Lubang Hitam Monster Ditemukan di Galaksi Kerdil Tetangga Bimasakti





Astronom baru saja menemukan lubang hitam supermasif di salah satu galaksi terkecil di alam semesta yang masih tetangga Bimasakti.


Lubang hitam yang terdapat di galaksi kerdil itu memiliki bermassa 21 kali Matahari. Temuan lubang itu membuat astronom beranggapan bahwa lubang hitam supermasif di galaksi kerdil sebenarnya umum.


Sebelumnya, astronom hanya memastikan bahwa setiap galaksi besar memiliki lubang hitam yang masif. Lubang hitam itu eksis sejak "masa kanak-kanak" alam semesta, kurang lebih 800 juta tahun setelah Big Bang (13,8 miliar tahun lalu).


Tentang ada tidaknya lubang hitam di galaksi kerdil, astronom sebelumnya masih bertanya-tanya.


"Galaksi kerdil merujuk pada galaksi yang kecerlangannya tak sampai seperlima kecerlangan Bimasakti," kata Ani Seth, astronom dari University of Utah. Galaksi ini cuma berdiameter ratusan hingga ribuan tahun cahaya. Bimasakti berdiameter 100.000 tahun cahaya.


Hingga kemudian, Seth menginvestigasi galaksi yang disebut galaksi supermampat. Galaksi itu begitu padat bintang. "Ini ditemukan di kluster galaksi primer, bisa disebut kota di alam semesta," katanya seperti dikutip Space.com, Rabu (17/9/2014).


Galaksi yang diinvestigasi bernama M60-UCD01, sebuah galaksi supermampat paling terang yang diketahui saat ini.


Galaksi tersebut terletak pada jarak 54 juta tahun cahaya dari Bumi. Galaksi kerdil ini mengorbit galaksi besar yang letaknya dekat dengan Bimasakti, M60. Jarak M60-UCD01 dengan M60 sekitar 22.000 tahun cahaya.


Investigasi dilakukan dengan teleskop inframerah dan optik Gemini North berukuran 8 meter di Mauna Kea, Hawaii. 


Seth memperkirakan ukuran lubang hitam di M60-UCD01 dengan melihat gerakan bintang yang terdapat di galaksi itu. Dengan cara ini, ilmuwan bisa mengetahui massa yang dibutuhkan untuk menghasilkan medan gravitasi yang mampu menarik bintang-bintang di galaksi itu.


Lubang hitam supermasif di Bimasakti memiliki massa 4 juta lebih besar dari Matahari atau 0,01 persen dari massa Bimasakti (50 miliar kali Matahari).


Sementara itu, lewat investigasi, ditemukan bahwa lubang hitam di M60-UCD01 berukuran lima kali lebih besar dari lubang hitam Bimasakti. Massa lubang hitam di M60-UCD01 juga lebih besar, 140 juta kali Matahari, atau 15 persen dari massa galaksi induknya.


"Ini luar biasa, mengingat Bimasakti 500 kali lebih besar dan 1.000 kali lebih berat daripada galaksi kerdil M60-UCD01," kata Seth.


Astronom bingung. Bagaimana bisa sebuah galaksi kerdil punya lubang hitam begitu masif. Astronom memperkirakan, awalnya M60-UCD01 adalah sebuah galaksi besar. Namun, seiring pergerakannya, galaksi ini bertabrakan dengan M60. Saat itu, bagian tepi galaksi M60-UCD01 bergabung dengan M60, hanya tersisa bagian intinya.

Bimasakti Bakal Jadi Korban Kanibalisme Galaksi 5 Miliar Tahun Lagi



Bimasakti akan menjadi korban dari kanibalisme galaksi. Galaksi kita akan dimakan oleh galaksi tetangga, Andromeda, 5 miliar tahun lagi. 


Itu terungkap dalam studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society pada Jumat (19/9/2014).


Astronom mempelajari lebih dari 22.000 galaksi. Mereka menganalisis faktor-faktor yang menentukan pertumbuhannya.


Lewat studi itu, astronom menemukan bahwa galaksi-galaksi kecil lebih efektif dalam menghasilkan bintang baru. Mereka tumbuh dengan cara itu.


