat gelombang suara, menjelaskan, “Alat ini memancarkan gelombang akustik lewat satu kaki dan gelombang itu bisa dideteksi pantulannya lewat kaki lainnya. Dengan begitu kita bisa mengetahui susunan bahan-bahan yang terdapat dalam inti komet itu”.
Para ilmuwan memperkirakan prosedur pendaratan akan memakan waktu sekitar tujuh jam, dan selama itu Philae bisa mengirim data ilmiah dan foto-foto yang lebih tajam ke bumi.
0 komentar:
Posting Komentar