Sebaliknya, galaksi-galaksi besar lambat dalam menghasilkan bintang. Mereka tumbuh dengan memakan galaksi-galaksi kecil.


"Semua galaksi bermula dari ukuran kecil, tumbuh dengan mengumpulkan gas dan mengubahnya menjadi bintang," kata Aaron Robotham dari University of Western Australia.


"Kemudian pada akhirnya mereka akan dimakan oleh galaksi yang lebih besar," imbuhnya seperti dikutip IBTimes, Sabtu (20/9/2014).


Robotham yang menjadi penulis utama dalam studi ini mengatakan, Bimasakti dalam waktu 4 miliar tahun mendatang akan tumbuh lebih besar.


Pasalnya, galaksi kita akan memakan Awan Magellan Besar dan Awan Magellan Kecil, galaksi tetangga yang berukuran lebih kecil.


Namun, tumbuh besarnya Bimasakti cuma sementara. Sekitar 5 miliar tahun lagi, Bimasakti bakal musnah dimakan Andromeda.


"Secara teknis, Andromeda akan memakan kita karena lebih masif," kata Robotham yang menjadi peneliti di International Centre for Radio Astronomy Research.


Galaksi besar bisa memakan galaksi kecil karena mampu menghasilkan gravitasi yang lebih besar untuk menarik. 


Gravitasi bakal mengonsolidasi galaksi-galaksi yang tersebar dalam beberapa grup atau kluster menjadi hanya beberapa galaksi-galaksi besar.


Studi ini dilakukan dengan menganalisis data yang dihasilkan lewat pengamatan dengan Anglo-Australian Telescope di New South Wales dan survei Galaxy And Mass Assembly.

Astronom Menduga Alien Ada di Galaksi Bimasakti

TEXAS--Para ilmuwan astronomi sejak lama memburu planet-planet yang mampu mendukung kehidupan. Salah satu syarat kondisi itu adalah keadaan ideal planet dari bintang induknya dan juga tersedianya air.

Dalam pencarian planet-planet di galaksi lain, para ilmuwan mulai beralih ke galaksi Bimasakti. Dengan jutaan planet yang ada di galaksi Bimasakti terbuka kemungkinan masing-masing dipenuhi dengan bentuk-bentuk kehidupan yang kompleks.

"Di satu sisi, tampaknya sangat tidak mungkin kita sendirian. Namun pertemuan dengan bentuk (alien) tersebut mungkin tidak dalam waktu dekat ini," kata Louis Irwin, profesor emeritus di University of Texas di El Paso, seperti dimuat rt, (1/6).

Tim peneliti tiba pada kesimpulan itu setelah memeriksa lebih dari 1.000 eksoplanet terkait karakteristik tertentu seperti usia, komposisi kimia, kepadatan, suhu dan jarak dari bintang induknya.

Dari informasi yang tersedia, peneliti membuat ukuran "indeks kompleksitas biologis" (BCI) yang berkisar antara 0 - 1,0. Agka indeks ditentukan oleh jumlah dan tingkat karakteristik penting untuk mendukung berbagai bentuk kehidupan multisel.

"Planet dengan nilai BCI tertinggi cenderung lebih besar, lebih hangat , dan lebih tua dari Bumi," tambah Irwin.

Ada sekitar 10 miliar bintang di Bimasakti, dan rata-rata bintang memiliki planet, yang berarti ada sekitar 100 juta planet kemungkinan memiliki beberapa bentuk kehidupan yang kompleks.

Hambatan utama bagi para astronom dalam membuktikan teori mereka adalah jarak yang jauh antara bumi dan tata surya berikutnya . Yang paling dekat adalah sistem Gliese 581, berjarak 20 tahun cahaya. Satu tahun cahaya adalah jarak yang diperlukan seberkas cahaya berjalan dalam satu tahun.

Lubang Hitam Akan Telan Awan Gas Bima Sakti




Para astronom dunia sedang menantikan sebuah kejadian besar di antariksa pada Mei-Juni 2014. Mereka akan mengamati kumpulan awan gas besar yang akan "dilahap" oleh lubang hitam atau black hole di pusat galaksi Bima Sakti.

Dosen Astronomi Institut Teknologi Bandung, Ferry M. Simatupang, mengatakan galaksi Bima Sakti--tempat bumi bernaung--berisi gas, bintang-bintang, dan planet-planet. Saat ini teramati ada awan gas yang sedang jatuh ke pusat galaksi.

"Bagi astronom, ini adalah kejadian besar," kata Ferry kepadaTempo, Selasa, 8 April 2014.

Awan gas yang besar itu tersedot karena gaya tarik atau gravitasi lubang hitam galaksi. "Kemungkinan karena jalur orbitnya dekat dengan black hole," katanya.

Benda antariksa lain, termasuk gas dan galaksi kecil yang orbitnya tak dekat dengan lubang hitam, juga akan ikut tertarik dan bergabung dalam gugusan galaksi Bima Sakti.

Tersedotnya gas ke lubang hitam galaksi itu, kata Ferry, akan menciptakan radiasi sinar X. Radiasi itu merupakan hasil gesekan gas dengan piringan yang mengitari lubang hitam galaksi. Kejadian itu akan terlihat terang dengan teleskop luar angkasa.

Menurut Ferry, radiasi sinar X itu tidak akan membahayakan penduduk bumi. Alasannya, lokasi kejadiannya berjarak sangat jauh dari bumi. Jarak bumi dengan pusat galaksi Bima Sakti mencapai 300 ribu tahun cahaya. "Lagi pula sinar X tidak menembus bumi," ujar dosen yang sedang menempuh studi doktoral itu.


Milyaran Planet Mirip Bumi Ada di Bima Sakti



Ini berarti ada paling sedikit 8,8 milyar bintang yang mempunyai planet sebesar Bumi dalam zona suhu yang dapat dihuni.

Para pakar mengatakan ada milyaran planet yang mirip Bumi dalam galaksi Bima Sakti yang mengitari bintang-bintang seperti matahari.

Dengan menggunakan data yang dikumpulkan oleh observatorium antariksa Kepler NASA, para astronom sekarang menaksir bahwa kira-kira satu dalam setiap lima bintang yang mirip matahari mempunyai planet yang hampir sama besarnya dengan Bumi dan juga mempunyai suhu permukaan yang memungkinkan pengembangan mahluk-hidup. 

Ini berarti ada paling sedikit 8,8 milyar bintang yang mempunyai planet sebesar Bumi dalam zona suhu yang dapat dihuni.

Hasil penelitian itu dimuat Senin (4/11) dalam jurnal “Proceedings of the National Academy of Science.”

Misi Kepler tidak sampai memberi rincian penting dalam pencarian makhluk hidup pada planet-planet lain, seperti apakah planet-planet tersebut mempunyai atmosfer, oksigen atau air-cair untuk mendukung kehidupan.

Para ilmuwan mengatakan langkah berikut adalah untuk mencari atmosfir pada planet-planet tersebut dengan teleskop antariksa yang kuat yang belum pernah dilakukan.  Ini akan menghasilkan petunjuk lebih jauh mengenai apakah ada di antara planet tersebut yang dihuni mahluk hidup.


Inilah Bimasakti Rumah Besar Kita dalam Panorama 360 Derajat




KOMPAS.com — Bimasakti tampak bagai selendang berwarna, begitulah beberapa orang sering mengatakan. Namun, dalam panorama 360 derajat baru yang dihasilkan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Bimasakti tampak berbeda, jauh lebih detail.

Panorama 360 derajat Bimasakti tersebut dihasilkan lewat observasi selama 172 hari dengan teleskop Spitzer. Misi mencitrakan Bimasakti itu sendiri disebut Galactic Legacy Mid-Plane Survey Extraordinaire (GLIMPSE 360), berjalan selama 10 tahun.

NASA meluncurkan panorama 360 galaksi berbentuk spiral dan rumah besar manusia itu pada Kamis (20/3/2014) lalu. Tak seperti citra galaksi umumnya, panorama Bimasakti ini interaktif. Untuk menghasilkan panorama tersebut, NASA merangkai 2,5 juta foto hasil jepretan Spitzer. 

"Jika kita mencetaknya, kita membutuhkan billboard sebesar Rose Bowl Stadium (memiliki luas sekitar 4 hektar) untuk memajangnya," kata Robert Hurt, spesialis pengolahan citra di Spitzer Space Science Center.

"Dengan citra sebesar itu, mudah dimengerti bahwa satu posterfull-resolution memiliki kapasitas 30 MB sementara data kasarnya lebih besar, mencapai 8 file dengan kapasitas 6,4 GB," imbuhnya seperti dikutip IB Times, Sabtu (22/3/2014).

NASA menawarkan dua browser untuk menjelajahi Bimasakti.Browser pertama, Microsoft’s WorldWide Telescope, memetakan Bimasakti kala malam. Sementara itu, CDS Aladin Lite Viewer memungkinkan siapa pun menjelajahi tempat-tempat menarik di Bimasakti.

Spitzer mengobservasi Bimasakti dengan inframerah. Inframerah mampu menembus debu di antariksa sehingga bisa memberi gambaran baru tentang bentuk Bimasakti secara keseluruhan dan ujungnya. Panorama 360 Bimasakti bisa dilihat di tautan ini. 

Planet Layak Huni Ada di Bimasakti

PASADENA-- Para astronom memperkirakan dari 100 milliar bintang di galaksi Bimasakti memiliki planet potensial untuk dihuni. Dijelaskan, dengan menggunakan data dari teleskop Kepler milik NASA, mereka berpendapat satu dari lima bintang memiliki kesamaan dengan matahari yang memiliki planet seukuran Bumi. 
Planet-planet tersebut dikategorikan sebagai "potensial huni" karena memiliki zona atau jarak tertentu dengan matahari, sehingga suhu planet dapat menjaga air sebagai elemen kunci kehidupan dan tetap berada dalam bentuk cair di permukaan. Riset ini dipublikasikan secara rinci dalam jurnal PNAS.
"Ini berarti, ketika Anda melihat ribuan bintang di langit malam, bintang mirip Matahari yang berpotensi memiliki planet layak huni mungkin hanya berjarak 12 tahun cahaya dan bisa dilihat dengan mata telanjang," kata salah satu peneliti Erik Petigura, dari Universitas California, Berkeley seperti dilansir telegraph (5/11).
Belum jelas apakah ada kehidupan di planet-planet mirip Bumi tersebut. Yang pasti penemuan ini menunjukkan bahwa planet seperti Bumi merupakan jenis yang umum ditemui di Galaksi Bima Sakti.
Namun, sejumlah anggota peneliti mengatakan walaupun planet seukuran Bumi ditemukan di zona layak huni, tidak ada jaminan bahwa planet ini bisa mendukung kehidupan. "Beberapa mungkin memiliki atmosfir yang sangat tipis sehingga permukaan akan memiliki suhu panas. Molekul semacam DNA tidak akan bertahan," kata peneliti Geoff Marcy, profesor astronomi di Berkeley.
"Namun, sebagian mungkin memiliki permukaan yang pas untuk menampung air yang cocok untuk organisme," lanjutnya.
Diluncurkan pada 2009, teleskop Kepler memiliki misi untuk mencari planet mirip Bumi yang memiliki jarak orbit tertentu dengan Matahari. 
Kepler yang baru-baru ini dipensiunkan bekerja dengan mendeteksi variasi periodik pada kecerahan bintang. Pada Januari 2013, para astronom yang menggunakan data Kepler memperkirakan bahwa setidaknya ada 17 miliar planet seukuran Bumi di Galaksi Bima Sakti. Dan pada Juli lalu, sejumlah astronom mengumumkan penemuan planet berwarna biru tua yang mirip dengan Bumi. 

Ada Planet Alien Raksasa di Pusat Galaksi Kita




KOMPAS.com — Tim astronom menemukan planet alien raksasa berukuran empat kali Yupiter, planet terbesar di Tata Surya, di wilayah pusat galaksi Bimasakti yang sering disebut "Milky Way bulge". 

Planet alien itu ditemukan dengan metode yang disebutgravitational microlensing. Dengan metode itu, astronom memanfaatkan dua bintang yang terletak segaris dari sudut pandang Bumi serta menggunakan salah satunya sebagai lensa untuk memperbesar cahaya dari bintang yang jauh.

Dengan teknik tersebut, ditambah dengan adanya distorsi cahaya, astronom bisa menemukan planet-planet yang mengitari sebuah bintang, memperkirakan ukurannya, sekaligus jaraknya, apakah berada di zona yang tepat untuk mendukung kehidupan.

Planet alien di pusat Bimasakti yang ditemukan kali pertama ini masih disebut dengan kodenya, yakni MOA-2011-BLG-293Lb atau belum dinamai. Meski demikian, astronom berhasil menguak beberapa fakta tentangnya.

Astronom, seperti diberitakan Physorg, Kamis (17/10/2013), mengungkapkan bahwa planet itu berada di zona layak huni. Namun, manusia tak bisa berharap menghuninya sebab planet itu ternyata planet gas raksasa.

Temuan ini merupakan temuan planet alien pertama di zona layak huni di pusat Bimasakti. Planet ini berjarak sekitar 25.000 tahun cahaya dari Bumi. Sementara itu, jarak planet dari bintangnya adalah 164,5 juta kilometer. 

Penelitian yang membuahkan penemuan planet alien ini dipimpin oleh V Battista dari Departemen Astronomi di University of Ohio. Planet alien sendiri bukan dimaknai sebagai planet milik alien, melainkan planet yang letaknya di luar Tata Surya.

Peneliti Temukan Bintang Baru di Bima Sakti




Sekelompok bintang baru ditemukan di galaksi Bima Sakti. Menurut tim peneliti internasional, bintang-bintang ini diperkirakan merupakan sisa-sisa dari galaksi kecil tetangga dekat galaksi kita.


Kemungkinan besar, kelompok bintang-bintang ini ditarik oleh kekuatan gravitasi Bima Sakti sekitar 700 juta tahun yang lalu ke dalam Bima Sakti.
“Posisinya sangat dekat dengan Bumi kita,” kata Mary Williams, astrofisikawan dan ketua tim peneliti dari Astrophysical Institute Postdam (AIP) di Postdam, Jerman seperti dikutip dari Cosmosmagazine, 8 Februari 2011. “Meski dekat, kita sulit melihatnya.”

Williams dan timnya menemukan bintang-bintang yang disebut sebagai Aquarius stream  – karena dekat dengan konstelasi Aquarius – menggunakan pengukuran berbasis kecepatan radial dari bintang-bintang di kawasan Bima Sakti yang ditangkap oleh Radial Velocity Experiment (RAVE) milik teleskop Schmidt di New South Wales, Australia.
Penelitian RAVE sendiri mengukur kecepatan radial – seberapa cepat sebuah bintang bergerak mendekati atau menjauhi Bumi – dengan cara menganalisa perubahan spektrum yang dipancarkan oleh bintang tersebut dalam kurun waktu tertentu.
Menggunakan data yang ditemukan, Williams dan timnya mendapati bahwa sebuah kelompok yang terdiri dari 15 bintang di konstelasi Aquarius bergerak dengan cara yang jauh berbeda dengan bintang-bintang yang ada di sekitarnya.
“Selain itu, secara astronomi, bintang-bintang ini sangat muda, berusia 700 juta tahun bila dibandingkan dengan bintang-bintang lain di sekelilingnya yang sudah berusia miliaran tahun,” kata Williams. “Menemukan sisa-sisa galaksi yang tersedot seperti Aquarius stream ini semakin memperjelas apa yang sebelumnya hanya merupakan teori dan fakta sebenarnya.”
Seperti sudah dikabarkan sebelumnya, tabrakan Bima Sakti berikutnya dengan galaksi lain adalah dengan galaksi Andromeda, sekitar 3 miliar tahun mendatang.

Apa itu Bintang?



Bintang tersusun oleh beberapa gas, seperti gas hydrogen (H2) sekitar 94%,   helium (He) 5%, serta unsure lainnya 1%. Temperatur bintang bervariasi mulai dari  2273 C sampai 5273 C. Sebagian besar bintang bintang mempunyai massa antara  0,1 sampai 5 kali massa matahari. Sebagian besar bintang nampak sebagai bintang  ganda (sistem biner), dan system dengan tiga bintang. Akan tetapi system dua  bintang lebih banyak dibandingkan system tiga bintang. 

Bintang di angkasa banyak yang terlihat redup, dan tiba-tiba bertambah  menjadi terang dengan faktor ratusan hingga jutaan kali dalam beberapa jam.  Bintang semacam ini dinamakan bintang baru atau nova. Adakalanya suatu bintang  dapat meledak dan melepaskan material yang besar sehingga bintang tersebut  menjadi hancur. Ledakan bintang semacam ini dinamakan supernova. 

Seperti halnya benda-benda lain yang ada di alam, bintang juga dapat  mengalami siklus. Siklus bintang dimulai  dari lahirnya bintang, kemudian bintang memancarkan energi, selanjutnya bintang tersebut mengembang, dan kemudian suatu  saat meledak, bahkan mati. Banyak teori  yang menjelaskan mengenai kelahiran  bintang, namun yang sampai saat ini paling  banyak diterima oleh para ahli adalah  diawali dari proses pemampatan materi antar bintang yang sebagian besar berupa gas  hydrogen (H2).  

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka jarak bintang  sudah dapat ditentukan. Matahari, planet, satelit, komet, meteor, steroid, dan  asteroid, hanyalah satu dari jutaan bintang-bintang yang bergabung dalam kelompok  bintang yang disebut galaksi. Dengan demikian, galaksi merupakan kumpulan dari  bintang-bintang. Galaksi kita dengan matahari sebagai salah satu anggotanya
dinamakan galaksi bima sakti (Milky Way).


Galaksi bima sakti merupakan galaksi yang sangat besar, dengan diameter  sekitar 80.000 tahun cahaya (satu tahun cahaya = ± 9,46.1012 km). Galaksi bima sakti  merupakan system kumpulan bintang-bintang yang sekarang dikenal sebagai tipe  utama struktur alam semesta. Bintang-bintang yang menyusun galaksi bimasakti  berjumlah sekitar 100 milyar. Galaksi bima sakti berputar berlawanan arah dengan  jarum jam.   Galaksi bima sakti tersusun oleh atom-atom dan bintang-bintang, dengan  bintang terdekatnya adalah Alpha Centauri yang berada pada jarak sekitar 4,3 tahun  cahaya. Dalam galaksi bima sakti terdapat sekelompok kecil galaksi yang dikenal dengan nama kelompok local. Kelompok local ini Nampak bergerak dengan arah
gerakan yang acak.


Apabila bintang-bintang yang ada di angkasa Anda amati secara seksama,  maka Anda akan melihat kumpulan bintang-bintang yang menyerupai gambar atau  bentuk tertentu seperti binatang, manusia, atau benda lainnya. Manusia memberi  nama rasi bintang itu sesuai dengan bentuk yang dilihatnya. Beberapa rasi bintang  yang telah dikenal adalah rasi bintang  waluku karena bentuknya seperti waluku  (bajak), rasi bintang biduk  karena bentuknya seperti biduk, rasi bintang skorpio  karena bentuknya seperti skorpio (kalajengking), dan sebagainya. Rasi bintang yang  sampai sekarang masih dikenal dikemukakan oleh orang-orang Yunani kuno. Orang  Yunani kuno memberi nama rasi bintang  sesuai dengan nama para tokoh dalam dongeng yang mereka hayalkan, seperti Aquarius, Aries, Cancer, Capricornus,  Gemini, Leo, Libra, Pisces, Sagitarius, Skorpio, Taurus, dan Virgo.

Bintang-bintang yang oleh Anda terlihat seperti tetap susunannya, sebenarnya  susunannya berubah. Namun perubahan susunan bintang-bintang tersebut sangat  kecil untuk diamati. Pergerakan bintang-bintang hanya dapat dibandingkan posisinya  dalam waktu ribuan tahun dengan menggunakan teropong, sehingga pergeserannya  dapat diketahui dengan jelas. Di samping pergerakan tersebut, pergerakan bintangbintang   juga dapat di amati dalam arah radial, yaitu mendekati atau menjauhi  matahari. Pergerakan bintang-bintang mendekati atau menjauhi matahari ini dapat  membuktikan terjadinya rotasi pada galaksi.




Sejarah Terbentuknya Galaksi Bima Sakti


Sebuah penelitian yang dilakukan para ilmuwan di Universitas Durham mengungkapkan asal muasal bintang purba di alam semesta. Menurut hasil penelitian mereka tersebut, bintang-bintang purba tersebut berasal dari sisa-sisa galaksi kecil yang terkoyak saat terjadi tabrakan galaksi 5 milyar tahun lalu.

Galaksi Yang Terkoyak

Untuk mengetahui kejadian tersebut, para ilmuwan dari Durham's Institute for Computational Cosmology beserta para kolaborator dari Max Planck Institute for Astrophysics, Jerman, dan Groningen University, Belanda melakukan simulasi besar-besaran yang bertujuan untuk menciptakan kembali awal mula terbentuknya galaksi Bima Sakti.

Simulasi yang dilakukan ini ternyata mengungkap keberadaan bintang-bintang purba ditemukan di puing halo bintang sekeliling Bima Sakti, ternyata telah terkoyak dari galaksi yang lebih kecil akibat gaya gravitasi yang terbentuk saat terjadinya tabrakan galaksi.

Menurut prediksi kosmolog, alam semesta dini terdiri dari galaksi-galaksi kecil yang memiliki masa hidup pendek dan memimpin terjadinya kekerasan. Galaksi-galaksi ini kemudian bertabrakan satu sama lainnya meninggalkan puing-puing yang akhirnya menetap dan tampak seperti galaksi dalam hal ini Bima Sakti.

Hasil penelitian ini juga sekaligus menunjukkan kalau bintang-bintang purba di Bima Sakti sesungguhnya berasal dari galaksi lain dan bukannya bintang-bintang awal yang lahir di Bima Sakti saat ia mulai terbentuk 10 milyar tahun lalu. Arkeologi Galaktik Penelitian ini tak pelak membuat Andrew Cooper dari Universitas Durham beserta rekan-rekannya menjadi ahli arkeologi galaktik yang mencari situs dimana terdapat bintang purba untuk diteliti sehingga bisa mengungkap sejarah terbentuknya galaksi Bima Sakti. Dan yang pasti untuk mendapatkan situs bintang purba pun tak mudah, karena mereka tersebar di sekeliling galaksi, bukan terkumpul hanya di suatu tempat saja. 

Simulasi yang dijalankan menunjukkan betapa berbedanya relik yang ada di Bima Sakti saat ini, seperti halnya bintang-bintang purba yang memiliki kaitan dengan sebuah kejadian di masa lalu. Nah, seperti halnya lapisan batuan purbayang mengungkap sejarah Bumi, halo bintang juga mempertahankan catatan berbagai kejadian dramatik pada satu periode di masa lalu Bima Sakti yang berakhir jauh sebelum Matahari lahir.


Simulasi yang dilakukan ini dimulai sesaat setelah Dentuman Besar, sekitar 13 milyar tahun lalu. Setelah itu digunakan hukum fisika yang berlaku umum untuk mensimulasi evolusi materi gelap dan bintang-bintang. Simulasi ini dilakukan dengan kondisi yang realistik serta mampu memperbesar dan memperlihatkan detil struktur halo bintang, termasuk di dalamnya "aliran" bintang. Aliran bintang disini merupakan bintang yang terlontar atau tertolak dari galaksi-galaksi kecil sebagai akibat gaya gravitasi materi gelap. Hasil simulasi memperlihatkan, satu bintang dalam seratus bintang di Bima Sakti berasal dari halo bintang, yang lebih besar dari piringan spiral galaksi. Dan bintang-bintang tersebut usianya sudah hampir setua alam semesta. Tak pelak, simulasi ini bisa dikatakan merupakan cetak biru dari pembentukan galaksi, yang memperlihatkan petunjuk penting dari sejarah kelam dan dramatik yang pernah ada di Bima Sakti.


Sumber : http://blog.unsri.ac.id/download3/33768.pdf

Flag Country

free counters